KISAH KESABARAN SEEKOR ULAT ; Fabel Bilingual Inggris - Indonesia

21.15

Sahabat Belajar, pernahkah kalian membaca sebuah fabel?
Fabel itu merupakan cerita yang sifatnya imajinatif berisi kisah tentang kehidupan para binatang yang bertingkah laku seperti manusia. Seperti misalnya, binatangnya bisa berbicara, bernyanyi atau bahkan saling mengejek. Berikut ini mari sahabat simak sebuah fabel tentang Kesabaran Seekor Ulat. Ayo masuk ke dunia binatang yang seru.
Suatu hari di musim semi yang cerah, ada seekor lebah yang meninggalkan sarangnya untuk mengumpulkan nectar yang manis. “Nguung … nguuung…,” dia terbang jauh sampai mencapai sebuah taman bunga matahari.

Lebah itu sangat gembira melihat bunga – bunga matahari itu. Bunga – bunga itu memiliki banyak cairan nektar manis di dasar kelopak – kelopak kuning mereka. Si lebah terbang dari satu bunga ke bunga yang lain. Ketika dia merasa sangat lelah dia memutuskan untuk beristirahat. Si lebah hinggap di salah satu dedaunan. 

“Kriuk..kriuk..kriuk.”

Lebah itu mendengar sebuah suara. Itu adalah suara dari seekor ulat yang makan daun dekat si lebah. 

“Krauk … krauk.. krauk.” Si ulat sedang memakan banyak daun untuk makan siang.

“Hei kamu ulat yang kerjaannya ngunyah teruus. Kamu tampak begitu jelek dari atas sini,” teriak lebah keras – keras. Si Ulat hanya tersenyum dan menatap si Lebah, “ Hai Lebah, senang bertemu denganmu.”

“Aku tahu tuh anak – anak tidak ada yang suka melihat penampilanmu yang buruk. Mereka tidak mau dekat – dekat denganmu, “ si Lebah mengejek Ulat itu.

Ulat sebenarnya agak sedih mendengarnya tetapi dia begitu sabar. Dia menjawab dengan tenang, “Aku percaya, suatu hari nanti aku akan terbang sepertimu dan membuat anak – anak jadi gembira.”

“Tidak mungkin lah!” Si Lebah tak mau kalah, “Kamu kan tidak punya sayap seperti aku, kamu tidak akan terbang.” Sambil berkata begitu si Lebah kemudian terbang menuju sarangnya yang ada di atas pohon aras di dekat hutan.

Si Ulat dengan sabar berdoa kepada Tuhan. Dia berharap anak – anak akan menyukainya dan juga dia dapat terbang tinggi. Setelah si Ulat makan makin banyak daun, dia kemudian menjadi mengantuk. Tanpa disadari, rupanya dia telah tertidur dalam waktu yang lama, tubuhnya sekarang tertutupi oleh kepompong. Ulat itu tetap berada di dalam kepompong tanpa makan selama dua pekan.

Setelah waktu yang lama di dalam kepompong itu, si Ulat akhirnya bisa keluar. Dia meregangkan kaki – kakinya untuk keluar, tapi dia hanya bisa merasakan ada tiga pasang kaki di tubunhnya sekarang. Ketika dia memegang kepalanya, dia merasa ada dua antenna menjulur di atas kepalanya. Ketika akhirnya tubuhnya bisa keluar semua, dia merasakan akan adanya dua sayap, di sisi kiri dan sisi kanan tubuhnya. Dia menyadari bahwa sekarang ini dia bukan lagi si Ulat buruk rupa. Dia melebarkan sayapnya dan terbang. Dia begitu berterimakasih kepada Tuhan.

“Hei, lihat! Ayo kita bermain dengan kupu – kupu yang indah itu,” seorang anak tampak begitu gembira melihatnya. Si Ulat sekarang telah berubah menjadi kupu – kupu yang cantik. Anak – anak suka bermain dengan kupu – kupu itu. Tapi tiba – tiba, si Kupu – kupu mendengar suara tangisan.

“Hu..hu..hu… Please help me!” Itu adalah suara si Lebah yang sedang menangis. Dia tidak bisa bergerak karena kakinya melekat pada segumpal getah yang lengket dari pohon nangka. Kupu – kupu itu meninggalkan anak – anak dan mendekati si Lebah.

“Tunggu sebentar, Lebah. Aku akan menolongmu. Jangan khawatir, “ dia menenangkan tangis si Lebah. Kupu – kupu itu kemudian mencoba dengan keras untuk menarik kaki si Lebah dari getah itu. Dengan sabar dia membersihkan getah di kaki lebah sedikit demi sedikit. Setelah beberapa menit, akhirnya kaki lebah bisa dibebaskan dari getah yang lengket. 

“Terima kasih banyak. Siapa kamu?” si Lebah bertanya karena tidak bisa mengenali penolongnya itu. 

“Ini aku, ulat. Aku si Ulat yang dari taman bunga matahari,” jawab kupu – kupu.

