Saung Belajar Aisyah

    • Home
    • ruang keluarga
    • ruang kelas
    • ruang baca
    • ruang menulis
    • ruang impian

     

    COUNT ON ME

    By BRUNO MARS

    Today let's learn a song about friendship. Ayo dengarkan dan amati lirik lagu berikut ini. Setelah mendengarkan, kerjakan latihan berikut ini bersama dengan teman sekelompokmu, berpasangan dua -dua. Kerjakan di selembar kertas tulis lalu kumpulkan. Jangan lupa tulis nama anggota kelompokmu. Okay, do your best :)

    Exercise

    1.       Rearrange into a good order. Lirik lagu berikut ini belum tepat urutannya. Dengarkan lagu diatas lalu tulislah lirik yang tepat di kertasmu.

    COUNT ON ME
    By BRUNO MARS

           You'll always have my shoulder when you cry
    I'll never let go, never say goodbye

    If you're tossin' and you're turnin' and you just can't fall asleep
    I'll sing a song beside you
    And if you ever forget how much you really mean to me
    Everyday I will remind you

    #chorus
    Find out what we're made of
    When we are called to help our friends in need 
    You can count on me like one, two, three, I'll be there
    And I know when I need it
    I can count on you like four, three, two, and you'll be there
    'Cause that's what friends are supposed to do,
    oh yeah  oooooh oooooh   ohh yeah ,yeah


    If you ever find yourself stuck in the middle of the sea
    I'll sail the world to find you
    If you ever find yourself lost in the dark and you can't see
    I'll be the light to guide you

          You know you can count on me like one, two, three, I'll be there
    And I know when I need it
    I can count on you like four, three, two, and you'll be there
    'Cause that's what friends are supposed to do
    oh yeah  oooooh ooooooh
    You can count on me 'cause I can count on you.

    2. Terjemahkan ke Bahasa Indonesia lirik lagu Count on Me yang telah kamu susun.

    3. Let's learn the vocabulary. Ayo belajar kosakata bahasa Inggris dari lagu tersebut. Lengkapi lirik lagu yang terpotong berikut ini dengan cara memilih di kolom sebelahnya. Tulislah jawabanmu berupa kalimat lengkap di kertas.

    4. Macth the words and the definitions: Jodohkan kata - kata berikut dengan definisinya. Tulislah jawaban lengkap di kertasmu
    1. To be stuck = ....
    2. To find out = ....
    3. Toss and turn = ....
    4. To count on someone = ....
    Pilihan Definisi:
    a. To be unable to sleep
    b. To discover something
    c. To expect that someone will do something for you
    d. To be trapped and unable to move.

    5. Carilah satu lagu berbahasa Inggris bertema persahabatan yang kalian suka, selain lagu Count on Me diatas. Tuliskan judulnya, penyanyinya and write the reason why do you choose the song.
    Kerjakan lengkap dan segera kumpulkan setelah selesai.

    D




    Continue Reading

    “Mbok rasah mangkat piknik sik nduk, malam akan datang tamu dari Sitiung.” Aku masih ingat kata nenekku dini hari tadi.  Setelah salat subuh, nenek mendatangi kamarku, melarangku ikut piknik hari ini karena nanti malam kabarnya akan datang tamu dari Sitiung.

    Aku begitu sebal. Rasanya aku ingin teriak marah – marah sampai semua penduduk desa mendengar. Aku bertanya dengan ketus ke nenek, “Seberapa pentingkah tamu ini sampai harus mengorbankan piknikku?”

    Piknik ini memang sudah kurancang dengan teman sekelasku sejak tiga bulan yang lalu. Kami berencana untuk berwisata menginap di Kaliurang Jogja selama dua hari. Aku sudah berusaha keras mengumpulkan uang untuk piknik itu. Aku mendapat uang dari bekerja sebagai pegawai paruh waktu di restoran dekat Waduk Gajah Mungkur. Tugasku adalah membantu membakar ikan nila jika pesanan datang. Waduk ini memang telah jadi gantungan hidup bagi banyak orang, salah satunya adalah warung makan, toko, penginapan atau karamba ikan. Banyak area pertanian di kota lain sekitaran Wonogiri ikut merasakan manfaat bendungan ini.

    Aku benci rencana bepergianku itu akhirnya gagal. Dan itu demi tamu dari tanah bernama Sitiung yang jaraknya seribu enamratusan kilometer dari rumah ini. Yang bahkan aku tak tahu namanya. Tapi aku juga tidak berani meninggalkan nenek seorang diri mengurus para tamu. Kakekku meninggal tiga bulan yang lalu. Bapak dan ibuku bekerja di Kalimantan. Mereka berjualan bakso. Mereka bilang ombak di lautan sedang tinggi, mereka tidak bisa segera pulang lebaran ini. Orang tuaku tidak punya cukup uang untuk pulang naik pesawat.

    “Pokoknya kuputuskan aku benci tamu satu ini!” kataku dalam hatinya. Nenek tidak sanggup berkata banyak karena tahu kalau aku sangat kecewa. Aku beberapa kali mengomel sambil membereskan kamar untuk para tamu.

    Entah mengapa nenek cenderung diam saja. Tangannya tetap membantuku membersihkan rumah dan menyiapkan makanan untuk para tamu tanpa bersuara. Saat malam menjelang larut, tak sengaja kulihat nenek duduk di ranjangnya memandangi sebuah lembaran kecil. Tak tega ketika perlahan terdengar isakan tangis lirihnya.

    Dan aku makin benci tamu misterius yang akan tiba di rumah ini. Pasti tamu ini juga yang membuat nenek menangis seperti itu.

    Nenekku bernama Mbah Sani, usianya 76 tahun sekarang. Nenekku ini sangat halus perangainya, tak pernah membuatku kesal. Dia tak pernah memaksa aku melakukan apapun sebelumnya. Dia dengan sabar merawatku saat ayah ibuku mencari nafkah di tempat yang jauh.

    “Jane niki sinten to mbah tamune tik nganti kulo mboten saget piknik?” kutanyai nenek dengan bahasa Jawa halus. ( Tamunya ini sebenarnya siapa sih, Nek , kok sampai bikin saya ndak bisa piknik?)

    Nenek terlihat berkaca kaca , tak sanggup menjawab. Tersuruk langkahnya menuju lemari kecil di samping tempat tidurnya, dari bawah tumpukan jarik dan kebaya, ditariknya selembar kertas.
    Kertas itu rupanya selembar foto lusuh dari jaman dulu. Foto hitam putih dua anak perempuan kecil, berdiri di samping sebuah rumah kayu dengan sebuah pohon sawo besar dan sebuah sumur tua di latar belakang mereka. Kedua anak kecil di foto itu tersenyum bergandengan tangan.

    “Niki sinten mbah?” Aku penasaran. ( Ini siapa, Nek?)

    “Kui kembarane simbah. Mbah Suni asmane. Lha yo kui tamu sing arep teko,” jawab nenekku. ( Itu kembaran nenek, namanya Mbah Suni). Lalu perlahan kemudian meluncurlah cerita dari Nenek.

    Waktu  itu tahun 1975 ada perintah transmigrasi di wilayah Wonogiri dari pemerintah. Desa Nenek termasuk yang akan ditenggelamkan untuk pembangunan waduk terbesar di Asia Tenggara, Waduk Gajah Mungkur namanya.  Orang tua nenekku meninggal setahun sebelumnya. Nenek dan kembarannya yang bernama Mbah Suni, waktu itu berusia enambelas tahun. Mereka sebatang kara. Kembaran nenek diajak salah satu saudaranya untuk transmigrasi, Mbah Suni akhirnya pindah ke Sitiung. Itu adalah sebuah tanah yang jauh di pulau Sumatra. Tapi nenekku tidak bisa ikut pindah ke Sitiung karena waktu itu nenek sudah terlanjur mengikat janji untuk menikah dengan kakekku. Desa kakek ini tidak ikut ditenggelamkan. Nenek menikah dan tinggal di desa Kakek. Nenekku yang bernama Mbah Sani lalu terpisah dengan kembarannya, Mbah Suni.

    Lalu mengapa mereka tidak pernah berhubungan? Mengapa Mbah Suni tidak pernah pulang ke Wonogiri? Aku harus menyimpan tanyaku ini karena dari luar terdengar ketukan pintu. 

    Itu adalah sebuah momen canggung dari tamu misterius dan pemilik rumah. Seorang perempuan tua yang mirip sekali dengan nenekku dituntun masuk rumah oleh seorang laki – laki dan perempuan seusia orang tuaku. Dengan wajah masam aku menyalami tamu itu. Laki – laki itu kemudian memperkenalkan diri, “ Maaf kami tiba larut malam begini. Saya Joko, anak dari Mbah Suni, dan ini istri saya, Maisyaroh. Kami sekarang tinggal di Sitiung Kecamatan Darmasraya, Sumatra Utara. Jauh – jauh kami datang untuk memenuhi permintaan ibu saya ini.”

