Ajari Anak Untuk Peka Konflik Budaya dengan Portal Gartis Rumah Belajar

10.07

Orang-orang dewasa seperti kita bisa saja terpengaruh dengan konflik budaya saat bergaul di masyarakat. Lalu bagaimana dengan anak-anak?
Akhir-akhir ini kita dibuat miris dengan masih adanya pemberitaan tentang konflik di masyarakat yang melibatkan unsur beda budaya. Indonesia memang negara yang sangat kaya budaya. Saat masyarakat yang berbeda-beda budaya itu bergaul, bisa saja terjadi gesekan-gesekan yang jika dibiarkan bisa saja menyebabkan konflik.




Tahun Baru itu ya selalu 1 Januari. Kok kamu bilang besok. Besok kan baru bulan September!” Suatu sore sayup sayup terdengar pembicaraan si kecil kami dengan temannya. Sang teman yang pindahan dari Pulau Batam protes mengenai tahun baru yang dikemukakan anak kami. 
Si kecil kami tidak terima, bersuara lebih tinggi menyanggah, separuh bahkan menggunakan bahasa Jawanya, “ Sesuk kiy siji Suro. Tahun baru ya satu Suro itu!”.

Pembicaraan semakin memanas saat keduanya makin merasa benar sendiri. Waduuh, si kecil kami rupanya belum peka dengan konflik budaya saat berinteraksi dengan teman barunya.  Harus segera bertindak, nih.

Saya teringat dulu waktu kuliah di jurusan pendidikan bahasa inggris UNNES, ada mata kuliah yang namanya ‘cross culture understanding’ . Budaya yang berbeda beda itu memang rentan menyebabkan adanya pergesekan. Salah satu caranya adalah dengan saling mengerti (understanding) budaya satu sama lain. Kalau kita sudah cukup mengerti maka diharapkan nanti kita akan bisa menyikapi dengan lebih bijaksana saat terjadi konflik yang dipicu keberagaman budaya .
Keberagaman budaya itu berkah, tetapi disisi lain juga dapat memicu konflik bila tidak dijembatani dengan baik. 
Anak-anak sejak dini sebaiknya dikenalkan dengan keberagaman budaya (culture diversity). untuk kemudian dijak saling menghargai perbedaan itu. Bukannya terus hanyut ikut-ikutan lho ya. bisa - bisa kita malah jadi krisis identitas budaya. Jangan sampai pula terus anak tidak mengenal budayanya sendiri. Kenalkan budaya sendiri dan budaya lain secara berimbang, dan tentu saja sebaiknya dengan cara yang menyenangkan. namanya juga anak-anak, mereka akan lebih suka jika dengan gambar atau permainan.

Peta Budaya di Portal Rumah Belajar

Setelah bertekad untuk mengajari anak kami untuk peka konflik budaya, saya jadi lebih rajin mencari-cari materi untuk mengajari si kecil kami itu.
Untung saja, kami sudah mengenal portal Rumah Belajar. Itu lho, situs belajar online gratis yang dikelola oleh Pustekom Kemdikbud. Resmi milik pemerintah, untuk dimanfaatkan secara gratis oleh seluruh pelajar dan masyarakat Indonesia secara gratis. Klik saja di https://belajar.kemdikbud.go.id


Di salah satu fitur utamanya, ada yang disebut fitur Peta Budaya. Setelah di klik bagian itu, muncullah berbagai materi tentang budaya di berbagai wilayah Indonesia.  Terdapat beberapa konten terbaru  seperti misalnya:
  • Komunitas Adat Samin
  • Malam Satu Suro
  • Ondel-Ondel
  • Homo Erectus
  • situs Gunung Padang
  • Rumah Seribu Kaki Papua
  • Komunitas Adat Batur
  • AR-Rumah Belajar
  • Next Door Land
  • dan lainnya

Nah , ada pembahasan tentang malam satu Suro nih. Materi ini akhirnya kita kenalkan ke si kecil kami dan temannya itu, di tengah kegiatan bermain mereka. Ooo, ternyata satu suro itu tahun baru bagi masyarakat Jawa, dan bahkan dirayakan secara khusus di beberapa wilayah, misalnya di Surakarta dan Jogjakarta. Si kecil kami juga jadi tahu, bahwa Indonesia itu mempunyai banyak budaya yang berbeda-beda. Tidak perlu langsung ngegas, jika ada teman yang tidak sependapat, karena ya memang budaya mereka mungkin berbeda.

