Contoh Artikel Pendidikan Karakter di Masa PJJ

17.55

 MENGUATKAN KEMBALI PPK DI MASA SEKOLAH DARING


Apa yang menjadikan seorang Sudirman menjadi sosok yang banyak dikagumi banyak orang dari masa ke masa?

Bukan karena jabatannya semata, bukan pula karena kehebatan fisiknya. Beliau adalah seorang jendral sederhana dengan fisik ringkih. Paru-parunya bahkan tak sepenuhnya sempurna. Tetapi kekuatan karakternya mampu menutupi segala kekurangan fisiknya. Jenderal Sudirman tangguh memimpin menggerakkan perjuangan melawan penjajah meski harus ditandu keluar masuk hutan. Sinar matanya selalu menyala tak gentar, memberi tauladan dan menyemangati prajurit pasukan gerilyanya.

Apa yang membuat seorang tokoh enterpreneur dunia bernama Soichiro Honda tidak menyerah ketika berulang dia mengalami kegagalan? Apa yang menjadikan Colonel Sanders sukses dengan bisnis waralabanya meski sebelumnya dia harus terus mencoba menawarkan resepnya setelah ditolak 1009 kali?

Semua dapat melihat bahwa pada diri kedua tokoh sukses tersebut melekat mental yang kuat, pribadi yang tangguh pantang menyerah meski kegagalan mendera berulang. Bukan hanya karena keilmuan atau kekuatan finansial semata. Karakter hebat mereka menghantarkan mereka menjadi pengusaha hebat yang kini mampu membuka berjuta lapangan kerja, memberi manfaat bagi orang lain.

Apalah pula yang menggerakkan seorang petani tua dari desa Ndali, Wonogiri, bernama Mbah Sadiman menanami bukit gersang di wilayah desanya seorang diri? Sejak tahun 1996, Mbah Sadiman berupaya menanami bukit Gendol dengan harapan desanya tidak lagi terkena krisis air seperti musim-musim kemarau sebelumnya. Dengan karakternya yang kuat, penuh keikhlasan secara mandiri beliau menanam satu demi satu pohon di bukit yang sebelumnya rusak karena pembalakan liar dan beberapa kali kebakaran yang terjadi sekitar tahun 1960an sampai 1980an. Dan kini, setelah puluhan tahun menanam, bukit tersebut kembali menghijau dan desanya terhindar dari krisis air. 

Ya, nilai seseorang adalah pribadinya. Ilmu pengetahuan, pangkat, atau kekayaan memang berguna tetapi karakter yang kuat pun tak kalah pentingnya. Sudah hampir satu tahun sejak pandemi Covid masuk Indonesia, siswa diharuskan melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pembentukan karakter siswa yang kuat tidak bisa lagi dilakukan secara langsung oleh guru di kelas – kelas. Lalu bagaimanakah gambaran ketangguhan karakter siswa kita selama PJJ ini?
  
Pada tahun 2020,  berita di media massa diwarnai dengan fakta bahwa banyak siswa mengalami kejenuhan dan kesulitan saat mengikuti PJJ. Beberapa di antaranya malah merespons keadaan itu dengan hal negatif seperti melakukan tawuran, tergoda miras atau bermain gim tanpa kenal waktu. Bahkan yang miris adalah munculnya berita dua kasus bunuh diri di kalangan pelajar pada bulan Oktober tahun 2020 lalu. Diberitakan seorang siswi di Kabupaten Gowa mengakhiri hidupnya dengan minum racun dengan alasan diduga karena merasa tak sanggup mengikuti PJJ. Yang terakhir diberitakan adalah seorang siswa SMP di kota Tarakan yang gantung diri di kamarnya dikarenakan merasa begitu terbebani, tidak kuat lagi menjalani PJJ.

