WFH nya Emak Guru
01.55Sudah hampir tiga pekan ini, hampir semua hal harus dikerjakan dari rumah. Beribadah, belajar, dan bekerja dari rumah. Work From Home, atau WFH itu... Huufttt.. Tidak mudah ternyataaa.
Jangan - jangan mulai depresi nih saya.
Soalnya, kadang sayanya jadi mulai kayak agak linglung, mau ngerjain apaa, eh yang dipegang apa :)
Malas juga sering tiba tiba menyerang. Effortless. Tidak semangat.
Untuk menjaga kewarasan, harus mulai nulis nih.
Tahap pertama, oke, saya mengaku, saya tidak sedang baik baik saja. WFH itu berat bagi saya saat ini. Mengajar lewat jempol dan laptop itu bukan saya banget. Guru lain banyak yang oke oke saja. Banyak yang lancar jayaa WFH nya. Tapi sepertinya saya tidak. Eh, belum.
Berikutnya, let me tell you my problem.
Sulit Konsentrasi
Mengajar dari rumah jadi sulit dengan teriakan si kecil di sekitaran rumah. Bungsu saya masih kelas 2 MI. Masih perlu pendampingan mengerjakan tugas dari gurunya.Kemarin menggambar roti dibagi dua, jadi 1/2, besoknya semangka dipotong tiga bagian 1/3. Nah 1/2 dan 1/3 itu mana yang lebih banyak?! Emak harus ikut mikir pas di sininya.
Jangan lupakan pula, si kecil beberapa kali harus ngirim video praktik baik di rumah sesuai tema. Video pas nyapu, ngaji, berjemur, sampai nari kupu kupu. Iyaa diiringi lagu kupuu kupuu yang lucuu. Saatnya emak kembali beraksi.
Kakaknya sih sudah madrasah tsanawiyah, soal pr dari gurunya dia sudah bisa mandiri. Tapii soal teriak minta makan dan cemilan. Dua duanya sama sajaa.
Baru mau pegang leptop sudah tanya nanti makan siangnya sama apa, boleh tidak roti di lemari tak celup milo sekarang, eh milonya harus pakai air panas ya buk. Termosnyaaa... Huufftt.. Tariik nafaas.. Letakkan kembali leptopnya.
Masa iya mau diam saja saat dapur sudah mulai krompyangan tanda si duo krucil itu beraksi ala chef. Paling tidak kan ya harus mengawasi.
Bapaknya di manaaa?? Sedihnya bapaknya anak anak itu karyawan swasta yang tidak menerapkan WFH. Tidak bisa di andalkan maksimal untuk hal hal tersebut di atas.
Dan saya belum terbiasa dengan seperti itu. Rasanya frustrating!
Tapi ada positipnya juga sih, dapur sekarang lebih meriah. Dan waktu bersama anak jadi full 24 jam. Saluut dengan para bunda full mom, yang masih bisa berbisnis dan berkarya dari rumah.
Parno Tentang si Virus
Mungkin karena terlalu banyak terpapar berita itulah yang membuat saya kadang jadi over paranoid soal wabah ini.Di tivi, koran, grup wa sampai obrolan singkat dengan tetangga isinya tidak jauh jauh dari corona, covid 19, apd, masker, angka kematian.
Apalagi bapaknya anak anak masih tetap harus kerja di luar rumah. Rasanya tambah was was. Jangan jangaan..
Padahal si bapak, tertib tertib saja, kalau pas pulang kerja ya langsung cuci tangan kaki di depan rumah. Langsung mandi, taruh baju kerja di tempat cucian atau dijemur. Tetap saja kekhawatiran itu ada.
Untuk itulah saya kemudian membatasi konsumsi berita berlebih tentang wabah ini. Ya tetap waspada. Tetap stay at home -tapi tidak over parno.
Murid Mengeluh Banyak Tugas
Karena saya mulang di SMA, mengajarnya per mapel. Tidak guru kelas seperti di SD atau TK. Murid SMA merasa banyak banget tugasnya, setiap guru di tiap mapel memberi tugas yang berbeda.
Itu seorang murid, namanya mas Lintang, sampai bikin video lagu #kangensekolah. Kreatif bener dia menyampaikan kegalauannya tentang banyaknya tugas online dari guru sampai otak panas. Wkwk..bisa aja kamu nak.