    Nenekku masih belum bisa mengucapkan sepatah kata. Terpaku diam saja dengan mata berkaca-kaca. Aku lalu spontan mengambil alih, dengan perasaanku yang masih sebal, aku mempersilakan mereka semua masuk rumah.

    Nenekku dan kembarannya masih belum berkata - kata. Pikiran mereka seperti berkelana entah kemana. Setelah teh dihidangkan, aku tidak tahan untuk bertanya,” Mengapa selama ini kalian tidak menghubungi kami?”

    Laki – laki yang kupanggil Paklik Joko menjelaskan, “Aku pernah diceritakan ibuku bahwa awal memulai kehidupan di Sitiung tidak mudah. Ribuan orang yang harus pindah dari Wonogiri itu harus membuka lahan di Sumatra. Mereka menempati rumah kayu baru dengan bantuan ransum makan pemerintah. Untuk pulang ke Wonogiri yang sejauh itu perlu biaya banyak. Nenekmu juga tidak menghubungi ke Sumatra, tapi maklum , waktu itu telepon atau HP masih sangat jarang.”

    “Lalu apa yang membuat Mbah Suni ingin kembali ke Wonogiri sekarang?” aku bertanya penuh rasa ingin tahu.

    “Saat ini kehidupan kami Alhamdulilah sudah lebih baik. Kami punya anak seumuran kamu, namanya Mia. Tapi saat ini kami tidak mengajaknya karena dia harus menunggui kakeknya yang sedang sakit. Suatu hari tak sengaja ibuku, nenek Suni melihat-lihat foto di hape Mia. Beliau terkesima mengamati sebuah foto postingan orang yang mengunjungi makam tua yang muncul saat Waduk Gajah Mungkur surut. Nek Suni mengenali bahwa makam di postingan itu adalah makam simbok bapaknya. Dia yakin sekali dan ingin ke Wonogiri segera mungkin. Mbahmu Suni ingin sebelum dia meninggal, dia bisa mengunjungi makam ayah ibunya di Wonogiri.”

    “Monggo istirahat rumiyin,” terdengar suara nenekku dengan canggung mempersilahkan tamunya untuk beristirahat. Dia menunjukkan kamar untuk mereka beristirahat. Ini sudah hampir jam 2 pagi dan tamu itu pasti lelah setelah hampir 24 jam perjalanan mereka.

    Aku berbaring di tempat tidurku tapi aku belum bisa tidur. Pikirku berkelana. Aku teringat perjalananku dengan nenek ke pinggiran Waduk Gajah Mungkur minggu lalu. Nenek mengajakku mengunjungi dua makam tua yang muncul dari waduk yang surut airnya karena kemarau. Katanya itu adalah makam buyutku.

    Waduk Gajah mungkur yang ada di sebelah utara desa kami memang luas. Dulu waktu dibangun di tahun tujuhpuluhan sampai delapanpuluhan, konon dengan menenggelamkan puluhan desa di sekitar wilayah Wonogiri seperti Nguntoronadi atau Mbetal Lama. Di sebuah area di pinggiran waduk, memang kadang muncul fenomena luar biasa saat kemarau panjang tiba. Ada munculnya daratan dengan makam, dan beberapa sisa banguan tua dari dasar waduk yang mengering karena kemarau menyurutkan airnya.

    Menjelang puasa ini, kemarau panjang makin membuat air waduk berkurang. Bahkan setelah lebaran ini, kemarau belum kunjung berhenti, membuat makam itu makin mudah dikunjungi. Ada banyak orang yang mengunjungi tempat itu. Ada yang berziarah sambil mengenang masa lalu saat desa itu belum ditenggelamkan. Mbah Suni yang dari Sitiung itu mungkin juga ingin merasakan kenangan sebelum ajal menjemputnya. Tubuhnya yang renta terpaksa melakukan perjalanan sedemikian lama demi kenangan – kenangan itu. Aku bisa merasa mataku mulai terisi air mata. Aku telah membenci kerabatku sendiri yang telah mengorbankan kehidupannya di tanah kelahirannya untuk pembangunan waduk. Mereka harus pindah begitu jauh dengan ikhlas untuk sebuah bendungan yang tidak bisa mereka nikmati manfaatnya. Itu adalah sebuah pengorbanan yang begitu besar untuk kepentingan orang lain.

    Pagi – pagi sekali, tamu dari Sitiung itu mengajak kami ke makam. Aku dan nenekku mengantar mereka ke sana. Sepoi angin pagi menyapa kami. Di cakrawala matahari mulai muncul. Terbias indah ke air waduk Gajah Mungkur. Makam – makam tua itu terlihat anggun tapi misterius. Kami tiba di dua buah makam di sisi pinggir kiri area pemakaman itu. Tulisannya sudah kurang jelas, tapi kedua nenekku itu yakin sekali bahwa itu makam orang tuanya. 

    Nenekku dan kembarannya duduk berjongkok, memanjatkan doa dalam diam. Aku, Paklik Joko dan istrinya ada di belakang mereka. Kami juga berdoa dengan khidmat. Tiba – tiba kulihat tangan nenekku meraih tangan kembarannya.

    “Ngapuronen aku yo, dhi. Wektu iku, aku ora melu nyang Sitiung. Nyat panthes nek kowe nesu karo aku. Kudune aku kembaranmu iki sing ngancani kowe urip neng paran” Nenekku gemetar sambil menangis.
    (Maafkan aku ya adikku tersayang. Waktu itu aku tidak ikut kamu ke Sitiung. Memang pantas jika kamu marah ke aku sekian lama. Seharusnya aku, kembaranmu ini, yang menemani kamu hidup jauh merantau.)

    “Yungalaah..aku ki ra pernah nduwe perasaan nesu karo mbakyuku sing paling taktresnani.   Takkiro kowe wes nglalekne aku. Ora pengen ketemu aku meneh mergo aku milih urip neng Sitiung melu pakde,” jawab kembaran nenekku itu sambil gemetaran menahan tangis.
    (Ya Alloh, aku sama sekali tidak pernah punya perasaan marah ke saudara perempuan yang paling kusayangi ini. Hanya kukira kamu sudah begitu lupa denganku. Kukira kamu tidak ingin ketemu aku lagi karena aku memilih hidup jauh darimu, memilih hidup di Sitiung dengan pakde waktu itu).

    Dan pagi itu kesalahpahaman yang telah berlangsung empatpuluhlima tahun itu sirna.  Karena keadaan, tak mudah meluruskan sebuah kesalahpahaman yang terbungkus dalam diam. Merekapun berpelukan erat di depan makam orang tua mereka. 

    Nenekku kemudian mengajak kembarannya berdiri. Dia menggandeng kembarannya ke arah luar makam. Kami mengikuti dari belakang saja. Aku melihat kedua perempuan tua itu berjalan menuju sebuah sebuah sumur tua. Sumur itu memang sudah tidak sempurna bentuknya. Tapi masih dapat dikenali.

    Nenekku dan kembarannya berjalan bergandengan mengitari tempat di samping sumur tua yang mereka yakini sebagai rumah mereka di masa lalu. Mereka tidak berkata – kata tapi senyum mereka mengingatkanku pada dua gadis kecil di foto lusuh di lemari nenekku. Dua kakak beradik kembar bergandengan penuh cinta di samping rumah kayu tua. Rumah tua mereka memang telah hilang ditenggelamkan oleh air bendungan tapi kenangan mereka di rumah itu akan tetap ada selamanya.

    “Reneo nduk, putuku cah ayu,”Mbahku yang dari Sitiung memintaku mendekat. Kali ini aku mencium tangannya dengan takzim. Tidak ada lagi rasa kesal. Kali ini aku memeluknya dengan bangga penuh rasa sayang. 

    “Kalian adalah sebenarnya pahlawan yang tak tersiar kan,” bisikku dalam hati di tengah hangatnya pelukan kedua nenekku.


    (Cerita ini murni fiksi. Hanya memang idenya didapat dari beberapa cerita mulut ke mulut tentang program transmigrasi ke Sitiung bagi warga yang terdampak pembangunan Waduk Gajah Mungkur yang dimulai sekitar tahun 1974 hingga diresmikan oleh presiden Suharto tahun 1981.