“Wow, kamu sekarang sudah berubah. Maaf aku sudah mengejekmu jelek waktu itu. Aku padahal telah mengatakan hal buruk terhadapmu tetapi kamu tetap mau menolongku sekarang,”si Lebah menyesali perbuatannya yang lalu.

“Sudahlah, tak apa. Kita kan teman, kita harus saling tolong menolong,” si Kupu – kupu tersenyum ramah.

Mereka kemudian terbang bersama mengelilingi taman bunga matahari. Sejak saat itu Si Lebah dan Kupu – Kupu menjadi sahabat dekat.
ilustrasi : pngwing.com

The Patience of A Caterpillar

One day in a bright spring day, a bee left her nest to collect the sweet nectar. “Buzz..buzz,” she flied far until she reached a sunflowers park. 

The bee was very happy to see those sunflowers. They had a lot of sweet liquid nectar in the bottom of their yellow petals. The bee flied from one flower to another. When she felt so tired she decided to take a rest. The bee perched on one of the leaves.

“Crunch..crunch..crunch.” 

The bee listened to a sound. It was the sound of a caterpillar which ate a leave near the bee. 

“Munch..munch..munch.” The caterpillar was eating lots of leaves for lunch.

“Hei, the crunching munching caterpillar, you look so ugly from up here,” yelled the bee out loud.

The caterpillar was just smiling and looking at the bee,”Hi, bee.. It’s nice to see you.”

“I see the children are not happy to see your ugly look. They don’t want to get near you,” the bee was mocking that caterpillar.

 The caterpillar was actually a little bit sad to hear that but she was so patient. She answered calmly,“I believe someday I will fly like you and make the children happy.”

“No way!” The bee argued, “You do not have wings like me, you will not fly away.” The bee then flied to her nest high up the cedar tree near the forest.

The caterpillar was patiently praying to God. She wished the children would love her and she could fly up high. After the caterpillar had eaten more and more leaves, she then became very sleepy. Without realizing, she had slept for a long time, her body was now covered with a chrysalis. The caterpillar was staying in that chrysalis without eating for two weeks. 

After those long days inside the chrysalis, the caterpillar finally could go out. She stretched her feet to get out, but she could only feel three pairs of feet under her body. When she held her head, she could feel two antennas popped out. When she totally got out, she felt the two wings , the left side and the right side. She realized that she was no more an ugly caterpillar. She spread the wings and flew away. She was so grateful to God.

“Hey, look , let’s play with that beautiful butterfly,” a kid was so happy seeing her. The caterpillar was now turned into a beautiful butterfly. The children loved to play with the butterfly. But suddenly, when she heard a cry.

“Hu .. hu..huu.. please help me!” It was the bee who was crying. She could not move because her feet was stuck on a lump of sticky latex on the jack fruit tree. The butterfly left the children and approached the bee.

“Wait a minute, bee. I will help you. Don’t worry,” she soothed the bee. The butterfly then try so hard to pull the bee’s feet out of the latex. The butterfly patiently took away the latex from the bee’s feet little  by little. After some minutes, the bee’s feet could be released from the sticky latex.

“Thank you very much. Who are you?” The bee could not recognize the helper.

“It’s me the caterpillar. I’m the caterpillar from the sunflower park,” the butterfly answered.

“Wow, you have changed now. Forgive me for mocking you ugly. I had said bad thing about you in the past but you are willingly helping me now,” the bee regretted his past manner.

“That’s okay. We’re friends, we should help each other,” the butterfly was smiling friendly.
They flied together around the sunflowers park. The bee and the butterfly became close friends since then.
ilustrasi:pngwing.com

Wah, sabar sekali ya ulat. Tidak langsung marah - marah ketika si lebah terus mengejeknya. Ulat juga rajin berdoa, meminta khusuk kepada Tuhan agar diberi yang terbaik. Ulat pun tetap ramah ketika dia sudah berubah menjadi kupu-kupu yang indah. 
Memang dalam sebuah fabel biasanya mengandung sebuah pengajaran yang mendorong anak untuk memiliki karakter yang baik melalui sebuah cerita. Menarik ya
Ayo baca lebih banyak kisah fabel dari wilayah sekitaranmu.

Salam Belajar.





You Might Also Like

3 comments

  1. Mbul kok berasa jadi kayak si ulat ya mba wi...saat masih kecil banyak yang mengejekku..padahal aku cuma pengen punya teman dan berteman dengan mereka hihi..tapi aku tak diterima. Tapi dengan kesabaran dan tetap bersikap friendly akhirnya indah pada waktunya deh setelah dewasa justru mereka yang ingin mendekat padaku dan berteman denganku hahhaha...ini mah mbul kayak si ulet yang diceritain di fabel ini hahhahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aiih uletnya pasti imuut kalo yang nggambar mbak mbul.
      Misis dewi gak bisa gambar gambar kayak mbak mbul sih. Jadinya ilutrasinya ini cums tempel twmpel di aplikasi canva aja

      Hapus
  2. makna nya sabar itu yang paling utama. terima kasih cerpennya mba.

    BalasHapus