Cerita Anak Petualangan 3 Beruang Cilik Dilengkapi Lembar Aktivitas ; Bilingual Indonesia - Inggris

19.38

Cerita tiga beruang cilik bersaudara yang seru saat berpiknik. Tiba - tiba wuzzzzh mereka tersapu angin besar. Hei, kita dimana? para beruang berseru panik. Ayo baca ceritanya. Bisa sambil belajar bahasa Inggris karena ceritanya disajikan bilingual Indonesian - English. Dilengkapi pula dengan lembar aktivitas untuk dicetak lalu dikerjakan dengan kakak atau ayah bunda. Let's read The Adventure of Three Little Bears.


THE ADVENTURE OF THREE LITTLE BEARS

     One day the sun shone bright over a forest on the slope of Tana Mountain. The trees were swaying in the morning breeze. Near the Lazy River, you could see a warm and cozy cave. A family of bears lived there, The Papa Bear, Mama Bear and their three little bears. Those three little bears had different fur color. The smallest bear with light cream fur was called Lolly. The cheerful bear with reddish brown fur was named Berry, and the dark brown bear was Choco.
     The three little bears decided to go on a picnic today. It was the end of winter, more and more snow melted. Only the top of Tana Mountain which still had white snow. They could it see it clearly from their place. The grasses along the river banks ware greener without snow.
     It was Lolly’s first picnic. She had made a bright red picnic mat with Mama Bear during the winter. It was a large rectangle cloth mat with decorated patterns on each corner. At the top of the cloth, Lolly had carefully made beautiful embroidery on the shape of sun on one corner and wind on the other corner. At the bottom part corners, there were rainbow and stars embroideries. It was a special beautiful cloth picnic mat and Lolly just couldn’t wait for her best picnic with her brothers, Choco and Berry. 

PETUALANGAN TIGA BERUANG KECIL

     Suatu hari matahari memberi sinar cerah di atas hutan dan lereng Gunung Tana. Pepohonan berayun di antara semilir angin pagi. Di dekat sungai yang bernama Lazy River, kamu dapat melihat sebuah gua yang hangat dan nyaman. Ada sekeluarga beruang tinggal di sana, Papa Bear, Mama Bear dan ketiga anak mereka. Ketiga beruang kecil itu mempunyai warna bulu yang berbeda. Beruang terkecil dengan warna bulu krem muda dipanggil Lolly. Beruang yang ceria dengan warna bulu coklat kemerahan diberi nama Berry, dan beruang yang coklat tua adalah Choco. 
    Ketiga beruang kecil itu memutuskan untuk pergi piknik hari ini. Saat itu sudah akhir musim dingin, sudah makin banyak salju yang meleleh. Hanya puncak Gunung Tana yang masih mempunyai salju putih. Mereka dapat melihatnya dengan jelas dari tempat mereka. Rerumputan di sepanjang tepian sungai makin menghijau tanpa salju.
     Ini adalah piknik pertama Lolly. Dia telah membuat sebuah alas piknik berwarna merah cerah dengan Mama Bear selama musim dingin. Itu berupa alas terbuat dari kain persegi berukuran lebar dengan pola hiasan disulamkan di tiap sudutnya. Pada bagian atas kain itu, Lolly telah membuat sulaman indah dengan bentuk matahari pada satu ujung dan bentuk angina di tepi ujung yang satunya. Pada sudut – sudut bagian bawah kain, ada sulaman berbentuk pelangi dan bintang – bintang. Itu adalah alas piknik terbuat dari kain yang begitu indah dan Lolly betul – betul tidak sabar untuk piknik terbaiknya bersama kedua kakak laki – laki nya, Choco dan Berry.
     “Berry, Lolly…lihat! Aku bawa sesuatu yang istimewa untuk kalian dari hutan,” Choco berkata dengan keras. Di tangannya terdapat sebuah keranjang bambu berisi penuh buah bluberi, “Dimana kalian?”
“Hei, kami di sini, Choco. Kami di tepian sungai,” Berry menjawab dan Lolly melambaikan tangan. 