    Waduk ini sangat luas, ada sekitar limapuluhan desa di wilayah 6 kecamatan di Kabupaten Wonogiri harus ditenggelamkan. Warga dari desa tersebut ibaratnya berkorban untuk kepentingan negara dan rakyat banyak. Mereka rela meninggalkan desa tercinta, ada yang ikut transmigrasi ke beberapa wilayah di Sumatera, terutama Sitiung, ada juga yang pindah ke tanah keluarganya. Disebut Bedhol Desa. Saya sangat tersentuh dan menghargai pengorbanan mereka, terselip doa semoga mereka semua hidup bahagia dan lebih sejahtera jauh dari kampung halaman aslinya. Saat seorang teman mengajar menunjukkan foto lama keluarganya yang terdampak transmigrasi itu, tiba-tiba saja tangan ini tergerak menulis sebuah cerita :)

    Waduk itu masih berdiri kokoh sampai sekarang. Memberi manfaat banyak warga di kota Wonogiri dan sekitarnya. Tentang kemunculan makam di area WGM itu memang kadang terjadi saat musim kemarau panjang dan air waduk menyusut.)
    makam yang muncul di WGM saat kemarau (rri.co.id)
    English Version:

    The UnsungHero From Sitiung

    “Please cancel your vacation trip, sweetheart. There will be guests from Sitiung tonight.” I still remembered my Grandma’s words early this morning. After doing Subuh pray, she approached my bedroom.

    I was so annoyed. I wished that I could yell out loud in rage until all people in this small neighborhood could hear me. I asked her in angry tone,”Is this guest so important that I have to sacrifice my trip plan?”

    My classmates and I had planned this holiday trip since three months ago. We planned to spend a couple of nights after Lebaran day in one of small resort at Kaliurang, Jogja. I had tried hard to earn money for that trip. I earned my money by working part time at a restaurant near Gajah Mungkur Dam. After school, I helped the restaurant owner to grill the nila fish whenever there were some orders.
    I really hated the fact that my trip plan eventually failed. And it was because of those mysterious guests from a far away land named Sitiung. It was a far away town in Sumatra Island, a thousand six hundred kilometers away from this home. But, I also didn’t have a heart to leave my old Grandma to take care the upcoming guests by herself. My Grandpa had passed away four months ago. My father and mother earned living in Kalimantan by selling jamu (traditional herbal drinks). They said that the waves in the Java Sea were in high tides. They found it difficult to go home this Lebaran holiday season. My parents didn’t have money to go home by plane.

    “Well, I’ve determined to hate this guest!” I thought in anger.
    Grandma did not say a word as she knew that I was very disappointed. I grumbled many times while making the beds for the guests. I had no idea why Grandma kept silence all day. Her hands kept helping me, but without saying a word.

    As the night was getting late, I saw Grandma sat on her bed while looking at a piece of paper. I could hear that she’s sobbing solemnly. It made me hate the mysterious guest even more. I believe that it’s the arrival of that guest which made my Grandma in tears.

    My Grandma is called Mbah Sani. She’s 76 years old. She’s so kind that she had never made me upset before. She took care of me patiently while my parents worked in other province. 
    “I’m so curious now, Grandma. Please tell me who the guests are?” I asked my Grandma with polite Javanese utterances. 

    Grandma was still sobbing, didn’t give an immediate answer. She just showed me the paper which she held. It was actually a piece of old photograph from old time. It was a black and white photo of two little girls standing beside a wooden house with some banana trees and an old well at the background. Those two little girls were look exactly alike, smiling hands in hands. I believed they were twins.

    “Who are these girls, Grandma?” I was wondering.

    “The little girls are me and my twin when were kids. Her name is Mbah Suni. Well, she’s the guest who will be arrive,” Granma answered. And off her go her stories.

    Grandma said that that time was 1975 when there was an order to do a what so called Bedhol Desa transmigration order from the government. People from hundreds of villages in some Wonogiri area had to move to Sumatra province because their villages would be drowned for building a massive dam. One of the largest dam in South East Asia. The large dam was called Waduk Gajah Mungkur. The dam was very needed to develop the agricultural and electricity power supply not only in Wonogiri area but for many cities in the surrounding areas. 

    My Grandma’s village is one of those villages which would be drowned for building Gajah Mungkur Dam. My Grandma’s parents were passed away a year before that order. My grandma and her twin were sixteen years old at that time. They live alone without parents. My grandma’s twin was joined the transmigration to Sitiung in Sumatra island with one of a far relative they had. The twins were separated. My grandma said that she could not join the transmigration because she had promised to marry my late Grandpa. Grandpa’s village was not drowned. My Grandma married and moved to Grandpa’s village. My Grandma, Mbah Sani, was separated with her twin, Mbah Suni, ever since. Then why had they never got connected? Why did Mbah Suni never go home to Wonogiri? I had to save my curiosity because I could hear the door was knocked by the guest.

    It was an awkward moment from that first meeting of the guests from Sitiung and us, the host. One old lady who was very similar to my Grandma was helped to get down from the car by a man and a woman whose age around my parents’. I frowned as I shook their hands just to show any polite manner. The man then introduced themselves,” We’re really sorry that we arrive to your house late at night like this. I’m Joko, Mbah Suni’s son, and this is my wife, Maisyaroh. We’re now living at Sitiung, Darmasraya district, West Sumatra province. I are travelling this far distance just to fulfil my mother’s whish.”
    My Grandma still didn’t say a word. With this upset feeling here in my heart, I let them in. Grandma and her twin from Sitiung still stayed quiet. After the hot tea was served, I could help myself to ask a question,"Why did you never contact us ?”

    The man whom I called Uncle Joko took a glance at her mother, but Mbah Suni was still sitting still without words. Uncle Joko explained,” My mother once told me that it was not an easy thing to start living in Sitiung as a transmigran. Thousand peoples who had to move from Wonogiri had to pioneered the jungle into rice fields or . At that time, they had to live in wooden house with food supply from the Government before they could harvested any crops. Going home to Wonogiri needed lots of money, moreover the communication means were rare. None there had any telephone or mobile phones at that time.”

    “So, what made Mbah Suni want to go back to Wonogiri?” I asked in full of curiosity.

    “Nowdays we have good living. We could earn living well there. We also have a daughter at your age, she’s your cousin. We do not take Mia here with us now because she has to take care of his Grandma who is in bad health now. One day, our mother, Mbah Suni, saw a photograph at Mia’s hand phone. It was a picture at Instagram showing people visiting old graveyard which emerged as the water of the dam was decrease from the draught. Mbah Suni could recognize that one of the gravestone in that picture is her parents’. Mbah Suni told us that she wish to visit her parents’ cemetery in Wonogiri before she passes away.”

    “We can continue this story tomorrow morning. It’s late at night now, it’s better for us to sleep and take a rest,” I could hear my Grandma trying to let her guests to take a rest. I saw the clock striking one o’clock now and the guests had to be tired from their 27 hours journey. The guests then went to the room we had prepared.

    I laid in my bed but I couldn’t sleep easily. I remembered my last trip last with Grandma to that cemetery at the Gajah Mungkur Dam, near my village in Wuryantoro. Grandma took me to two old cemeteries which were said that they were my late great grandfather and the great grandmother. That graveyard area was actually drowned with Gajah Mungkur Dam’s water but it emerged from to the surface in an extreme long dry season like this. 

    Gajah Mungkur dam which laid on the northern part of our village was huge. It was built from 1976 until 1979 by drowning hundreds villages around Wonogiri district. At one area along bank of the dam in Wuryantoro, people would see an amazing phenomenon when an extreme dry season came. A land will emerged to the surface with hundreds of tombstones on it. People could also see some ruins of old buildings from the water bed of the dam as the draught decreased the amount of the water.

    Before the fasting month, the dry season had made the water in the dam decreased. Even many days after Lebaran day, the dry season was still continuing. It made the cemetery became easier to be visited. When there came a phenomenon like that, many people would visit that place. Some came to do a pilgrimage to their ancestor’s tombs, but most people came to remember the old memories when the villages were not drowned in the dam’s water.

    I remembered my guests that made so upset tonight. Mbah Suni might also wanted to recall the memories of her lost village before she passed away. Her old physical body had to travel through that very long distance just for gathering the memories. I could feel my eyes getting wet. I felt bad for had hated, Mbah Suni, my own relative, who had sacrificed her live at her own village for mega project of building the dam. They had to move to far away land, started a brand new living, for a dam that they did not even enjoy its advantages. It was other lots of other peoples who made use of the dam and I could realize now that it was such a huge sacrifice for the sake of other peoples’ well beings. 
    In the next day, early in the morning, those guests from Sitiung asked us to accompany them to that old cemetery by the dam. The morning breeze gently greeted us. The sun started to shine at the horizon. Some of the orange sunshine biased to the water surface of the Gajah Mungkur dam. From the distance, those old tombstones looked so mysteriously elegant. 

