Woii, bisa dahsyat boi!
Ketika sisi kemanusian mereka terus terhimpit. Dan ketika kemudian satu-satunya impian mereka terancam tak bisa terwujud. Maka kemudian mereka, para orang biasa yang bodoh dan miskin ini akan kembali solid bersatu. Mereka bisa melakukan apa saja, bahkan melakukan penyergapan yang dikenang sepanjang sejarah. Seperti kisah yang bisa kau dapati di buku ini.
About OOB
Ini adalah karya fiksi TERBARU dari Andrea Hirata. OOB adalah singkatan dari judul novel ini; Orang – Orang Biasa. Novel ke – 10 yang diterbitkan Andrea Hirata bersama Penerbit Bentang Pustaka.Sungguh tak kecewa saya mengikuti PO buku ini. Kisahnya yang setebal 262 halaman langsung saya habiskan dalam waktu semalam saja. Lebih karena penasaran dan tak sabar menebak endingnya.
Yang lebih istimewa, buku saya ini ada tanda tangannya si penulis. Aww, ini bener lho tanda tangan bulpen bukan scan nan, Andrea Hirata gitu loh. Sensasinya jadi makin melankolis gitu. Penulis kesukaan saya menandatangani novel milik saya yang akan nangkring di rak buku rumah saya. Pokoknya something special deh.
Novel OOB ini memang awalnya dijual dengan sistem pre-order yang dibuka pada 28 Februari 2019 sampai 10 Maret 2019. Penerbitnya Bentang Pustaka, penerbit yang sama dengan karya – karya terdahulunya. Bentang Pustaka dan manajemen Andrea Hirata melibatkan 20 toko buku online dan 174 reseller di seluruh Indonesia. Kalau sekarang sih, anda bisa mendapatkan buku OOB ini di toko-toko buku terdekat, mulai 26 Maret 2019.
Covernya begitu tampak bold - mecolok dengan dominan warna kuning. Menarik perhatian begitu saya membukanya dari sampul jasa pengiriman. Lebih menarik dengan kata-kata Jill Simmons, New York, yang menyatakan bahwa ‘ Ordinary People, destined to be the second international bestseller..’
Menurut dia, OOB ditakdirkan menjadi karya yang akan jadi best seller secara internasional kedua dari penulis Andrea Hirata, setelah Laskar Pelangi. Ya, Laskar Pelangi sampai saat ini telah sukses diterjemahkan dalam 25 bahasa asing. Wah pujian terhadap OOB ini sungguh mengandung harapan dan doa yang dahsyat!
Sekarang mari kita lihat sedahsyat apa jalan ceritanya.
Kisah dalam Novel OOB
Ini adalah kisah sekumpulan sepuluh orang-orang biasa, kelompok kaum marginal, yang sedemikian gigih untuk mengupayakan mimpi anak teman mereka. Apa saja mereka akan lakukan, termasuk melakukan tindak kriminal.Ada pelaku kriminalitas, pasti ada tokoh polisinya. Dan itulah yang menjadi setting awal pembuka cerita di novel ini. Kisah ini dimulai dari kegelisahan seorang tokoh bernama Inspektur Abdul Rojali dan bawahannya yang selalu setia, Sersan P. Arbi. Seorang tokoh penegak hukum tua dengan motor bebek butut yang teguh pendirian untuk selalu menjadi polisi jujur, berada di jalur yang lurus meski tanpa kekayaan melimpah. Sebuah jalur dari penegak hukum yang menempatkan pengabdian dan kejujuran di atas segalanya.
Memangnya apa yang bisa dilakukan penegak hukum yang pikirannya sepolos itu?
Jangan salah kalian menilai. Kalian tahu hal apa yang paling ditakuti oleh penjahat - penjahat dimuka bumi ini?
Ketahuilah bahwa sesungguhnya :
"Tak ada yang lebih ditakuti penjahat selain penegak hukum yang jujur" (hal.15)
Dikisahkan Inspektur Abdul Rojali menatap sendu papan tulis lusuh di kantornya. Tertulis statistik kejahatan di kota Belantik yang semakin minim. Orang-orang nya tetap banyak yang bodoh dan miskin tapi naif. Warganya sepertinya sudah lupa bagaimana bertindak jahat.