Sebuah survei yang diselenggarakan oleh UNICEF pada bulan Mei dan Juni 2020 lalu menunjukkan bahwa ada sekitar 66 persen siswa di Indonesia menyatakan tidak nyaman saat harus belajar di rumah selama pandemi ini. Sebelumnya pada bulan April 2020, Komisi Pelindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis sebuah survey yang berisi bahwa 73 persen siswa di berbagai propinsi merasa berat mengerjakan tugas PJJ di rumah. Permasalahan – permasalahan yang terungkap oleh beberapa survei tersebut makin menyulitkan siswa dalam PJJ jika karakter mereka tidak kuat.

Dari pengalaman saya sendiri, beberapa keluhan telah saya terima sebagai wali kelas di sebuah SMA negeri. Mayoritas keluhan adalah tentang kurangnya karakter kejujuran saat mengerjakan tugas atau tes. Beberapa menunjukkan karakter kurang  mandiri, ditandai dengan minimnya etos kerja siswa untuk membaca materi atau mengerjakan tugas – tugas selama PJJ. Selain itu,  karakter disiplin juga terasa menurun. Orang tua mengeluhkan makin sulit mengendalikan anaknya bahkan untuk sekedar membangunkan mereka di pagi hari. Ritme PJJ yang tidak seperti sekolah pada biasanya menimbulkan celah untuk hal tersebut. 

Hal inilah yang kemudian menjadi semangat untuk menguatkan kembali pendidikan karakter di negeri kita selama PJJ, bukan sebagai mata pelajaran baru atau kurikulum baru, melainkan terintergrasi dengan seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah; menjadi poros pendidikan. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dicanangkan pemerintah melaui Perpres Nomor 87 tahun 2017. Pembelajaran harus didesain tidak hanya untuk ‘transfer of knowledge’ tapi juga ‘transfer of value’, bukan sekedar membuat menyampaikan ilmu pengetahuan tapi juga menyampaikan nilai – nilai karakter baik pada siswa.

Bapak Nadiem Makarim dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 tahun 2020, menyampaikan beberapa kebijakan tentang penyelenggaraan pendidikan di masa darurat penyebaran Covid-2019. Salah satunya adalah tentang penguatan karakter siswa selama PJJ. Guru didorong untuk mendesain pembelajaran untuk memberikan pengalaman belajar dengan konsep kebermaknaan tanpa terbebani capaian kurikulum semata.

Sejak awal pun, bapak pendidikan negara kita, Ki Hajar Dewantara telah meletakkan fondasi yang kuat bahwa pendidikan di Indonesia harus secara selaras mengoptimalkan bertumbuhnya budi pekerti, fikiran dan tubuh anak tanpa terpisah pisahkan. Pendidikan karakter sebagai upaya menumbuhkan budi pekerti anak harus menjadi ruh tak terpisahkan saat sekolah berupaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didiknya. Apalagi saat siswa dihadapkan keadaan yang berat di masa pandemi seperti ini, karakter yang kuat akan membantu mereka melaluinya.

Selama sekolah daring, konsep pendidikan karakter tersebut dapat diimplementasikan di sekolah dalam tiga bentuk sebagai berikut:

1. Pendidikan karakter berbasis kelas
Dalam bentuk ini, pendidikan karakter diterapkan melalui proses PJJ setiap mata pelajaran terintegrasi dalam RPP guru mapel tersebut. Guru memodifikasi penugasan dan materi yang melibatkan penguatan karakter siswa.

2. Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah
Dalam bentuk ini, pendidikan karakter dapat berupa pembiasaan nilai-nilai utama dalam kegiatan keseharian sekolah dan pemembentukan ekosistem sekolah yang mendukung pembiasaan tersebut. Selama PJJ sekolah tidak boleh berhenti membuat program – program yang dapat menguatkan karakter siswa.

3. Pendidikan karakter berbasis masyarakat
Dalam PJJ, pendidikan karakter diimplementasikan dengan melibatkan orang tua, komite sekolah, dunia usaha di sekitar sekolahatau pemerintah dan pemda setempat. 

Pada akhirnya, melalui penguatan pendidikan karakter diharapkan pendidikan di Indonesia tidak hanya mampu mencetak generasi yang cerdas dan terampil, namun juga membentuk individu yang memiliki karakter hebat. Sehingga kelak muncul Generasi Emas 2045 yang cerdas, terampil dan berkarakter mulia. Mereka adalah generasi yang berkepribadian berani seperti Jenderal Sudirman, bermental kuat – pantang menyerah semacam Soichiro Honda, dan berjiwa ikhlas, mandiri semacam Mbah Sadiman. 