    We walked and finally arrived at the two tombstones at the left side of the graveyard. There were no letters left written on them but my Grandma and her twin believed that those were their parents’ tombstones. They were sitting near the stones and started to pray for their late parents in silent. Uncle Joko, his wife, and me were sitting behind them. We also did the prayer quietly. Suddenly, I could see that my Gandma’s hands were reaching her twin’s hands.

    “Forgive me my dearest sister. At that old time I could not join you to move to Sitiung. I could understand if you always got angry to me. It should be me, your older sister who should accompany you living Wonogiri and started living in that far away land,” my Grandma said in trembling voice full of tears.

    “Oh, no my sister, please don’t say like that. I had never been angry to you, my only beloved sister. It just for this long times I thought that you had forgotten me. I was afraid that you didn’t want to meet me because I could not reject our relative who took me to Sitiung at that time. I always love you, my sister,” my Grandma’s twin answered, also with tears. And that morning we could see the misunderstanding which had lasted for fourty years now was crumbling over. They were hugging each other tight in front of their parents’ tombstones.

    After several minutes, my Grandma asked her twin to walk at a certain place. We just followed them walking outside the cemetery area. They were walking toward a ruin of an old well. The shape of that old well might be not perfect anymore but everyone could recognize that it was surely a well from the lost village. 

    Grandma and her twin were walking hand in hand around the area beside that old well. They believed that the area was their place where their wooden house stood at the old time before it was drowned by the water of the dam. They did not say too much words but the smiles on their faces reminded me to those two little girls in the old black and white picture which Grandma showed me that night. The little twin who took a photograph beside their house, hand in hand, smiling with love. That old wooden house was now has gone because of the dam, but I believe their memories in that lost house would be there forever. 

    “Go come nearer to me, Ani, my sweetheart. You’re also my granddaughter, you know?” Mbah Suni, my mysterious guest from Sitiung asked me. 

    This time I kissed her hands with all of my heart. I could feel no more upset feelings inside me. I hug her with love and proud feeling and whispered, “You are actually the unsung hero.”

    Monumen Bedhol Desa di dekat waduk (pokohkidul.desa.id)



    Continue Reading

    Beberapa dari kita mungkin masih teringat akan kesan perpustakaan sekolah sebagai sesuatu yang membosankan. Sebuah bangunan segiempat kecil, lusuh, di pojokan sekolah dan dipenuhi dengan buku-buku paket pelajaran berbagai mata pelajaran. Tetapi siswa generasi saat ini sudah berbeda, mereka masuk dalam era pembelajaran abad 21 yang sarat dengan kemajuan teknologi. Perpustakaan sekolah dalam hal ini harusnya menjawab tantangan ini untuk mendukung pembelajaran abad 21 yang dijalani para generasi milenial atau generasi Z , atau bahkan generasi Alpha.

    Latar Belakang

    Generasi milenial identik dengan generasi internet. Mereka memiliki keterampilan yang mumpuni untuk mengakses berabagai informasi dengan cepat melalui internet. Itulah sebabnya pembelajaran abad 21 di sekolah jangan hanya membekali siswa kemampuan akademik tapi juga mengasah softskill mereka, misalnya pendidikan karakter dan kewirausahaan. Mereka kelak akan berbaur dengan suatu periode masyarakat yang disebut masyarakat industri 5.0.
    Beberapa contoh ciri dari masyarakat 5.0 adalah : 
    • Adanya kemudahan berintergrasi dengan internet pada banyak hal (internet on things/ioT)
    • Muncul teknologi Artificial Intelegence, misalnya adanya robot atau aplikasi.
    • Terbiasa dengan Big Data, memiliki kemampuan mengakses data besar dari berbagai sumber dan menyimpannya dalam bentuk digital.
    • Munculnya layanan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia di berbagai bidang.
    Pelaku dunia pendidikan harusnya bisa mensikapi society 5.0 yang pertama diawali oleh Jepang ini dengan teknologi humanis. Teknologi humanis ini teknologi integrasi internet dan IT tapi yang tidak merugikan masyarakat. Demikian juga dunia perpustakaan juga tidak lepas dari kemajuan IT dan internet. Tapi sebaiknya teknologinya yang humanis. Yang tidak merugikan manusia dan tetap memanusiakan manusia. 

    Pentingnya Inovasi Pada Perpustakaan

    Perpustakaan harusnya juga beradaptasi dengan perubahan itu semua agar mampu mendukung seluruh siswa menjadi pemenang pada jamannya.
    Menurut beberapa pakar motivasi, kalau ingin jadi pemenang beberapa hal ini bisa kita lakukan :
    1. Memiliki motivasi berprestasi 
    2. Mengikuti aturan yang dipersyaratkan dengan luwes dan terbaik
    3. Berusaha monjolkan sesuatu yang paling unggul dan unik yang dimiliki
    4. Selalu terbuka untuk berinovasi dengan inovasi yang sifatnya praktis dan teoritis
    5. Berorientasi pada manfaat dari sesuatu yang mudah, ekonomis dan praktis.
    ruang baca nyaman

    Jelas bahwa inovasi merupakan sesuatu penting yang bisa dilakukan untuk mendukung generasi milenial ini agar lebih hebat nantinya di masa depan. Perpustakaan sebagai bagaian penting dari dunia pendidikan sebaiknya juga terus membuka diri untuk melakukan inovasi. Tidak harus langsung sekaligus banyak hal. Inovasi bisa dilakukan sedikit demi sedikit asalkan dalam mengembangkan inovasi, kita tidak asal saja. 

    Menurut Dr. Sujarwo, M.Pd, Dekan FIP/PASCASARJANA UNY Inovasi yang baik bisa memiliki 4 ciri berikut ini:
    1. Memiliki ke khasan dalam ide, program,tatanan dan sistem.
    2. Ada unsur kebaharuan dan orisinalitas dalam ide,program,tatanan dan sistem.
    3. Memiliki unsur perencanaan yang baik, dalam ide, program,tatanan dan sistem
    4. Memiliki unsur arah yang jelas terarah baik awal ide maupun pengembangannya.
    presentasi di perpustakaan

    Pelaksanaan Inovasi Pengelolaan Perpustakaan.

    Dr. Sujarwo, M.Pd kemudian memberi contoh beberapa hal yang dapat dilaksanakan ketika menerapkan inovasi di perpustakaan:
    • Perpustakaan sebaiknya mempunyai unggulan daya saing, misalnya dengan adanya  wifi dan tata letak menarik, memiliki big data pula. Big data disini maksudnya perpustakaan seharusnya memiliki berbagai jenis informasi yang sangat luas, tidak hanya berbentuk buku fisik, tetapi juga berbentuk berbagai jenis informasi digital. Tersedia sumber data e-book sebesar besarnya. Perpustakaan mengeksplore alamat-alamat aplikasi e book edukasi yang dapat dimanfaatkan siswa dan guru
    • Melakukan pelayanan berbasis IT - Contohnya perpustkaan dapat melakukan layanan secara daring dengan aplikasi layanan Ebook yang bisa dipinjam siswa dari rumah.
    • Perpustakaan sekolah melakukan penguatan mitra (akses) dengan saling belajar dan tukar menukar inovasi dan kebutuhan bahan ajar dari sekolah lain. Meminta akses mentoring (pendampingan); misalnya menyusun mou dengan kampus di yang dekat dengan sekolah untuk pendampingan pengelolaan perpustakaan sekolah.
    • Memberdayakan potensi, manfaatkan teman guru atau siswa yang pandai IT untuk mengajari atau membantu mengelola IT perpustakaan.
    • Memiliki sifat istiqomah; kalau ingin maju dalam inovasi layanan perpustakaan itu perlu istiqomah. Perpustakaan harusnya menjadi jantung sekolah, sebagai basis sumber belajar dan itu perlu keteguhan hati, sikap pantang menyerah dari semua pengurus perpustakaan sekolah.
    • Perpustakaan jangan jangan hanya nunggu ada siswa pinjam atau guru minta buku, lakukan berbagai jenis inovasi. Bisa dari bidang IT, kewirausahaan, budaya daerah atau jaringan internasional. Tonjolkan program ungulan yang unik dari perpustakaan sekolah kita. Misalnya ada perpustakaan yang memiliki beberapa komputer untuk ruang multimedia, ada perpustakaan yang memiliki pojok display promosi budaya daerah setempat seperti wayang atau jejamuan. Ada juga perpustakaan yang melakukan pendampingan pelatihan handicraft untuk kewirausahaan bagi siswa bersama dengan guru memanfaatkan buku atau informasi dari perpustakaan. Ada juga perpustakaan yang melakukan yang terkait dengan kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan peduli sampah di sekitar sekolah. Pokoknya ada banyak hal inovatif yang bisa dicoba diterapkan di perpustakaan sekolah untuk mendukung kemajuan murid.
    sebagai ruang multimedia

    Mengapa harus inovatif?