Di kemudian hari ternyata sepuluh orang biasa lah yang menjungkirbalikkan data – data kriminalitas itu. Sepuluh orang-orang yang sangat biasa malah, yang saling bersahabat sejak SMA. Mereka sering bersama karena merekalah kelompok siswa terdungu yang ditempatkan di bangku-bangku paling belakang. Satu persatu mereka drop out dari SMA tersebut. Tingkat kemampuan akademik mereka yang tiarap makin mengenaskan dengan keadaan kemiskinan turun temurun dari keluarga-keluarga mereka. Bullying pun sudah jadi makanan sehari-hari. Sungguh kombinasi yang tragis.
Kesepuluh orang biasa ini saat dewasa kemudian bekerja seperti selayaknya orang-orang biasa putus sekolah dan miskin lainnya. Ada yang jadi tukang gali kubur, pengangguran, kerja serabutan, kuli panggul dan sopir mobil pembersih septik tank. Pimpinan mereka adalah Debut Awaludin, yang kemudian memiliki toko buku kecil di kota itu. Toko buku ‘Heroik’ namanya. Karena menurutnya:
Berjualan buku di negeri yang penduduknya tidak suka membaca adalah tindakan heroik. (hal.37)
Debut yang idealis ingin mencerdaskan kehidupan rakyat dan kehidupan pemerintah padahal kenyataannya kehidupannya sendiri selalu morat-marit. Toko buku tetap sepi.
Pemicunya adalah impian seorang gadis kecil bernama Aini. Anak salah satu anggota sepuluh orang-orang biasa tersebut. Ibunya, Dinah, adalah penjual mainan asongan yang dulu waktu SMA bebalnya bukan main dalam urusan hitung menghitung. Kemiskinan semakin mencekik ketika kemudian bapak Aini sakit parah. Tujuh bulan Aini tak sekolah merawat bapaknya saat ibunya kerja banting tulang untuk biaya hidup dan pengobatan.
Penyakit ayah Aini makin parah dan hidupnya pun kemudian berakhir di ruang sebuah Puskesmas kecil. Semakin menyedihkan saat kemudian adiknya dinyatakan mulai mengidap sakit yang mirip ayahnya. Petugas Puskesmas mengatakan hanya dokter ahli yang dapat tahu dan menyembuhkan penyakit adikny dan almarhum ayahnya. Sejak saat itulah Aini bertekat ingin jadi dokter ahli.
Aini boleh saja sama bodohnya dengan ibunya, Dinah. Tapi bedanya Aini tak mau menyerah begitu saja. Ditengah kemiskinan dan kesulitan hidupnya, jumpalitan dia mengalahkan rasa mualnya saat menghadapi matematika yang menjadi momok pelajarannya. Pada akhirnya Aini berhasil meningkatkan nilainya dan bisa masuk universitas kedokteran sesuai impian yang begitu berat dia perjuangkan. Tapi apa daya, biaya masuk universitas kedokteran sangat mahal. Dinah sudah berusaha pinjam kemana-mana tapi tak pernah berhasil.
Kesepuluh orang-orang biasa itu kemudian berkumpul kembali. Mereka bertekat membantu Dinah mendapatkan uang untuk kuliah. Apapun caranya. Impian Aini adalah impian mereka. Sesuatu yang kemudian memantik semangat karena selama ini, mimpi pun mereka tak pernah berani.
“ .. Tengoklah banyaknya anak-anak pintar miskin yang tidak dipedulikan Pemerintah! Tengoklah jurusan tertentu hanya dapat dimasuki orang-orang kaya! Tengoklah langkanya anak-anak orang miskin jadi dokter! Mendaftar ke fakultas itu saja mereka tak berani. Padahal kecerdasan mereka bisa diadu! Ilmu seharusnya tunduk pada kecerdasan, bukan pada kekayaan! Para pemimpin, birokrat, politisi, sibuk dengan periuk belanga sendiri...” (Debut, hal 118)
Ya, apapun akan mereka tempuh, Aini harus masuk sekolah kedokteran. Apapun – termasuk melakukan kejahatan sekalipun. Kemudian alur cerita berikutnya adalah bagaimana aksi-aksi kesepuluh orang biasa itu merencanakan dan mengeksekusi kejahatan demi mendapat jutaan uang biaya kuliah Aini.