Choco berlari menuju mereka. Berry dan Lolly telah selesai menata alas piknik di bawah sebuah pohon apel. Tiga piring kecil, sebuah teko air,beberapa gelas, sendok dan garpu telah siap semua di atas alas itu. Lolly memotong kue pie yang dibuat oleh Mama Bear menjadi tiga irisan. Setiap iris diletakkan di atas piring berwarna cerah. Kuenya masih hangat. Hmmm… bau kue pienya sangat lezat. Choco mencuci buah bluberinya dan kemudian menuangkannya di atas potongan – potongan pie itu. Kuenya jadi terlihat bagus sekali!
     “Tunggu sebentar,” kata Berry, ”Aku tadi telah mendapatkan beberapa madu dari sebuah lubang di pohon mati sebelah sana. Pie bluberi kita akan lebih special dengan madu.”
     “Hebat, Berry. Aku sukaaaa madu,” Lolly begitu gembira. Dia mengambil sesendok besar madu itu lalu menuangkannya pada tiap potongan kue pie mereka yang begitu luar biasa, “Woow, ini adalah piknik yang terbaik!”
     Setiap beruang kecil duduk di alas piknik dan menikmati makanan special mereka. Buah bluberi dan madu itu begitu manis. Mereka berbincang dengan ceria. Tiba – tiba, mereka dapat merasakan bahwa angin terasa bertiup kencang. Beberapa tetes hujan yang tak diharapkan menimpa mereka dengan cepat. Lebih banyak awan hitam bergelantungan di langit. Piknik gembira mereka berubah jadi kekacauan.
     “Ayo kita pulang sekarang!” kata Choco. Dengan tergesa, Choco dan Berry mencoba untuk menyelamatkan perlengkapan piknik mereka. Mereka berlari menuju rumah tetapi angin menjadi makin kuat dan makin kuat. Apa itu tornado atau angin puting beliung? Tak satupun dari mereka pernah melihat angin sekuat itu.