Karena tugas itu di kerjakan mandiri di rumah. Banyak siswa yang keteteran. Merasa mengerjakan sendirian itu yang membuat lebih berat. Banyak dari mereka mulai kangen teman temannya.
Iya benar sekarang mereka bisa berkomunikasi dengan gawai mereka, tapi tetap saja mengerjakan bersama teman sambil gojekan di kelas itu lebih menyenangkan. Dan tidak merasa berat.
Guru dilema juga, di satu sisi harus tetap mengajar dari rumah, di sisi lain tidak boleh memberatkan siswa. Sekarang sudah banyak guru mulai memberi tugas yang sifatnya lebih asik bagi murid.
Masalah Minim Kuota dan Susah Sinyal
Beberapa murid beban banget lho dengan masalah ini. Ada yg curhat, bapaknya dirumahkan karena wabah. Pemasukan di rumah mereka kan jadi seret. Jangankan beli banyak kuota, untuk makan saja harus berhemat.Semakin banyak guru memberi tugas secara daring, semakin besar kebutuhan kuota internet. Kan ada wifi?! Iyaa itu bagi mereka yang punya.
Saya tahu banget lah soal ini sebaab.. Rumah saya pun tak ada wifi :)
Apalagi jika orang tuanya kesulitan keuangan. Saat apa apa mahal seperti ini. Kebutuhan kuota yang tinggi akibat sekolah online bisa terasa mencekik. Termasuk gurunya lho.
Di lain cerita ada yang ngeluh susah sinyal. Ada yang harus nangkring di pohon, atau mojok di pinggir lapangan desa demi mendapat sinyal yang ter top cer. Beberapa siswa kami memang ada yang tinggal di wilayah pedesaan.
Jadi saya harus aktif mengecek, dan nguyak uyak apakah tugas mereka sudah terkumpul. Yang runyam, kebetulan saya ngajarnya sampai di Kd titik 4. Yang artinya tagihannya berupa produk.
Lain kalau kd titik 3, tagihannya bisa lewat soal pilihan ganda di google form.
Tagihan tugas saya adalah menulis teks. Saya mengajar di enam kelas dengan 36 murid per kelas. Jadi ratusan tulisan harus saya cermati satu per satu. Kalau tidak jeli, bisa saja tulisannya Burhan ternyata sama persis dengan tulisannya Dahlan dan Susi. Karya tulisan itu unik, berbeda tiap anak.
Penjelasan saya pakai blog, untuk tugas submitnya lewat google form. Idealnya memang v con, bisa ada interaksi yang lebih aktif dua arah. Tapi beberapa murid merasa keberatan dengan v con karena berat atau boros kuota.
Pokoknya harus pinter pinter lah, mencari moda pembelajaran yang ringan diakses gawai siswa, ada isi pembelajaran, tapi juga ada unsur fun nya. Tidak memberatkan murid.
Screenshot status seorang murid
Naah, itulah cerita WFH versi saya. Tidak indah berbunga bunga. Masih harus banyak belajar menyesuaikan diri. Tapi paling tidak, sudah merasa lebih legaaaa setelah menuliskannya :))
Ide mengajar LDR an pun kembali menyala. Mbuat video pembelajaran misalnya. Caranya bisa disimak disini :
membuat-menilaikan-video-pembelajaran
Sungguh ini bukan mengeluh. Mungkin hanya rindu. Teramat sangat rindu kembali ke sekolah.
Salam hangat.
34 comments
wah harusnya sih bisa di ambil positifnya aja mbak, karna semua2 harus di rumah jadi punya qality time juga sama keluarga, memang gak mudah sih, tapu dimulai aja dari sedikit2 :D
BalasHapusIyess betul mas, positifnya saya bisa banyaaak banget waktunya dengan anak anak.
HapusJadi ide tulisan baru nih, besok saya mau nulis hal hal positif saat wabah ini.
Terimakasih sudah mampiiir
Miris yaa mbak...Sama seperti saya biasa kerja keluar bahkan sampai jarak jauh. Sekarang cuma dirumah ngurus anak, Karena istri kerja juga. Jadi yaa berkesan repot dengan pelajaran anak2 yang bikin pusing kepala bagi saya.😊😊
BalasHapusDitambah guru sekarang nggak mau pusing yaa... Cukup bilang belajar Online. Kalau yang senin kamis paketnya yaa bingung juga...Kerja saja banyak yang libur..🤯🤯
Yaa semua musibah ini cepat berlalu yaa mbak Amiin!!..🙏🙏🙏
Aamiin ya robbal alamin.