Pendapat Saya akan Novel OOB
Ini dalah pertamakalinya, Andrea Hirata menulis novel dalam genre crime. Sebuah hal baru dalam karier kepenulisannya. Tapi tokoh-tokohnya tetap konsisten pada tokoh orang-orang marjinal, seperti apada karya-karya dia sebelumnya. Tokoh-tokoh orang-orang biasa dengan mimpi besar yang tak berani diucapkan. Orang-orang yang kadang tersisihkan atau bahkan dipandang sebelah mata.Getir memang.
Tapi jangan khawatir, Andrea Hirata tidak mencoba menuliskannya secara mengharu biru. Kata-kata dan dialog dalam novel ini tetap ringan dan penuh humor gaya lepau kopi budaya Belitong. Sebuah gaya sastra satire yang membalut berbagai kritik sosial dalam selera humor tingkat tinggi. Itulah mengapa saya selalu jatuh cinta dengan tiap karya Andrea Hirata.
Yang ada adalah saat membaca pahit getirnya kehidupan orang-orang biasa dalam novel ini, bisa saja mata setengah basah menahan ngilu, namun mulut tetap tak bisa menahan senyuman. Bahkan sesekali terkikik-kikik. Such beautiful mixed feelings.
Memang Andrea dalam acara jumpa press release novel ini menyatakan bahwa dia tidak mau menceritakan kisah orang susah yang pahit yang kemudian memaki-maki dalam keputusasaan. Lagipula orang susah tak punya banyak waktu untuk menangis tergugu. Tiap detiknya mereka harus berjibaku mendapat sesuap nasi untuk anak-anak mereka hari ini. Jelas meratap-ratap bukanlah pilihan. Maka menertawakan kegetiran adalah cara orang-orang biasa menyuarakan ketidakadilan itu. Bahgia mereka bisa dari hal-hal sederhana saja. Dan itu sebenarnya sungguh jenius!
Kelebihan lain dari karya-karya Andra Hirata adalah pada unsur moral value yang diusung di tiap kisah. Termasuk pada novel Orang-Orang Biasa (OOB) ini. itulah mengapa setiap kali saya dan tim literasi sekolah mendapat tugas untuk mencari bahan bacaan siswa, buku-buku karya Andrea Hirata langsung diborong. Itu karena karyanya termasuk kategori safe untuk anak sekolah, apalagi moral valuenya juga bagus.
OOB mengingatkan akan indahnya karakter intregitas. Sebuah karakter yang mendorong seseorang untuk selalu mengutamakan kejujuran dan menolak keculasan mulai dari hal-hal kecil. Kesulitan ekonomi bukanlah alasan dari seseorang untuk tidak mampu menjaga integritas. Seperti kemudian bagaimana mereka akhirnya melunasi biaya masuk sekolah kedokteran Aini. Untuk prosesnya bagaimana, biarlah anda menikmatinya dengan membaca sendiri novel OOB ini. Termasuk pada alasan mengapa pada cover buku ini orang biasa itu memakai topeng kera di kepalanya. Tak akan asyik kalau saya ceritakan keseluruhannya disini.
Banyaknya code switching.. atau pemakaian beberapa kata atau kalimat berbahasa Inggris dalam novel ini bisa saja kurang nyaman bagi beberapa orang. Misalnya di kutipan halaman 62 ini:
Apa pun yang terjadi dipantau di tempat rahasia secara wireless lewat sistem remote surveillance.
Bagi beberapa pembaca yang awam sekali mungkin kurang paham, apalagi memang tanpa memakai catatan kaki sama sekali.
Hanya saja memang hal yang bisa agak menganggu adalah pada banyaknya penokohan di cerita ini. Banyangkan sekumpulan orang-orang biasa! Belum lagi nama anak istrinya. Belum lagi lingkaran tokoh di sekitar Inspektur dan sersan polos itu. Ditambah nama-nama guru sekolahan vilain atau tokoh jahat yang sejak SMA suka membuli sekelompok orang biasa itu.