Saat semakin banyak pemuda Indonesia memiliki kepribadian kuat, penyakit – penyakit sosial semacam korupsi, tawuran atau penyalahgunaan narkoba akan semakin berkurang. Indonesia akan dikenal sebagai bangsa berkepribadian hebat sebab pada dasarnya kepribadian bangsa tercermin melalui kepribadiaan dan karakter individu – individu warga masyarakatnya.

Salam Belajar,


You Might Also Like

20 comments

  1. Memang betul sekali Bu guru, sejak diadakan belajar online anak saya juga kurang disiplin, bangun agak siangan dan agak malas belajar, maunya main sama anak anak dan main hape terus. Cuma kalo merasa terbebani kayaknya sih enggak, mungkin karena masih SD kali ya.

    Memang perlu mendidik karakter anak dulu agar pantang menyerah. Memang miris baca berita ada anak sekolah sampai bunuh diri gara gara frustasi akibat pelajaran jarak jauh.

    Ya Allah, baru tahap belajar saja sudah frustasi, gimana nanti kalo menjalani kehidupan yang keras dan lebih kompleks di zaman sekarang.

    BalasHapus
  2. memang untuk saat ini kita hidup di masa susah karna ada pandemi, terlebih untuk anak-anak sekolah, itulah tugas orang tua untuk mengarahkan anaknya ke jalan yang benar :D, mengingat yang di katakan, banyak sekali anak-anak yang depresi hingga mengakibatkan bunuh diri, ini adalah sesuatu yang seharusnya tidak terjadi, maka dari itu orang tua juga harus memperhatikan anaknya saat belajar dirumah :D

    BalasHapus
  3. Sangat setuju pendidikan karakter itu paling utama.
    Dari situ seseorang sejak kecil sudah dilatih didisiplinkan diri tau mana yang benar dan yang salah, juga bertanggung jawab.

    Setiap anggota keluarga kami juga dididiknya seperti itu, kak.
    Dulu sewaktu papaku masih ada, lebih disiplin lagi cara mendidiknya.
    Sudah layaknya kayak di sekolah militer :)

    BalasHapus
  4. Belajar online, itu susah-susah gampang. Saya hari ini mengikuti program pengajian yang terpaksa harus dipindahkan ke online. Kami mengaji, mendengarkan kajian dari sang ustadz melalui zoom. Suka tidak suka, itu lah yg terjadi. Saya sudah mengusulkan kepada sang guru untuk mulai offline lagi aja, capek online terus haha. Namun belio kekeuh tidak mau.

    Walopun begitu, pembelajaran jarak jauh secara online memiliki keunggulan tersendiri. Hari ini semakin marak webinar, baik nasional maupun internasional. Pembicara ada di kota X, pesertanya bisa dari seluruh Indonesia. Jika dahulu kan, harus mendatangkan pembicaranya langsung ke lokasi, dengan biaya yang tidak sedikit pulaak. Kalau hari ini, dengan acara online bisa memangkas biaya trassnportasi..

    BalasHapus
  5. Yaa sebenarnya adanya PJJ ini para siswa diharuskan mau belajar lebih serius lagi dan punya jiwa yang tangguh serta gigih dengan keadaan yang boleh dikatakan tanpa pengawasan wali kelas, Atau guru yang sesungguhnya.😊

    Nah dalam hal ini peran orang tua juga harus punya perhatian yang lebih terhadap anak2nya yang sedang dalam masa PJJ, Sehingga tidak menjadi beban yang bisa menimbulkan stres... Terlebih orang tua yang keduanya pada sibuk, Mungkin tulisan diatas bisa jadi contoh bagi para orang tua agar sang anak tidak stres dalam hal PJJ.😊😊

    BalasHapus
  6. kapan ya, proses belajar mengajar secara tatap muka bisa dilakukan kembali. jujur sih, kangen balik ke sekolah. semoga tahun ini semakin membaik ya. aamiin...