     Ketiga beruang kecil itu saling berpegangan tangan erat. Lolly, yang terkecil, yang pertama tertiup angin itu. Alas piknik yang diabawanya berkibaran ke atas seperti layangan merah besar. Tubuh Lolly tak lama kemudian juga terangkat ke atas, Berry memegang tangan Lolly dengan erat, “Bertahanlah, Lolly!”
     Tetapi Lolly tertiup makin tinggi sehingga tubuh Berry ikut terangkat juga ke atas. Tangan kiri Choco memegang erat tangan Berry. Tangan yang satunya memegangi sebuah pohon.
    “Jangan biarkan tanganmu terlepas dari pohon itu, Choco..uwoooo,” Berry berteriak keras saat tubuhnya terangkat lebih tinggi oleh angin. Choco mencoba sekuat tenaga untuk tetap terkait dengan pohon itu tetapi anginnya menjadi makin kuat. Tangannya pun kemudian terlepas dari pohon dan tertiup angin bersama saudara – saudaranya.
    “Aku tidak tahan lagiiii.. anginnya makin kuat. Teruslah berbegangan tangan. Bersama – sama kita pasti bisa melalui angin ini!” Choco berteriak kuat – kuat. Mereka diterbangkan angina makin tinggi dan makin jauh.
    Angin tornado itu akhirnya pergi menjauh dari mereka. Ketiga beruang kecil masih bersama. Choco mendapati dirinya sedang memeluk sebuah pohon besar, tidak terlalu tinggi, sedangkan Berry tersangkut di dahan dekatnya. Tapi tunggu! Dimana Lolly?
    “Chocoooo…. Beryyyyy… Dimana kalian?” itu adalah suara Lolly dari bawah pohon. Dia terjatuh ke salju. Tubuhnya tersangkut di salju tetapi dia baik – baik saja, tidak terluka.
    “Aku tersangkut di dahan – dahan atas sini, Lolly,” Berry menjawab. Lolly menggoyangkan pohon itu sekuat tenaga. Dan seperti apel yang besar, Berry terjatuh ke atas salju yang lembut. Choco merosot turun setelahnya dan kemudian membantu Lolly keluar dari salju.
    “Oh, terimakasih ya Alloh, aku senang kita tidak terluka. Tetapi dimana kita ini?” kata Choco berkata. Dia memeluk saudara – saudaranya dan melihat sekeliling. Mereka belum pernah tahu tempat itu dan sangat sepi di sekitar sana. Lolly mulai menangis. Dia begitu khawatir kalau mereka tidak bisa pulang. Dia mengusap air matanya dengan kain alas pikniknya.
    “Lihat, Lolly. Kamu masih membawa alas piknik itu bersamamu, itu hebat,” Choco mencoba menghibur adiknya.
    “Tenang, adikku tersayang. Kita akan mencoba pulang. Selama kita bersama kita akan baik – baik saja,” kata Berry. Ketiga beruang itu melihat sekeliling dan menyadari bahwa salju masih agak tebal di sana. Beberapa pohon masih tertutupi salju.
    “Hmm, coba lihat sekeliling kita,” kata Lolly,” kita masih bisa melihat ada salju di sekitar kita, dan tahukah kalian tempat mana yang terlihat putih jika dilihat dari rumah gua kita?”
    “Di sekitar puncak Gunung Tana!” Choco dan Berry berteriak keras dengan gembira. Mereka agak senang bahwa mereka akhirnya bisa tahu dimana posisi mereka. Tetapi bagaimana cara mereka pulang? Matahari hampir tenggelam.
    “Ayo kita pergi ke tempat yang lebih terbuka, mungkin seperti batu besar itu, “ Choco memberi saran. Mereka berjalan menuju batu besar yang tidak jauh dari pohon. Mereka memanjat dan jadi tahu bahwa di atas batu itu mereka bisa melihat lingkungan yang luas di sekitar mereka. Gunung Tana tidaklah terlalu tinggi tetapi mereka tidak akan segera turun sebelum mereka mengamati dimana arah gua mereka. 
    “Baiklah, aku dapat melihat kalau mataharinya lebih rendah di arah sana, jadi itu pasti arah barat,” Lolly mengamati, “dan aku percaya bahwa gua kita ada di posisi di mana arah matahari tenggelam.”
    “Kamu sangat pandai, Lolly! Choco memuji adiknya, “tapi ayo beristirahat sebentar, aku sangat capek.”
    “Dan kita bisa menikmati beberapa camilan juga. Aku tidak bisa meninggalkan camilan spesial kita tadi,” Berry tersenyum kemudian dia meraih sesuatu dari kantong celana pendek merahnya. Rupanya itu adalah beberapa buah bluberi, dengan beberapa remahan kue pie yang diliputi madu.
    “Haha.. Berry, kamu itu benar – benar pecinta berat pie bluberi!” Lolly tertawa, “Dan jangan lupakan alas pikniknya.” Lolly menghamparkan alas pikniknya yang berwarna merah ke atas batu besar itu. 
Hujan telah berhenti total sekarang. Dia menaruh makanan yang diselamatkan oleh Berry itu ke atas alas pikniknya. Itu bukanlah camilan piknik terbaik sekarang tapi rasanya masih enak. Mereka makan bersama dan tersenyum pada sebuah pelangai yang muncul setelah hujan. Pelanginya bahkan tampak lebih indah dari tempat tinggi seperti itu.
    “Pelanginya sangat indah dan aku sangat bahagia bahwa kita selamat di sini. Pikniknya pun juga tidak terlalu buruk, tapi aku ingin pulang,” kata Lolly.
    “Biarkan aku berfikir. Aku ingat suatu hal. Pernah suatu saat Papa memberitahuku bahwa jika kita tersesat kita sebaiknya tetap di tempat dan membuat tanda agar yang lainnya dapat menemukan kita. Terlebih lagi aku pikir kita akan tersesat dalam kegelapan jika kita mencoba turun gunung sekarang, “ Choco menyampaikan sebuah saran.