Kalau saya sih enjoy saja. Tipsnya : tidak usah mencoba menghafal nama-nama tokoh tersebut saat membaca. Baca rilex saja, banyangkan saja anda sedang ngobrol ngalor ngidul dengan tetangga sambil menunggui anak main sepedaan. Biarkan saja mengalir dan ajaibnya nanti dengan sendirinya kita akan mengahafal tokoh-tokoh tersebut. Bahkan saya aja bisa membayangkan siapa yang cocok memerankan tokoh tersebut jika difilmkan. Hehe.. Agus Ringgo akan cocok jadi si idealis miskin, Debut. Dan Panji jadi si Inspektur polos. Ah, serunya kalau difilmkan dengan adegan drama suspense sekelas Holiwood.
Overall, saya bilang novel ini keren. Jalan ceritanya cukup unik dengan twist mengejutkan di bagian akhir. Tokoh-tokohnya juga hanya orang-orang biasa yang bisa saja tampak unik dengan pikiran-pikiran menakjubkan dan mudah bahagia dengan hal-hal sederhana. Terlebih lagi pesan moralnya pun sungguh menakjubkan.
Dan satu lagi, kisah dibalik pembuatan novel ini pun akan semakin membuat anda mengharu biru. OOB memang ditulis dalam waktu singkat, 9 hari saja, dengan dorongan kisah nyata tetangganya, yang gagal masuk ke sekolah kedokteran di Universitas Bengkulu karena tidak punya biaya. Anak itu bernama Putri Belianti. Gadis yang mimpinya telah padam ini masih sering menangis setiap kali dia melihat pengumuman tertanggal tahun 2013, yang berbunyi bahwa dia diterima di fakultas kedokteran Universitas Bengkulu. Dia gagal masuk lewat program bidik misi, mungkinkarena tahun2013 itu program bidik misi belum sebanyak sekarang. Sementara untuk masuk lewat jalur reguler, Ayah ibunya tak sanggup mencari pinjaman untuk biaya uang muka.
Untuk itulah di bagian awal novelnya, Andrea menuliskan:
Kupersembahkan untuk Putri BeliantiAnak miskin yang cerdas, dan kegagalan yang getir masuk Fakultas Kedokteran, Universitas Bengkulu.
Yah, memang sih OOB ini hanyalah sekedar karya fiksi. Ini memang sekedar novel dengan tokoh rekaan. Tapi tokoh Putri Belianti ini adalah tokoh yang riil. Yang bisa saja nasipnya sama dengan beberapa anak-anak miskin tetangga disekitar anda.
Saya sungguh menikmati dan memaknai kisah di novel Orang-Orang Biasa ini, karena memang saya bagian dari orang-orang biasa itu. Kalau anda merasa berderajat tinggi dan merasa bukan kaum orang biasa, tak usahlah mencoba membaca novel ini. Kalau anda orang yang apatis, tak pedulian , menutup mata dengan kehidupan biasa orang-orang disekitar anda, tak usahlah mencoba memahami bahasa novel ini.
Karena memang gaya bicara orang biasa hanya dapat dimengerti oleh orang biasa juga. Bukan begitu, Boi?
Awal tahun 2022 ini, novel OOB muncul dengan cover baru. Warna covernya tidak lagi secerah dahulu dan di bagian atas ditulisi 'Novel Kedua Trilogi Guru Aini'. Memang sebenranya Guru Aini terbitnya setelah OOB, jadi tidak ada tulisan seperti itu di buku OOB kuning yang terbit lebih awal. Guru Aini sama menariknya dengan OOB. Kapan - kapan saya ceritakan yaa novel Guru Aini ini.
Jika anda ingin membaca novel lain yang temanya semacam OOB ini cobalah membaca 'The Girl who Saved King of Sweden" yang ditulis oleh Jonas Jonasson. Sama konyolnya, tapi bermakna dalam, dengan ide bahwa orang biasa saja bisa menyelematkan dunia!
Di novelnya Jonas ini, tokoh orang biasanya adalah seorang gadis berkulit hitam miskin yang profesinya adalah penguras jamban.
Bisa anda baca - baca ringkasan ceritanya di tautan ini:
Selamat Membaca,