HapusLha ini mas satria malah bisa ndampingi anak belajar. Kalau swami saya itu sudah nyeraah saja :))
Judeg buk ngajari anakmu sinau' katanya
Haha..
Tapi kalau menemani anak berjemur atau olah raga, masih mau dia.
Nggak mesti saya setiap hari sih dampingi anak, Istri juga ..Gantianlah.
HapusCuma bete saja harus jadi guru dirumah. Kalau Digaji mah enak yaa...lhaa nyari duit juga ujung2nya.😂😂😂😂
Katanya sih ikhlaskan saja yee nggak Amiin..🙏🙏
kalau di rumah ibu-ibu bisa masak terus ya mba
BalasHapusIya nih..jadi terpaksa rajin masak. Padahal kemampuan memasak saya itu dulu begitu mengenaskan.. Ehehe positifnya saya jadi belajar masak sekarang ini
HapusWaaaah ..., itu juga yang kuaklami, kaak .., jadi paranoid 😓 !
BalasHapusMau megang sesuatu untuk dikerjakan, takut terpapar virus.
Mau aktivitas apa, juga takut kena.
Jadinya, dikit2 rajin cuci tangan.
Iya nih, mau mbukak pintu mikir, ini handle nya bersih tidak yaa.. Mau nerima uang kembalian dari tukang sayur aja kadang deg degan. Itu uang sudah beredar ke tangan siapa saja yaaa :)
HapusPositifnya sih ya itu. Rajin cuci tangan
Kapan paranoid ini akan berakhir ya, kak ...😓
HapusLihat di televisi,korban tiap hari makin bertambah.
Repot juga bu jadi guru, selain harus mengajar murid secara online juga harus mengurus dua anak di rumah. Kalo ngga diawasi, takutnya anak buat masakan sendiri di dapur dan tahu tahu masakannya gosong.😂
BalasHapusSama Bu, saya juga masih kerja di luar rumah. Kalo kuli sih ngga bisa di rumah, sebenernya pengin diliburkan tapi nanti ngga ada pemasukan.
Tetap semangat ya Bu guru.😊
Dapur sudah jadi bagai kapal pecah ini mas.
HapusTapi positifnya anak anak ikutan kreatif menjelajah dapur.
Padahal dulu jarang dapur semeriah itu
Betul Bu guru, siapa tahu nanti besarnya anak-anak jadi koki atau chef dan masuk tv.😊
Hapussoal paketan kuoata, sebenarnya saya sudah lama ingin membuat artikelnya
BalasHapusTapi ya itu, entah kenapa, terlalu banyak dirumah atau berdiam dirumah justru kemalasn melanda.
Mau menulis itu berat sekali, semangat jadi hilang.
Mungkin karena pikiran terlalu suntuk, jadi inginnya itu tidur melulu. Bangun tidur terus makan, dan tidur lagi.
mau menulis, entar entor sampai basai berita yang mau disampaikan
Termasuk paketan kuota gurunya lho mas ehehe.. Saya tak ada wifi di rumah juga
HapusSaya termasuk yang support school from home. Babak belur memang, ya di tenaga apalagi di biaya. Tapi jalani aja lah, ini termasuk qadarullah... insya Allah akan segera berlalu
BalasHapusAamiin ya robbal 'alamin. Semoga wabahnya segera usai.
HapusWah sy kebetulan wfh selamanya alias ibu rumah tangga mbak 😂 dl pernah keeja awal" nikah, trus berhenti krna suami pingin sy fokus aja ngurus dirumah, tpi krna kebiasaan sy betah" aja... Tetep semangat yo mbak.. Mudah"an si koronah-koronah cepet berlalu.
BalasHapusAamiin..sudah mulai bosen juga nih anak anak akibat si koronah ini.