Materinya cukup lengkap , selain tulisan, di fitur Peta Budaya ini dilengkapi dengan gambar – gambar dan beberapa ada tayangan videonya. Dan semua itu bisa diakses secara gratis. Keuntungan lainnya, isinya cenderung aman bahkan jika diakses oleh anak sendiri, karena isi konten di fitur ini dikembangkan oleh orang-orang yang memang berada di dunia pendidikan.  

Dengan memanfaatkan fitur Peta Budaya ini , kita bisa mengajari anak untuk peka dengan adanya konflik budaya untuk kemudian bisa ada ‘understanding’ atau pemahaman antar budaya yang berbeda.


Mengenal Budaya Secara Kekinian Di Peta Budaya

Untuk mengenal budaya kekinian, di fitur Peta Budaya ini juga dilengkapi AR Edukasi; augemented reality edukasi. Guru atau orang tua dapat mengajak anak untuk berkenalan dengan augmented reality, contohnya mengenal tentang keanekaragaman budaya bali, atau mengenal sel hewan dan tumbuhan.

Salah satu yang menarik lainnya adalah Game edukasi Next Door Land. Game ini dikembangkan untuk memudahkan anak untuk mengenal kebudayaan  Indonesia dan Australia. Game ini diprakarsai oleh Australian Government - Department of Forein Affairs and Trade, bekerjasama dengan Kemdikbud Indonesia melalui Rumah Belajar dan pengembang game AGATE. Next Door Land sudah tersedia dalam aplikasi android.

Indonesia dan Australia merupakan negara yang hidup bertetangga atau dalam bahasa Inggris  bisa dikatakan dengan istilah : neighbour, atau lives next door. Itulah mengapa game ini diberi nama Next Door Land. Indonesia dan negara tetangganya ini masing-masing memiliki keunikan yang perlu dilestarikan dan tidak punah.  

Dengan game ini, anak akan belajar dengan cara bermain. Terdapat 20 mini games di dalamnya. Misalnya game memukul kendang, sesuai irama yang ditentukan , untuk mengenal budaya gamelan di Jawa. Sebelumnya bermain, ada semacam comic strips menjelaskan tentang budaya gamelan dan alat musik kendang.



Untuk membuat rasa kompetitif muncul, beberapa tempat akan terkunci, dan baru bisa dibuka saat kita sudah menyelesaikan tugas di mini game sebelumnya. Terdapat pula collectible artefacts, beberapa benda menarik dari wilayah Indonesia maupun Australia. Ini juga ada penjelasannya lho dan bisa dikoleksi saat nilai perolehan dari bermain game bisa mencukupi. Bisa menambah wawasan anak kan tentang artefak peninggalan budaya.



Kita bisa ajak anak menjelajahi beberapa kota besar di Indonesia dan Australia , kemudian menjajal games untuk mengenal budayanya. Misalnya kita bisa ajak anak untuk klik tempat gamenya di kota Adelaide, Australia. Sebelum bermain akan dijelaskan mengenai sebuah bangunan ikonik di kota Adelaide yaitu Stadium Adelaide Oval. Sebuah stadium megah dengan arsitektur cantik yang telah berdiri sejak tahun 1871. 


Keuntungan lainnya adalah, kita bisa juga mengganti-ganti setting bahasanya. Kita bisa memilih menggunakan Bahasa Indonesi a atau Bahasa Inggris. Nah, kalau memilih yang bahasa Inggris, anak bisa sekalian kita ajari banyak kosakata Bahasa Inggris. Dobel-dobel bukan untungnya.