    BalasHapus
  7. inspiratif....
    semoga Covid cepat berlalu, sehingga aktifitas pendidikan kembali normal....

    BalasHapus
  8. Pendidikan karakter dengan berbagai cara. Pengalaman saya yang punya anak cowok, ngasih taunya sebentar -sebentar. Gak bisa panjang lebar.

    BalasHapus
  9. Sejak pjj dilakukan, terasa sekali sulit untuk mengendalikan minat anak dalam belajar. Disini peran orangtua serta guru diperlukan.

    BalasHapus
  10. Aku juga mengajar sih. Terasa sekali hasil belajar-mengajar tidak efektif. Banyak tugas terlambat, krn mereka juga sulit u mobile yah. Aku pun ada malesnya lhoh periksa tugas digital, mata capek. Hrs sama² semangat deh...Pandemi msh ada niiii...

    BalasHapus
  11. Pendidikan karakter memang sangat penting agar tidak mencontoh karakter orang luar yang sangat berbeda dengan karakter bangsa Indonesia, saya pernah terkejut oleh kutipan penulis dari luar negeri yang mengatakan bahwa perasaanku adalah tanggung jawabku sedangkan perasaan orang lain adalah tanggung jawab mereka sendiri. Menurut pandangan saya seolah kita tidak perlu lagi adanya tepo sliro atau tenggang rasa hal itu yang sangat saya kuatirkan terjadi pada generasi penerus. Semoga dengan adanya pendidikan karakter kita bisa mendidik anak-anak memiliki tenggang rasa dan berkepribadian yang baik.

    BalasHapus
  12. Selama masa PJJ ini saya sebagai ortu merasakan berjuang keras dan merasa beban semakin berat karena tidak ada pendelegasian. Biasanya ortu dari rumah fokus masalah karakter dan penguatan materi dari sekolah. Sekarang jadi semuanya, akhirnya kadang-kadang urusan karakter ini terasa lebih berat karena karakter emaknya juga ikutan labil karena lelah jiwa raga. Bagaimanapun juga bagi keluarga kami khususnya, peran guru masih sangat diperlukan untuk membangun karakter anak.

    BalasHapus
  13. Sebagai seorang guru, kami sudah bingung harus bagaimana lagi mensiasati metode PJJ agar anak-anak dan gurunya tidak jenuh. Realitanya, jangan berharap bisa menanamkan pendidikan karakter melalui PJJ. Sekolah secara normal seperti dahulu pun masih banyak kekurangannya dalam penanaman pendidikan katakter, apalagi dengan cara PJJ seperti sekarang ini. Ditambah lagi dengan situasi dan kondisi keluarga masing-masing. Intinya sih, semua ingin kembali sekolah normal seperti dahulu hehe...

    BalasHapus
  14. Pendidikan karakter itu penting sekali ya, Mbak. Apalagi di masa pembelajaran jarak jauh seperti sekarang, kedisiplinan dan kejujuran memang harus diutamakan. Bahkan kejujuran orang tua juga harus diperhatikan saat mendampingi anak-anak mengerjakan ujian dari sekolah. Jangan sampai tergerak ingin membantu anak mengerjakan soal ujian hihihi

    BalasHapus
  15. Begitu banyak keluhan daring itu yang dirasakan oleh semua pihak, termasuk saya seorang guru pengajar di SMK

    BalasHapus
  16. Plus min pembelajaran daring.... PJJ ini guru lebih banyak memberi dan menagih... memberi tugas dan menagih tugas. Interaksi? https://www.sarastiana.com

    BalasHapus
  17. anak-anak sekarang juga jadi banyak yang kecanudan gadget kak

    BalasHapus
  18. itulah ....guru bisa menanamkan karakter ke anak didik dengan baik...sedangkan gadged disatu sisi membantu dan disisi yang lain merugikan bahkan merusak..jadi pada dasarnya tdk ada yang bisa menggantikan posisi guru...karena guru mengajar dan mendidik.

    BalasHapus