HapusMakanya salut bgt dengan yg memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Wfh nya selamanya tapi tetep bisa enjoy dan bakooh :)
Semangat mba. Jgn kalah sama corona. Tetap jaga kesehatan, jgn paranoid ntar depresi. Itu yg mmbuat imun kita jd turun. Selmat beraktivitas ya
BalasHapusIya nih mbak..harus booster semangat nih..misal dengan lihat postingan mbak erni yang seger seger tentang kota malang
HapusIya ya mba. SFH atau WFH bagi guru justru terkesan lebih ribet ya mba. Banyak teman guru yg bilang lebih enak ngajar di kelas daripada ngajar online. Selain masalah kuota atau sinyal,juga ada masalah rempong Ama anak-anak juga ya mba. Karena di rumah... Tapi tetap semangat ya mba. Insya Allah kita bisa melalui ini dengan baik
BalasHapusAamiin, mungkin karena sudah terlanjur terbiasa nyaman belajar dengan tatap muka :)
HapusYesss..semangaaatt
Aku setuju Kak, sebagai guru pasti kewalahan mengajar di rumah aja.
BalasHapusSementara itu, siswa-siswi memang banyak yang mengeluh tugas terlalu banyak, susah dikerjakan, dan harus mengerjakan sendiri. Jadi capek.
Kalau di sekolah kan enak, rame2 dan kalau nggak bisa, bisa saling bantu. Seperti itu deh.
Sama nggak perlu repot mikirin signal dan orang2 di sekitar rumah karena di sekolah kita memiliki tujuan sama.
Semangat ya Kak!
Ternyata Kak Dewi guru SMA, keren sekali deh.
Menarik artikel tentang suka duka WFH seorang guru. Tentunya tidak semua murid suka dengan banyak tugas dan dikirim via email. Mereka yang tidak nyaman harus diberikan edukasi terlebih dahulu. Benar, guru pun harus cari-cari sendiri metode pembelajaran online yang paling efektif tapi disenangi murid. Sebenarnya dengan banyak tugas, membuat murid fokus diam di rumah tidak keluyuran. Ketika lelah, mereka akan beristirahat di rumah. Namun, idealnya harus ada waktu juga untuk membantu orangtua misalnya. Tapi, bukan sebaliknya orangtua kerepotan membantu tugas online anaknya hehe...
BalasHapusdilema jadi guru ya mba, tapi ga apa mba. profesi guru baik.. murid muridnya dikurangin aja tugas nya hihi
BalasHapusrepot ya jadi guru, padahal meski dari rumah ya guru berusaha sedemikian rupa agar pelajaran yang harus dipelajari bisa disalurkan ke muridnya.
BalasHapusBtw kerja dari rumah emang rempong hahaha.
Saya kadang ngakak membaca banyak keluhan orang WFH, jangankan ibu-ibu, bapak-bapakpun mengeluh.
Kadang mau ngakak aja kalau ada yang bilang, istri harus punya penghasilan sendiri, bantuin suami.
Jadi meski jadi IRT cari uang dari rumah, qiqiqiqiq, dikira semudah itu apa? :D
Btw teman-teman di sekolah anak saya lebih parah dong, mereka minta pakai zoom segala, ckckckck
Sekarang anak2 jadi sadar, segalak2nya guru ternyata lebih garang maknya. Sampe banyak yang curhat ingin segera bersekolah dengan normal :)
BalasHapusDirumah juga wajib pakai masker...biar ndak makan terus..hehe
BalasHapussemoga kita segera kembali ke kehidupan normal....
BalasHapusThank you for sharing useful posting
Wah iya nih. Saya juga merasa susah sinyal banget. Mungkin karna banyak yang pakai. Kalau hari-hari biasa kan mereka kebantu wifi kantor, ini sekarang nggak. Harus mandiri.
BalasHapusKesel juga sih. Saat begini kok sinyal susah. Huhuhu
Adik saya kebetulan juga guru,,,karena screenshot itu kadang dia berkeluh kesah dan kasihan juga sama orang tua murid yg harus ada biaya tambahan buat beli kuota anaknya,,,sedangkan guru aih dapat jatah kuota dari sekolahan,,,susah emang,,,akhirnya selama pandemi ini adik saya membuka mirip les privat gratis khusus muridnya yg rumahnya dekat saja,,,
BalasHapussaya juga kuliah onlen susah banget sinyal di kampung saya, terkendala dan sering absen kelas jadinya
BalasHapusBaru pertama kali aku membaca cerita WFH dari seorang guru, yang ternyata perjuangannya juga nggak kalah berat dari para murid dan ortu murid :(
BalasHapusSemoga pandemi ini bisa segera berlalu ya kak, agar kegiatan belajar mengajar ini bisa kembali normal. Aminnn.