    “Tapi tanda apa yang bisa kita buat? Kita tidak bisa membuat api dan mengirim tanda asap dari sini, “ Berry bertanya.
     “Ya, kita tidak bisa membuat api yang bagus, kita tidak membawa korek dan ranting – ranting pun hampir semua basah. Tetapi aku pikir kita dapat menggunakan kain alas piknik ini,” Lolly punya ide cemerlang, “jika kita memasang kain merah besar ini lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, Papa atau yang lainnya mungkin bisa melihat kita.”
    Mereka mulai menaruh kain merah cerah itu ke dahan yang tinggi yang dapat mereka temukan. Berry menemukan dahan panjang lain di dekat batu besar itu, dia menambahkan dahannya itu ke dahan yang satunya dengan tali yang terbuat dari kulit pohon. Choco menambahkan sebatang dahan panjang lainnya dan tak lama kemudian itu menjadi tiang yang tinggi dengan kain alas piknik merah itu di bagian atas. Kain alas piknik yang berwarna cerah itu bagaikan sebuah bendera besar yang berkibar di angin. Ketiga beruang kecil itu memegangi tiang bersama – sama. Menit demi menit berlalu tetapi mereka tidak menyerah dan terus berdoa semoga mereka bisa ditemukan segera. Sesaat sebelum gunung itu sepenuhnya gelap total, mereka mendengar suara yang keras dari kejauhan. “Lollyyyyy…. Chocoooo…. Berryyy… Dimana kalian?” Itu adalah suara Papa Bear yang begema di gunung.
    “Kami di sini, Papa. Di atas batu besar sebelah sini,” Choco berteriak balik dengan gembira. Ketiga beruang kecil itu menurunkan tiang dan berpelukan. Mereka menunggu Papa Bear menyelamatkan mereka.
     Akhirnya mereka melihat Papa Bear berjalan mendekat. Di belakang Papa Bear mereka melihat Paman dan Kakek Beruang. Paman membawa sebuah lampu terang dan Kakek membawa sebungkus makanan. Mereka makan bersama sebelum mereka menuruni gunung. Lolly mengambil alas piknik merahnya dari tiang dan menghamparkannya di batu besar itu.
     “Oh, Papa begitu lega bisa menemukan kalian, anak – anakku tercinta,” kata Papa, “Kalian telah begitu pandai dengan tetap bersama dan membuat tanda. Syukurlah pamanmu melihat tanda kalian. Dan kemudian dengan teropong milik Kakek kami jadi yakin bahwa itu adalah alas piknik milik Lolly. Kita tahu dari adanya sulaman yang mengkilap berupa matahari, angina, pelangi dan bintang di tiap sudutnya.”
“Terimakasih, Paman. Terimakasih, Kakek. Kami diselamatkan tepat waktu, “ kata Choco dan Berry.
“Sama – sama, nak,” jawab Kakek dan Paman.
“Atau mungkin, semua ini karena alas piknikmu yang istimewa ini, Lolly,” Berry menambahkan, “Ini benar – benar ajaib! Hari ini kita menikmati matahari, tersapu angina yang kuat, melihat pelangi dan saat ini kita manyaksikan bintang – bintang indah, sama seperti sulaman – sulaman yang ada di alas piknikmu, Lolly.”

     Beruang – beruang itu menatap ke atas kearah bintang – bintang yang bersinar di langit. Ini adalah pengalaman yang luar biasa bisa melihat bintang – bintang dari puncak Gunung Tana.
    “Kakek, apakah benar itu alas piknik ajaib yang telah aku buat?” Lolly kecil yang imut bertanya.
    “Oh hohoho… Sayangku, Kakek yakin bahwa alas piknikmu ini begitu indah dan istimewa, tapi keajaiban itu akan selalu terjadi selama kalian saling mencintai sebagai saudara. Kakek begitu bangga bahwa hari ini kalian saling bantu dengan penuh cinta. Dan itulah yang membawa kejaiban,” Kakek Beruang memeluk ketiga beruang kecil itu.
    Setelah makan, mereka mulai pulang. Mereka selamat sampai akhirnya mereka mencapai gua mereka dan memeluk Mama Bear. Ketiga beruang kecil itu percaya bahwa itu adalah petualangan mereka yang terbaik.

THE ADVENTURE OF THREE LITTLE BEARS

One day the sun shone bright over a forest on the slope of Tana Mountain. The trees were swaying in the morning breeze. Near the Lazy River, you could see a warm and cozy cave. A family of bears lived there, The Papa Bear, Mama Bear and their three little bears. Those three little bears had different fur color. The smallest bear with light cream fur was called Lolly. The cheerful bear with reddish brown fur was named Berry, and the dark brown bear was Choco.

The three little bears decided to go on a picnic today. It was the end of winter, more and more snow melted. Only the top of Tana Mountain which still had white snow. They could it see it clearly from their place. The grasses along the river banks ware greener without snow.

It was Lolly’s first picnic. She had made a bright red picnic mat with Mama Bear during the winter. It was a large rectangle cloth mat with decorated patterns on each corner. At the top of the cloth, Lolly had carefully made beautiful embroidery on the shape of sun on one corner and wind on the other corner. At the bottom part corners, there were rainbow and stars embroideries. It was a special beautiful cloth picnic mat and Lolly just couldn’t wait for her best picnic with her brothers, Choco and Berry. 

“Berry, Lolly…Look! I bring something special for you from the forest,“ Choco spoke loudly. In his hands, there was a bamboo basket full of blueberries,” Where are you?”