Tentu saja, peran orang tua untuk mengarahkan buah hati adalah yang terpenting dalam mengajari si kecil untuk memiliki pemahaman yang baik antar budaya. Rumah Belajar dengan Fitur Budaya nya adalah salah satu sarana yang dapat orang tua atau pengajar manfaatkan. Ajari anak untuk peka menghindari konflik budaya.  Ola Joseph, seorang pengarang dan pembicara terkenal dari Nigeria,  menyampaikan sebuah pendapat menarik tentang hal ini. Keberagaman itu bukan tentang bagaimana kita berbeda, keberagaman itu adalah tentang merangkul masing-masing keunikan yang dimiliki satu sama lain.

“Diversity is not about how we differ. Diversity is about embracing one another’s uniqueness.” 

 - Ola Joseph.


Salam,




#bukansekedaroemarbakri


You Might Also Like

13 comments

  1. Menarik ya portal Rumah belajar milik Kemendikbud ini. Guru di sekolah anakku juga menyarankan portal ini.
    Oh ya penyebutan malam 1 Suro di suku Jawa sama dengan peringatan malam 1 Muharam di beberapa wilayah lain di Indonesia. Dan memang peta budaya ini menarik dipelajari mengingat keanekaragaman budaya yang kota miliki.

    BalasHapus
  2. Wah bagus sekali portal Rumah Belajar. Sangat cocok untuk belajar tentang ragam budaya di Indonesia. Ternyata memang penting banget, mengenalkan perbedaan itu kepada anak2, agar mereka juga belajar tentang perbedaan itu dan bisa menerimanya.

    BalasHapus
  3. Suka sekali dengan konsep portal rumah belajar ini. Jadi budaya bisa diajarkan lebih mudah dan lebih awal. Apalagi pembelajarannya dengan game-game yang menyenangkan.

    BalasHapus
  4. Sebenarnya tidak hanya anak-anak yang perlu belajar untuk peka konflik budaya. Nyatanya orang dewasa pun masih banyak yang belum bisa peka, semua harus belajar dan diingatkan lagi melalui portal Rumah Belajar ya ...

    BalasHapus
  5. Baru tahu tentang portal Rumah Belajar ini. Menarik sekali buat proses belajar anak-anak mengenal keragaman budaya. Ponakan kudu kenal ini...

    BalasHapus
  6. baguuus banget aplikasinya portal Rumah Belajar, wah kudu kasih tau ponakan nih. pasti dia suka banget hehe. makasih mba sharingnya.

    BalasHapus
  7. Wah masukan yang amat membantu nih mbak. Jadi tahu adanya portal Rumah belajar ini. Makasih yaa mbak, saya jadi tahu gimana cara yg tepat untuk mengenalkan mengenai budaya Ini ke anak-anak

    BalasHapus
  8. Sempat baca-baca sekilas tentang Rumah Belajar. Waah, ternyata keren juga, ya. Mengingat konflik budaya ini memang sedang tren. Jangankan anak2, orang dewasa saja pada ribut gara-gara ini. Terobosan yg bagus. Sip. Nanti mau coba saya ubek-ubek, ah. TFS :)

    BalasHapus
  9. Portalnya keren ya ttg budaya. Klu anak2 sejak dini phm budaya bs mnghindari konflik budaya.

    BalasHapus
  10. Aku baru tau nih ada portal ini. Seru dan bagus juga untuk anak2 jadi tau lebih ttg budaya. Terima kasih infonya ya, mbak ��

    BalasHapus
  11. Bagus nih, hape buat anak jadi bisa lebih bermanfaat dari sekedar game aja.. hu hu.. di situ saya merasa sedih

    BalasHapus
  12. Salut banget dengan cara menulisnya. Detail sekali.

    BalasHapus
  13. Portal Rumah Belajar bermanfaat banget ya. Bisa aku gunakan juga buat materi ngajar ke murid" juga nih biar mereka lebih paham tentang perbedaan budaya. Thanks infonya mba bermanfaat sekali

    BalasHapus