    Jawabannya adalah untuk menjawab tuntutan jaman. Masa depan murid-murid di sekolah kita harus lebih baik dari hari ini. Segala sesuatu harus diperbaiki secara terus menerus. Never ending growing. Intinya perpustakaan jangan hanya pada midset menunggu atau melayani saja. Dengan selalu berupaya inovatif, Perpustakaan sekolah akan mampu menjadi multi-source learning untuk menjadi jantungnya pembelajaran abad 21 di sekolah – sekolah seluruh Indonesia. Mari mulai upayakan sebuah hal inovatif di sekolah kita, sekecil apapun idenya.

    Layout nyaman mendukung pembelajaran

    Continue Reading

    Hi, Sahabat Belajar. How are you doing? I hope you're all fine. Today let's write a letter. Pernahkah kamu menulis sebuah surat pribadi untuk teman atau saudara? Sekarang ini menulis surat bisa dilakukan melalui surat elektronik atau E-mail. Secanggih apapun teknologinya, menulis surat selalu bisa memberi perasaan istimewa yang sifatnya lebih personal kepada penerimanya. Ayo kali ini kita belajar personal letter atau surat pribadi yang ditulis dalam bahasa Inggris dalam bentuk kumpulan beberapa kegiatan aktivitas.

     PERSONAL LETTER WORKSHEET

    Learning Objective

    In this unit you will:
    Learn to write personal letter & practice a dialogue about sending personal letter

    LET’S OBSERVE

    Activity 1. Practice the following dialogue with your partner and then answer the comprehension questions that follows.

    Pada kegiatan pertama ini, coba bacalah dialog berikut ini bersama dengan temanmu. Ucapkan dengan suara yang jelas dan sungguh-sungguh. Pahami juga arti dari kalimat-kalimatnya. Setelah itu, jawablah lima pertanyaan berikut ini:
    Questions:
    1. What is Cathy doing?
    2. What is Aisyah’s suggestion to Cathy?
    3. Where will the letter be adressed to?
    4. Where will Cathy get some stamps and envelopes?
    5. What will Cathy mostly probably do after writing her letter?

    Dialogue  :
    Aisyah : You look so busy, Cathy. What are you doing?
    Cathy : I’m writing a letter to my friend, Grace who lives in Ontario - Canada. Umm, but I haven’t got any idea what I should write.
    Aisyah : Well, how about telling her about our last vacation to Tioman? I think that would be a wonderful experience to be shared.
    Cathy : yeah, that’s a good idea. Thank’s for your suggestion.
    Aisyah : Don’t mention it. If you need any stamps and envelopes you may take some in my room.
    Cathy : Okay, that’s very kind of you.
    Aisyah : Shall I take you to the post office?
    Cathy : Thank you very much, Ais but I’ll manage it on my own. It’s not far from here.

     Activity 2. Read the following letter and then answer the questions.

    Cathy Pierce

    267 Belawan Street
    Kuala Lumpur, Malaysia 57612
    17 September 2014

    Dear Grace,
        How are you and your family getting on? I hope everyone is fine. I await with eager anticipation to share with you that I spend a family vacation on a tropical island ended up with this wonderful holiday trip to Tioman, a popular Malaysian island resort which shot to fame as the island of Bali Hai in the Rodger's & Hammerstein movie of 'South Pacific'.
        First day that we started our journey, we boarded the high-speed ferry from Kluang ferry terminal in Malaysia for the 2 hour journey to Tioman. I was so excited to be on my first boat ride but the excitement soon wore off once I was in the open sea with nothing much to see except the monotonous scenery of mainland Malaysia in the hazy distance. Out in the open water, the sky was blue and cloudless but in the distance, clouds hovered above Tioman.
        We arrived at the jetty in front of Berjaya Tioman and had to clear immigration officials who had set up desks at the front and rear of the boat. After a long wait, we finally cleared immigration and boarded another boat which brought us to the jetty at Kampung Paya, where we got down and walked to Tioman Paya Resort, which would be our home for the next 4 nights. We had booked a 3 days 2 nights full-board package.
       At the first day, we visited the Tioman Marine Park. As it was a half-day trip, the resort provided packed lunches. My first experience seeing the fish's close-up was exciting. I had amazed that the fish didn't have a natural fear of humans, unlike most terrestrial animals. They would hang around snorkels waiting for handouts and were even willing to be hand fed by visitors.
       After visiting the Marine Park, the boats dropped us at Berjaya Tioman Island Resort where we had the afternoon free. The resort was big and had all the trimmings of a luxury resort: airstrip, golf course, shops and landscaped gardens. However, I noticed that the waters in front of Berjaya were full of dead coral rubble and there were few fishes here. Probably there is a sign of over-development in this part of Tioman.
       The Tioman Paya resort that we stayed was quite nice with its timber chalets blending into the surrounding. The air-conditioned rooms were clean and comfortable with solar heaters mounted on the roofs for hot water. Our particular chalet was located next to the forest. To get to the beach or main dining hall, we had to cross a little wooden bridge built over a river with mangrove trees fringing its banks. Meals were served in the common dining area, which also housed the other shared facilities, like TV, newspapers and other reading material.
       After 4 nights in Tioman, we reluctantly boarded our boat at Paya jetty which transferred us to the main jetty at Berjaya where we caught the high-speed ferry back to Kluang. My first holiday island trip had been a lot more enjoyable than expected, and I now looked forward to my next island destination that is Pulau Redang!Well, it's time to end this letter, and more will follow. Also, I would like to hear from all of you too. Take care!
    Love,

    Cathy

    Questions:
    1. What is the text tell about?
    2. What is the social function of personal letter?
    3. Mention the structure of personal letter
    4. What are the language features of personal letter?
    5. How many days did Cathy spend her holidays at Tioman?
    6. How did Cathy reach Tioman resort?
    7. What did Cathy do in the first day?
    8. What did Cathy and her family do after visiting The Marine Park?
    9. How was the fish at the Marine Park?
    10. Translate the last paragraph into Bhs Indonesia.

    DISCUSSION CORNER

    Ask your friends whether they had once write personal letter? To whom? 
    Ask your friends what subject matter they often write at their personal letter.

    LET’S EXPLORE MORE

     Activity 1. Read aloud the following example of personal letter and then with your friends, discuss the answers of the questions that follow .

    Jl. KPAD Sriwijaya No 12
    Cimahi, West Java 40524
    May 9, 2013

    Dear Estefany,
    I have received your message Estefany. I was so surprised know you’re younger than me. Maybe my name is so strange for you, but you can call me “Galih” or “Agi”. My age is 17 years old. I was born in Bandung on 9 March 1996. I speak Indonesian and I learned Deutsch in my school. But I’m not too interesting with that language. Deutsch is so complicated -_- I like listening to the music and Secondhand Serenade is the best one that I like. Do you know him? Is Secondhand Serenade popular in your country?
            Besides listening to the music, I also like reading. My Father gave me child magazine since I was 3 years old. My father also gave me a book that written by Enid Blyton. What about you? What’s your hobby?
    My teacher also asked me to read the text that you read like Chop Shop and Journey to Jo’s Burg. But in my school library, those books are limited so I must wait my friend finished it. Don’t you read “Sadako and a Thousand Papercranes” ? That’s a kind of sad story that told us about someone who has a poor illness. During shegot a treatment, she always make papercranes Because she wanted to be free like a bird flying on the sky.
    I think that’s all from me. Sorry for my bad grammar and I wish you understand my message. Thank you for your help. I’ll wait your reply soon.
    Sincerely,


    Galih Ardyarofi

    Answer the following questions
    1. Why does Galih write a personal letter?
    2. Who receives the letter?
    3. Which one is the body of the persona letter?
    4. What does Galih write before the salutation or the opening?
    5. Besides Sincerely, do you know other closing words?

    Activity 2. Rearrange the jumbled words to make a good personal letter.
    • It has been two years you moved to England. How are you? I hope you and your family are in good condition.
    • 281 Hill Lane Down side, Barsetshire
    • June, 30 2014
    • Yours faithfully
    • Rose Ann
    • By the way we will have long holidays two weeks later. Do you know that I live in a new house? It is bigger than the old one. You will like it because we have a large garden. You like gardening, right?
    • My dear Sarah,
    • Do come. We look forward to seeing you.

    DO YOU KNOW?