“Hey, we are here, Choco. We’re on the river bank,” Berry answered and Lolly waved hands. Choco ran over them. Berry and Lolly had finished arranging the picnic mat under an apple tree.  Three little plates, a water jug, some glasses, spoons and forks were all ready on it. Lolly cut the pie which was made by Mama Bear in three slices. Each piece of pie was put on the bright colored plate. It was still warm. Hmmm … the smell of the pie was so delicious. Choco washed the blueberries and pour them on the pie slices. It looked great!

“Wait a minute,” Berry said, ”I ‘ve got some honey on the hollow of the dead tree over there. Our blueberry pies will be more special with honey.”

“Good job, Berry. I looove honey, ”Lolly was so excited. She took a big spoon of that honey and pour on each slices of the extraordinary pie. “Woow, this is the best picnic, ever!”

Every little bear sat on the picnic mat, enjoying their special dishes. The blueberries and the honey were so sweet. They were talking cheerfully. Suddenly, they could feel that the wind was blowing fast. Some rain drops unexpectedly pouring over them so quickly. More black clouds were hanging on the sky. Their happy picnic turned to be chaos.

“Let’s go home, now!” Choco said. In a rush, Choco and Berry tried to save their picnic equipment. They ran home but the wind were getting stronger and stronger. Was it a tornado or a typhoon? None of them had ever seen such powerful wind. 

Those three little bears were holding hands tight. Lolly, the smallest, was blown away first. The picnic mat that she hold moving upward like a big red kite. Lolly’s body soon lifted upward too, Berry holding her hands tight, “Hold on, Lolly!”

But Lolly was blown higher and higher that Berry started to be lifted up too. Choco left hand held Berry’s hands tight. His other hand was holding to a tree. 

“Don’t let your hand off that tree, Choco…uwwooo,” Berry was shouting out loud as his body lifted higher by the wind. Choco tried as hard as he could to stick at the tree but the wind was much stronger. He slipped his hand off the tree and blown away in the wind with his other siblings.

“I can’t help it anymooore..the wind is stronger. Keep holding our hands. Together we can get through this wind!” Choco shouting out loud. They were blown away higher and far.

The tornado was finally away. Those three little bears were still together. Choco found himself hugging big tree, not too tall,  Berry was stuck on a branch near him. But wait! Where’s Lolly?

“Chocooo… Berryyy.. where are you?” it was Lolly voice from under the tree. She fell down on the snow. Her body was stuck in the snow but she was fine, not injured. 

“I’m stuck on the branches up here, Lolly,” Berry replied. Lolly moved the tree backward as hard as she could. And just like a big apple, Berry fell down on the soft snow. Choco was going down after him and then he helped Lolly to get out from the snow.

“Oh thank’s God, I’m glad that we’re all not injured. But where are we?” Choco said. He hugged his sibling and looked around. They had never known that place and it was so quiet around. Lolly started crying. She was so worried that they could never go home. She wiped her tears with the picnic mat cloth.

“Look, Lolly. You still brought that picnic mat with you, that’s great,” Choco tried to cheer her sister up.

“Clam down, my dear little sister. We will try to go home. As long as we are together we will be okay,” Berry said.

Those three bears looked around and realized that the snow was still a little bit thick there. Some of the trees were still covered with snow. 

“Hmm, take a look around us,” Lolly said,” we still see snow around us, and do you know where the place that looked white from our cave?”

 “Around top of Tana Mountain!” Choco and Berry shouted out loud in excitement. They were a little bit glad that they finally knew where they were. But how would they go home? The sun almost set.

 

“Let’s go to the place which was more open, like that big rock maybe,” Choco suggested. They walked to the big stone not far from the tree. They climbed and found out that they could see vast surrounding around them. Tana Mountain was not too high but they would not go down quickly before they examined where they cave was.

“Well, I can see the sun was getting lower over there, so it was West,” Lolly examined,” and I believe that our cave was on the position where the sun set.”

“You’re so clever, Lolly!” Choco praised his little sister,” but let’s take a rest for a moment, I’m very tired.”

“And we can enjoy some snacks too. I couldn’t left such these special treats out there,” Berry smiled, then he grabbed out something from the pockets of his red pants. It was some blueberries, with some crumbs of pie covered in honey.

“Haha.. Berry, you are really the biggest bluberry pie ever!” Lolly laughed, “And don’t forget the picnic mat.” Lolly spread her red picnic mat on that big stone. 