    Parts of a Personal Letter: 
    1. Your name and address 
    2. The date
    3. Your greeting
    4. The content of your letter
    5. Your farewell
    6. Your name
    7. Postscript
    auspost.com.au/education

    How do I write a personal letter?
    • Begin your letter by writing your name and address in the top right-hand corner of the page. It is important to include this information in case your return address (on the back of the envelope) is torn, or the envelope is thrown out. This way the person who receives the letter will always have your address and will be able to reply to you.
    • Next, write the date on which you are writing your letter. This goes on the left-hand side of the letter, just above where you will write your greeting. The date is important so the person who is reading it knows when it was written. It is also helpful for people who like to keep letters they have been sent and look back on them.
    • Under the date write your greeting. It is acceptable in a friendly letter to be informal with your greeting. Depending on how well you know the person you are writing to, you could use "Dear", "Hi" or "Hello".
    • Now it is time to start writing the content of your letter. This is where you put everything you want to include in your letter. Remember, if you forget anything you can always put it in the postscript.
    • When you have finished writing your letter, end it by signing off. Depending on how well you know the person, you could use "Your friend", "See ya" or "From".
    • Sign or write your name under the sign-off.
    • If you have forgotten to include something in your letter or you want to add an extra message, you can use a postscript (PS). This is written underneath your name at the bottom of the letter.
    ACT IT OUT
    1. Write a personal letter, you may choose one of the following situation:
    2. You are  accepted to join in students’ exchange in America. He needs to have a home stay during leaving there. You should contact his host family before your arrival.
    3. You want to tell your friend in Hawaii about your vacation to Bogor Botanical Garden. Write a letter telling your activies and your experience there.
    4. You are now studying at IPB. You write a letter to your mother that these couple month you could not go home because you were focusing to finish your thesis.
    5. You may create your own situation.
    Setelah mencoba berbagai aktivitas di atas, semoga kalian mendapat gambaran bagaimana menulis personal letter/surat pribadi dalam bahasa Inggris.  Cobalah praktek menulis beberapa kali. Baca ulang juga beberapa contoh surat pribadi yang berbahasa Inggris. See You Next Meeting.
    Continue Reading
    Ow, there's a big trouble. Colors are quarrelling! Waduh, gawat warna - warna sedang sibuk bertengkar. Dunia jadi tawar tanpa warna. Ayo baca cerita selanjutnya. Dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, bisa jadi teman belajar nambah vocabulary. Here is the story.
    The Colors of Friendship

          Once upon a time, strange thing happened. The world were losing it’s colors! All colors were flying to the sky and started to quarrel. All colors claimed that they were the best, some argued that they were the most important and the most useful. Some others claimed that they were the best colors.
         “It’s me Green, the most important. I was chosen for grass, trees and leaves. Those are the basic food. Tell me who can live without food?” Green said, “Without me, animals would die and people will suffer. I’m the special sign of hope and life.”
          Blue did not fully agree to Green’s opinion. Blue stated, “I’m the most important and useful color. That’s for sure. It’s not you Green. You only think about the earth, but consider the blue sea and the sky. I’m the color of the sea and sky where water comes.”
          Green was really upset when Blue said that he was the basis of live because the sea was blue. The sky was also blue. Blue drawn up by the clouds from the deep sea which brought the rains. Without Blue, the earth would be no water for life.
          Yellow was laughing to see Green and Blue were quarreling, “Hey, you’re all too serious. It’s me the best color. I bring happiness, laughter and warmth into the world.”
          Green and Blue frowned as Yellow showed them the proof. Yellow described that the sun was yellow, and all creatures need sun shine to live. At night, the stars and the moon shared their light yellow color that bring light at the scary dark night. The world started to smile every time beautiful yellow sunflowers bloomed. It’s stated that without Yellow there would be no fun in the world.
         “Haha.. How could you be that sure, Yellow? I’m the most precious color in the world. I’m the color of health and strength,” Orange started next to add the quarreling conversation. Green, Blue and Yellow did not like how Orange boasted herself. Orange said that all healthy foods the men need were in orange colors, for example carrots, pumpkins, papayas and oranges. Orange carried the most important vitamins which were needed by the human life.
         “I’m the ruler of all of you. I’m the color of bravery,” Red could stand it no longer and shouted out,       “I’m the color of blood. Life need blood. I’m also the color of passion of love. People choose the red rose and poppy to express love”
          All colors were startled as they Red shouted out. Moreover, after that they saw Purple rose up to his full height. Purple was very tall and spoke with great dignity, “I’m the color of royalty and power. Kings and chiefs have chosen me for the sign of authority and wisdom. People listen and obey their Kings and chiefs.”
         Even the most quiet color, Indigo, started to spoke up. Indigo said her words more quietly that others, but with just as much determination, “It’s me, Indigo, that all creature need. I’m the color of silence that represent thought and reflection. You all need me for balance and contrast. Without me there will be no inner peace in you.” The other colors could not accept Indigo’s opinion. The colors went on boasting, each convinced of his or her own superiority. Their voices were became louder and louder. 
         Suddenly the came a bright flash of lightening. The sound of thunder then boomed out loud. All of those colors stopped talking. They were too frightened that they did not want to quarrel anymore. The colors were drawing close to one another. They crouched down in fear. The colors then could hear the Rain began to get closer and speak, “Stop fighting amongst yourselves. It’s useless when you’re trying to dominate the rest. Each of you is special, you know?”
         All colors just stayed quiet when Rain explained that each color was made for a special purpose. Each color was unique and different and would be hard to find out who the best one was. Rain asked all colors to join hands with one another and when Rain poured over them, the colors became united as a beautiful rainbow.
         Rain said, “From now on, when it rains, each of you will be united and stretch across the sky down to earth in a great bow. It becomes a reminder that you can all live in peace.”
    And from that day on, the colors never quarreled. The colors went back to the world and brought more joyful life. And sometimes when Rain washes the world, beautiful colors of Rainbow appears in the sky, showed us to appreciate one another. The Rainbow became the colors of friendship forever. 
    WARNA WARNI PERSAHABATAN
    Jaman dahulu kala dunia kehilangan warna – warnanya. Semua warna terbang ke angkasa dan mulai bertengkar. Semua warna menganggap bahwa dirinya yang terbaik, beberapa berpendapat dengan keras bahwa merekalah yang paling penting dan paling berguna.
    “Ini aku, Hijau, warna yang paling penting. Aku dipilih untuk rerumputan, pepohonan dan dedaunan. Itu semua adalah dasar makanan. Memangnya ada yang bisa hidup tanpa makanan?” kata Hijau, “Tanpaku, binatang dan manusia akan menderita. Aku ini tanda special untuk menyatakan harapan dan kehidupan.”
    Biru tidak setuju dengan pendapatnya si Hijau itu. Biru menyatakan, “Akulah warna yang paling penting dan paling berguna. Itu sudah pasti. Itu bukan kamu, Hijau. Kamu itu hanya berpikir tentang daratan bumi, tapi coba pertimbangkan juga pentingnya laut dan langit biru.”
    Hijau sangat kesal ketika Biru berkata bahwa Birulah dasar kehidupan karena laut berwarna biru. Langit juga berwarna biru. Biru menarik awan – awan dari laut dalam yang membawa hujan. Tanpa Biru, bumi tidak akan ada air untuk kehidupan.
    Kuning tertawa melihat Hijau dan Biru bertengkar, “Hei, kamu semua terlalu serius. Akulah warna yang terbaik. Aku membawa kegembiraan, tawa dan kehangatan di dunia.”
    Hijau dan Biru cemberut saat Kuning menunjukkan bukti kepada mereka. Kuning menggambarkan bahwa matahari itu kuning dan semua makhluk hidup perlu sinar matahari untuk hidup. Pada malam hari, bintang – bintang dan bulan berbagi warna kuning mudanya yang membawa cahaya pada malam gelap yang menakutkan. Dunia pun mulai tersenyum setiap kali bunga matahari yang kuning itu mekar. Dikatakan bahwa tanpa Kuning tidak aka nada kegembiraan di dunia.
    “Haha.. Bagaimana kamu bisa seserius itu sih Kuning? Akulah warna yang paling berharga di dunia. Aku adalah warna kesehatan dan kekuatan,” Oranye kemudian mulai memberi tambahan pada percakapan bertengkar itu.
    Hijau, Biru dan Kuning tidak suka bagaimana si Oranye menyombongkan dirinya. Oranye berkata bahwa semua makanan sehat yang manusia perlukan itu berwarna oranye, contohnya wortel, labu, papaya dan jeruk. Oranye membawa semua vitamin – vitamin yang terpenting yang diperlukan oleh kehidupan manusia.
    “Akulah penguasa kalian. Aku warna keberanian,” Merah tidak tahan lagi untuk bicara dan dia berteriak, “Akulah warna untuk darah. Kehidupan perlu darah. Aku juga warna semangat dan cinta. Orang – orang memilih bunga poppy dan mawar merah untuk menyatakan cinta.”
    Semua warna kaget saat mendengar Merah berteriak. Apalagi, setelah itu mereka melihat Ungu berdiri setinggi – tingginya. Si Ungu sangat tinggi dan berkata dengan penuh kebanggaan, “Aku ini warna dari kebangsawanan dan kekuatan. Para Raja dan pimpinan telah memilihku untuk symbol kekuasaan dan kebijaksanaan. Orang orang mendengarkan dan mematuhi Raja dan pimpinanan mereka.”
    Bahkan warna yang paling pendiampun, Si Indigo, mulai bersuara. Memang Indigo mengeluarkan kata – kata dengan suara yang lebih pelan daripada suara warna – warna lain tadi, tetapi itu disuarakan dengan penuh ketegasan, “Akulah, Indigo, yang semua makhluk hidup perlukan. Akulah warna ketenangan yang melambangkan refleksi dan pemikiran. Kamu semua memerlukan aku untuk kontras dan keseimbangan. Tanpaku tidak aka nada ketenangan dalam dirimu.”
    Warna – warna lain tidak bisa menerima pendapat si Indigo itu. Semua warna terus – terusan menyombongkan diri, setiap warna meyakinkan keunggulannya. Suara mereka menjadi makin keras dan makin keras.
    Tiba – tiba datanglah cahaya kilat yang sangat cerah. Kemudian suara guntur menggelegar keras. Semua warna berhenti berbicara. Mereka terlalu takut sehingga mereka tidak ingin bertengkar lagi. Warna – warna itu saling mendekat. Mereka meringkuk ketakutan.
    Para warna kemudian dapat mendengar Hujan mulai mendekat dan bersuara, “Berhentilah bertengkar satu sama lain. Tidak ada gunanya kalau kalian saling mencoba menguasai yang lain seperti itu. Tiap dari kalian itu istimewa, kalian tahu tidak?”
    Semua warna tetap diam ketika Hujan menjelaskan bahawa tiap warna dibuat untuk tujuan – tujuan istimewa tertentu. Tiap warna itu unik dan berbeda dan akan sulit untuk menentukan siapa yang terbaik. Hujan lalu meminta semua warna saling bergandengan tangan dan ketika Hujan menimpa mereka, warna – warna itu bersatu menjadi pelangi yang indah.
    Hujan berkata, “Mulai dari saat ini, setiap kali hujan, setiap warna akan bersatu dan membentang di langit melengkung ke bumi seperti busur. Ini menjadi pengingat bahwa kalian semua dapat hidup dalam kedamaian.”
    Dan sejak hari itu, warna – warna itu tidak pernah bertengkar lagi. Semua warna kembali ke dunia dan membawa lebih banyak hidup yang gembira. Dan kadang saat Hujan membasahi  bumi, warna – warna Pelangi yang indah muncul di langit, menunjukkan pada kita untuk saling menghargai satu sama lain. Pelangi menjadi warna warni persahabatan selama – lamanya.