The rain had fully stopped now. She put the food that Berry had saved on the picnic mat. It was not the best picnic treat but it was still delicious. They ate together and smiled at the rainbow which appeared after the rain. The rainbow was even more beautiful from up there.

“That rainbow is so beautiful and I’m really happy that we’re safe here. The picnic is also not that bad, but I want to go home,” Lolly said.

 “Let me think. I remember one thing. Once Papa had told me that if we were lost we’d better stay in place and make signals so others will find us. Moreover I think we will be lost in the darkness if we tried to get down now,” Choco expressed a suggestion.

“But what signal we can make? We can’t set a fire and send some smoke signal from here,” Berry asked.

“Yeah, we cannot make a good fire, we don’t bring any match and the branches are mostly wet. But I think we can use this picnic cloth mat,” Lolly had a brilliant idea,” if we set this bright red cloth higher and higher, Papa or others may be able to see us.”

They started to put that bright red cloth on a tall branch that they could find. Berry found another long branch near the big stone, he added the branch together with ropes made from bark of a tree. Choco added another long branch and soon it became such a tall pole with a large red picnic cloth mat on the top. The bright picnic cloth mat was like a big waving flag on the wind. The three little bears hold those pole together. Minutes passed bay but together they didn’t give up and prayed that they were found soon. Just as the mount covered in dark completely, they heard the loud sound from a far distant.

 “Lollyyyyyy….Chocoooo…Berryyy….Where are youuu?” It was the loud voice of Papa Bear echoing in the mountain.

“We’re here, Papa. On the big stone over here,” Choco shouted back in excitement. The little bears put the pole down and hugs each other. They waited Papa Bear to rescue them.

Finally they saw Papa Bear was walking nearer. Behind Papa Bear they saw Uncle Bear and Grandpa Bear. Uncle Bear brought a bright lamp and Grandpa brought a pack of meal. They ate together before they went down the mountain. Lolly took the red picnic cloth mat from the pole and spread it on the big rock.

 “Oh, I’m so relieved that we could find you, my beloved kids,” Papa said, “ You are so clever to keep staying together and made the signal. Thank’s that you Uncle saw your signal. And then, with Grandpa’s binocular we were sure that it was Lolly’s picnic cloth mat. We knew from those glittering sun, wind, rainbow and stars embroideries on each corners.”

“Thank you , Uncle. Thank you Grandpa. We’re saved in time,” said Chocho and Berry.

“You’re welcome, kids,” Granpa Bear and Uncle Bear replied.

 “Or maybe it’s because your special picnic mat, Lolly,“ Berry added, “It’s magic! Today we enjoy the sun, blown away by the strong wind, saw the beautiful rainbow, and now we’re watching beautiful stars, just like the embroideries you made on your picnic mat, Lolly.”

Those bears looked up the shining stars in the sky. It was an amazing experience to watch stars from the top of Tana Mountain.

“Grandpa, is it really a magic picnic mat that I made?” the cute small Lolly asked.

“Oh hohooo.. sweetheart, I am sure that your picnic mat is so special and beautiful, but the magic will always happen as long as you are loving each other as siblings. I’m so proud of you that today, you are all helping each other with love. And that brings magic,” Granpa Bears hugged those three little bears. After having their meal, they started to go home. They were safe until finally they reached their cave and hugged Mama Bear. Those three little bears believed that it was their best adventure ever.


Bagaimana ceritanya? Siapa favoritmu: Lolly, Choco atau Berry? Apakah kamu juga menyayangi saudaramu?
Selain membaca nyaring dan mengerjakan lembar aktivitas, Ayah Bunda juga dapat melakukan diskusi setelah membaca cerita ini. Berikan beberapa pertanyaan untuk si kecil. Jika untuk belajar speaking bahasa Inggris, pertanyaannya bisa diajukan dalam bahasa Inggris yang sederhana, berikut contohnya:
  1. Which one is your favorite character in the story?
  2. Where did they go for a picnic?
  3. What are the dishes mention in the story?
  4. Where did the strong wong take them go?
  5. Do you like going on a picnic? Where is your favourite place.
Kegiatan lain untuk belajar bahasa Inggris misalnya membuat rangkuman singkat atau melakukan penampilan retelling story. Silakan bereksplorasi lebih banyak dengan si kecil. Semua lembar kerja dan gambar di halaman ini dibuat dengan Canva untuk Pendidikan pada bagian template worksheet. Jika tertarik untuk membuat lebar aktivitas sendiri, luangkan waktu untuk berkreatifitas dengan Canva. Have fun learning English!

Salam belajar,




You Might Also Like

12 comments

  1. Lolly, Choco dan Berry ketiga anak beruang ini memiliki nama makanan manis ya mbak wi xixixiix...

    aku ngakak waktu lolly jatuh dari pohon kayak apel besar...gedebumm...wkwkkw...pie bluberi dengan topping madu...wow langsung kebayang asem manis kecut. Akhirnya piknik yang semula menegangkan lantaran hujan angin dan menghempaskan ketiga beruang ke gunung tana yang bersalju, bisa berakhir dengan kecerdikan si beruang memasang tanda SOS sehingga ditemukan kembali oleh papa beruang...hehe

    tadi aku sempat loading angina teh naon...ternyata angin ya mba wi 😄😁

    cerita yang bagus. Aku suka cerita tentang hewan gini, dalam benakku ntah kenapa langsung tergambar gemana ilustrasinya. Hahaha...tapi aku jadi teringat dongeng klasik 3 beruang dan gadis kecil yang bernama Goldilock tapi kalau yang ini ingatnya makanannya bubur hehehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha iya typo ..malah jadi angina. Thanks sudah diingatkan mbak mbul.
      Itu sebenarnya cerita bikinan anakku mbak mbul. Dia itu suka nulis random gitu. Tapi trus kadang bosen , nggak selesai ceritanya.
      Takbaca kok ya cukup seru
      eman eman dianggurin di laptop aja. Truss takrapikan, takbuat endingnya. Takbikin versi bahasa inggris untuk belajar.
      Iya nih pengennya bisa juga gambar ilustrasi kayak mbakmbul. Cita cita mak ini sebenarnya adalah ... Jeng jeeng.. jadi penulis buku cerita anak yang ada ilustrasi gambar warna warni menarik hati

      Hapus
  2. Haha, aku baca versi Indonesianya aja mbak soalnya gatau bahasa inggris.

    3 beruang piknik dan terjebak puting beliung dan untung ada pamannya melihat alas pikniknya yg kemudian melapor ke papa dan kakeknya, selamat deh ketiganya. Menarik 👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe..boleh kok mas jaey baca yang bahasa indonesianya saja

      Hapus
  3. Sama seperti kang jaey, aku juga baca versi Indonesia saja.😄

    Favorit ku itu Lolly, gemesin banget kayaknya mbak. Untungnya waktu tertiup angin Lolly bawa alas piknik warna merah cerah jadinya bisa dipakai buat tanda keberadaan mereka sehingga ayah beruang bisa menemukan mereka yang terbang tertiup angin tornado.

    Cerita fabel yang sangat bagus mbak.😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyesss..lolly memang ngegemesin .terisnpirasi gambar piggy pink nya mbak mbul

      Hapus
  4. Untung ada terjemahannya, kalau tidak saya pasti kesulitan bolak balik terjemahin via google translate dulu hahaha.
    By the way, saya masih suka membaca cerita anak seperti kisah petualangan 3 beruang ini, serasa kembali.ke masa kecil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe..jadi praktis.
      Setuju mbak. Membaca dan menulis cerita anak itu membuat jadi serasa masuk dunia masa kecil

      Hapus
  5. Cerita beruangnya gemesin Mbak. Bagus dibuat buku cerita bergambar, apalagi ada lembar aktivitasnya. Pasti seru buat anak pra sekolah. Hehe

    BalasHapus
  6. Asyik sekali kisah tiga beruang kecil ini. Ada pie blueberi pula, jadi laper, hehe.

    Bisa nih saya dongengkan buat si kecil. Secara tidak langsung akan mengajak anak untuk saling menyayangi antar saudara, bekerja sama ketika memiliki agenda, tidak cepat panik, berpikir kritis, dan patuh pada petuah orang tua.

    Apakah ceritanya ini dibukukan, Mbak?

    BalasHapus
  7. Seru sekali kisah 3 beruang kecil ini tapi saya bacanya versi indonesianya saja wkwk. Banyak sekali pesan yang tersirat didalamnya boleh nih nanti saya dongengkan buat anak-anak saya.

    BalasHapus
  8. Waaa aku bacanya pakai read aloud hehehe sekalian latihan lagi udah lama banget nggak casciscus. Keren mba ceritanya. Ditunggu kisah lainnya yang pastinya nggak kalah seru yaa...

    BalasHapus