    Bagaimana menarik bukan ceritanya? Jadi walaupun kita bisa saja berbeda-beda hobby, beda bentuk rambut, beda warna kulit, kita harus tetap bersahabat. Perbedaan itulah yang membuat persahabatan bisa jadi lebih indah. Seindah pelangi selepas hujan.

    Kita ulang lagi yuk beberapa kosakata yang sudah kita pelajari.
    strange = aneh
    losing = kehilangan
    quarrel = bertengkar
    important = penting
    without = tanpa
    suffer = menderita
    stated = menyatakan
    upset = kesal
    laughing = tertawa
    useful = berguna
    precious = berharga
    health = kesehatan
    strength = kekuatan
    boasted = menyombongkan
    quiet = diam
    purpose = tujuan
    pour = menghujani
    bow = busur/lengkungan
    joyful = kegembiraan
    appears = muncul
    apreciate = mengharagai

    Ulangi terus kosakata yang sudah kalian pelajari di rumah. Bisa dengan dibaca keras - keras dengan meniru pengucapan yang baik. Have fun learning English.

    Salam Belajar,









    Continue Reading

    “Puisi itu alay, Bu!” tulis beberapa siswa saya dalam sebuah angket. Sebuah pendapat yang jujur kadang memang bisa sedikit mengejutkan. Dan itu adalah salah satu pendapat jujur dari salah satu murid saya. Beberapa siswa yang saya ajar menganggap puisi itu hanya sesuatu yang alay dan seperti tidak ada gunanya saja. Dalam kamus mereka kata’alay atau lebay’ mengisyaratkan sesuatu yang berlebihan. Dalam KBBI kata alay artinya anak layangan, gaya hidup yang berlebihan untuk menarik perhatian. Konotasinya jadi berasa negatif.

    Saya adalah seorang guru bahasa & sastra Inggris kelas XI di sebuah Sekolah Menengah Atas. Mengajarkan puisi merupakan salah satu bagian Kompetensi  Dasar (KD) di kurikulum 2013 yang harus saya sampaikan di semester ini. Pembelajaran yang masih memakai konsep Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menambah tantangan tersendiri.
    Sebelum memulai sesi rangkaian pembelajaran daring mengenai KD ini, saya mencoba menggali ‘prior knowledge’ mereka dahulu, mencari tahu apa yang telah mereka tahu tentang puisi, termasuk apa yang mereka rasa tentang belajar puisi. Sebuah survey sederhana saya luncurkan lewat Google Form. Dari jawaban yang hamper 50 % siswa menyatakan merasa kurang ingin belajar puisi, apalagi jika puisinya berbahasa asing. Beberapa siswa menyatakan bahasa puisi itu mbulet, hanya menjadi semacam kegiatan melebih – lebihkan kata dan tidak terlalu berguna.
    Jadi mau dibawa kemana pembelajaran saya tentang puisi ini? Saya memutuskan untuk mencoba membawa puisi lebih dekat ke kehidupan nyata mereka, untuk lebih mudah dicintai. Belajar puisi tidak sekedar untuk bisa menjawab pertanyaan di tes ulangan. Belajar puisi tidak sekedar teori. Bukannya nilai ulangan dan teori tidak penting tetapi saya ingin murid-murid melihat puisi bukan sesuatu yang alay semata. 
    Upaya meningkatkan ketertarikan dan kecintaan siswa terhadap puisi sebagai bagian dari karya sastra perlu terus diupayakan di dalam kelas – kelas. Melalui pemahaman yang baik akan karya sastra, seorang individu akan belajar untuk menjadi manusia seutuhnya. Tidak hanya pandai secara intelektual tetapi juga tajam mata hati dan perasaannnya. Seperti ungkapan Putu Wijaya dalam artikelnya yang berjudul ‘Peranan Sastra’ (2007), membaca dan membahas karya sastra itu bisa membuat siswa terpicu untuk melakukan penjelajahan pemikiran yang luas. Sang maestro teater dan penulis itu berpendapat bahwa karya sastra disampaikan dengan indah untuk mempertebal rasa kemanusian.
    Pembelajaran sastra di kelas termasuk puisi, apapun medium bahasanya, menurut saya perlu dibawa ke konsep itu. Mempelajari puisi itu untuk mempertebal rasa kemanusiaan termasuk cinta kasih. Dan ini sebenarnya selaras dengan konsep program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang dicanangkan pemerintah melaui Perpres Nomor 87 tahun 2017. Pembelajaran harus didesain tidak hanya untuk ‘transfer of knowledge’ tapi juga ‘transfer of value’, bukan sekedar membuat menyampaikan ilmu pengetahuan tapi juga menyampaikan nilai – nilai karakter baik pada siswa.

    Sejak pandemi Covid – 19 melanda di tahun 2019, pembelajaran dilakukan secara daring dengan tidak melupakan PPK. Bapak Nadiem Makarim dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 tahun 2020, menyampaikan beberapa kebijakan tentang penyelenggaraan pendidikan di masa darurat penyebaran Covid-2019. Salah satunya adalah tentang penguatan karakter siswa selama PJJ. Guru didorong untuk mendesain pembelajaran untuk memberikan pengalaman belajar dengan konsep kebermaknaan tanpa terbebani capaian kurikulum semata.

    Itulah mengapa saya kemudian mencoba merancang sebuah model pembelajaran puisi yang tidak biasa – biasa saja. Tidak sekedar membaca dan menjawab pertanyaan berdasar teks puisi saja. Model pembelajarannya diberi nama ‘ POEMS FOR PARENTS PROJECT’ – Proyek Puisi untuk Orang Tua. Biasa untuk ayah, ibu atau keduanya. Sebuah kegiatan sederhana yang mendorong siswa untuk belajar aktif menganalisis puisi berbahasa Inggris, mempresentasikannya, lalu menyampaikannya kepada orang tua mereka.

    Langkah pertama dari pembelajaran ini adalah dengan memberikan beberapa contoh puisi berbahasa Inggris melalui blog pribadi saya: SaungBelajarAisyah.blogspot. Siswa kemudian diberi lembar kegiatan berisi pertanyaan tentang puisi –puisi itu dan mendiskusikannya melalui WA Group kelas. 
    Setelah siswa mendapat cukup pandangan tentang menariknya puisi berbahasa Inggris, siswa diminta mencari contoh puisi berbahasa Inggris lain dari berbagai sumber dengan tema cinta ayah, ibu atau keduanya. Siswa diwajibkan menuliskan sumber puisi yang mereka pilih. Memang di KD ini, tidak ada kompetensi membuat puisi, jadi siswa diarahkan untuk mencari dari berbagai sumber. Pada pembelajaran Lintas Minat Bahasa Inggris, KD Poem diajarkan hanya setaraf siswa dapat memahami unsur dan isi puisi serta dapat membuat sebuah analisis sederhana.

    Tapi ternyata beberapa siswa malah dengan berani menghubungi saya secara pribadi lewat WA, menanyakan apa boleh memakai puisi karya mereka sendiri. Ada sedikit siswa yang rupanya suka menulis puisi, termasuk puisi berbahasa Inggris. Sebuah karakter berani dari Generasi Z yang perlu diapresiasi. Maka oke saya bolehkan. Siswa boleh menganalisis puisi dari sumber lain atau puisi karya sendiri.
    Ini salah satu contoh puisi karya siswa sendiri. Belum sempurna mungkin, tetapi apa yang ditulis dari hati pasti akan sampai ke hati.

    My Good Listener
    By Hemas P

    Mother, the wingless angel whom God had sent for me
    Someone who understands all my story
    A friend who listens to me all the time
    As if you were my diary

    When my day is not as beautiful as the rainbow
    You said tomorrow will be better
    The word I remember until now
    And when the sun greets in the morning
    I hope my day is better than yesterday

    Thank you mom
    I love you more than you know
    If I could choose a mother
    You’d be the one I select

    Ibu, malaikat tak bersayap yang Tuhan kirimkan untukku. Betapa cantiknya ungkapan puisi untuk ibu karya Hemas itu. Baginya Ibu lah yang mengerti dan mau mendengar semua ceritanya sepanjang waktu. Ibunya bagai buku hariannya. Ibu jugalah yang menghiburnya saat harinya tak seindah pelangi. Meyakinkan bahwa besok ada hari yang lebih baik. Hingga pada akhirnya Hemas yakin jika ada kesempatan baginya untuk memilih seorang ibu, pasti hanya ibunya itu yang akan dia pilih.
    Beberapa siswa ada juga yang memilih puisi untuk ayah atau orang tua mereka. Puisi berbahasa Inggris yang sudah mereka pilih itu kemudian dianalisis.

    Setelah memilih sebuah puisi siswa mempresentasikannya secara singkat lewat video conference di aplikasi Zoom. Siswa berdiskusi dengan temannya mengapa memilih puisi itu untuk ayah atau bundanya. Mereka juga menganalisis tema, amanat, unsur fisik puisi berupa rima, bait dan baris. Selain itu mereka juga mempelajari banyak kosakata baru Bahasa Inggris di puisi – puisi itu. Bagi yang terkendala tidak bisa ikut vicon difasilitasi dalam diskusi lewat group video call dalam kelompok kecil. Hasil analisis tertulis dikirim lewat Google Classroom. 

    Setelah proses tersebut, siswa kemudian menyalin puisi berbahasa Inggrisnya dilengkapi dengan terjemahan Bahasa Indonesia di kertas yang menarik. Siswa kemudian diminta menyerahkan puisi tersebut kepada ayah atau bundanya. Sebagai bukti, siswa diminta melampirkan foto saat menyerahkan lembar puisi tersebut pada orang tuanya. 

    Kegiatan terakhir ini bagi beberapa anak tidak semudah kelihatannya. Ada beberapa anak yang begitu malu menyampaikan kepada ayah atau bundanya. Menyampaikan rasa sayang kepada orang tua secara ekspresif kadang dirasa sulit.Guru perlu melakukan dorongan pribadi ke siswa itu, secara daring tentu saja. Beberapa cerita berbeda ada yang kemudian mengalir, tentang sedihnya tidak serumah dengan ayah bunda karena ditinggal merantau atau sedang dalam proses perceraian. Dalam hal ini guru kemudian bisa berperan sebagai teman bicara siswa sambil memberi arahan.
    Ada juga beberapa siswa yang orang tuanya merantau jauh dari kota kami. Kami berdiskusi bagaimana agar puisi yang mereka tulis itu bisa sampai kepada mereka. Akhirnya, agar ada foto seperti teman lain, mereka mengirim screenshot orang tua mereka saat sedang membaca puisi mereka melalui kiriman hp. Walaupun jauh, puisi tetap bisa sebagai sarana untuk jadi bahan obrolan mereka, saling menunjukkan kasih sayang melalui puisi.

    Di sinilah tugas tersebut menjadi ada unsur kebermaknaannya. Puisi tidak sekedar kata-kata alay yang tidak ada manfaatnya. Di sini puisi digunakan sebagai media untuk memperindah penyampaian rasa cinta kasih anak – anak itu kepada orang tuanya. Pembelajaran Bahasa Inggris dikaitkan dengan penguatan karakter siswa, yaitu karakter menghargai dan cinta orang tua.
    Pada akhir rangkaian pembelajaran Poems ini saya dikejutkan oleh WA seorang ibu, wali murid salah satu siswa kami. Beliau kaget katanya ketika si anak dengan malu – malu menyodorkan puisinya dan meminta foto bareng. Beliau begitu terharu dan berterimakasih telah membuat pelajaran yang mengajari anaknya mengekspresikan kasih sayang kepada orang tuanya. Anaknya itu memang termasuk sangat pendiam dan kesulitan mengekspresikan diri untuk menunjukkan perhatian kepada orang tua ataupun anggota keluarga lain. Inilah beberapa contoh puisi indah yang dipilih siswa untuk orang tua mereka:
    STAR DAD
    By Karl Fuschs

    I love you Dad and want you to know
    I feel your love wherever I go
    Whenever I’ve problems, You’re there to assist
    The ways you have helped me would have quite a list

    Your wisdom have shown me the way
    I’m thankful as I live day by day
    I don’t tell you enough how important you are
    In my universe, You’re the bright shining star


    MOTHER O’MINE
    By Ruyard Kipling

    If I were hanged on the highest hill
    Mother o’mine, O mother o’mine
    I know whose love would follow me still
    Mother o’mine, O mother o’mine

    If I were drwoned in the deepest sea
    Mother o’mine, O mother o’mine
    I know whose tears would come down to me
    Mother o’mine, O mother o’mine

    IBUKU
    (Oleh Rudyard Kipling)

    Jika aku digantung di atas bukit tertinggi
    Ibuku, Oh Ibuku
    Aku tahu cinta siapa itu yang akan terus mengikuti
    Itulah kau ibuku, Oh Ibuku

    Jika aku ditenggelamkan di lautan terdalam
    Ibuku, Oh Ibuku
    Aku tahu air mata siapa yang bersamaku tenggelam
    Itulah kau ibuku, Oh Ibuku

    Karakter menghargai dan cinta orang tua kadang memang terlihat sepele, tetapi bagi beberapa murid, menyatakannya kadang perlu dorongan dan latihan. Melalui ide Poems for Parents Project ini, kita dapat mendorong dan melatih siswa untuk lebih menunjukkan cinta mereka terhadap orangtua. 
    Indonesia Strong From Home, saya memang pendukung berat ide Ayah Edi ini. Negara ini akan menjadi sebuah negara yang sangat kuat,hebat jika semua pihak peduli untuk menguatkan karakter anak sejak dini mulai dari rumah.Termasuk guru, dengan menyusun pembelajaran yang lebih bermakna, selalu berupaya melibatkan kegiatan penguatan karakter siswa.


    Continue Reading
    Older
    Stories

    About Me

    Dewi Apriliana
    An ordinary working mom who loves kids and teaching and reading
    Read More>

    Popular Posts

    • Making Appointment & Reservation by Phone ; Belajar Bahasa Inggris Yuk
    • Apem Kukus Tradisional yang Ngangeni
    • LANGKAH MUDAH MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK LDA
    • Giving Examples in English ; Materi Bahasa Inggris Lintas Minat Kelas XI
    • Smart Apps Creator (SAC) Sebagai Alternatif Media Pembelajaran Daring
    • Memanfaatkan Blog Sebagai Media Pembelajaran Jarak Jauh
    • Membuat Laporan Karya Inovatif Video Pembelajaran
    • Let’s Learn Poems ; Sebuah Alternatif Pembelajaran Puisi Berbahasa Inggris

    FOLLOW US

    recent posts

    Labels

    ruang baca ruang guru ruang impian ruang kelas ruang keluarga ruang menulis ruang perpustakaan

    Statistics

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top