Contoh Artikel Gagasan Ilmiah
20.25Salah satu syarat untuk mengikuti Olimpiade Guru Nasional (OGN) adalah membuat sebuah artikel gagasan Ilmiah. Berikut saya sampaikan sebuah contohnya. Tentu saja ini hanya sebagai pembuka wawasan anda saja. Anda pasti dapat menulis gagasan Ilmiah yang lebih baik dari ini. Jangan lupa menyesuaikan dengan pedoman OGN terbaru ya di webnya kesharlindung dikmen.
Baca Juga :
ARTIKEL TENTANG MENINGKATKAN HOTS DALAM PEMBELAJARAN
Artikel gagasan ilmiah untuk OGN 2019 adalah tulisan artikel yang berkaitan dengan upaya meningkatkan karakter 'critical thinking' atau pembelajaran berbasis HOTS. Semoga bermanfaat.
‘THIS IS MY INDONESIA PROJECT ‘
PEMANFAATAN
‘PHOTOVOICE’ DALAM MATA PELAJARAN BAHASA & SASTRA INGGRIS
UNTUK MENINGKATKAN JIWA NASIONALISME SISWA KELAS XI SMA N 2 WONOGIRI
ARTIKEL
ILMIAH SEBAGAI BAGIAN DALAM
LOMBA
OLIMPIADE GURU NASIONAL (OGN)
BAGI
GURU PENDIDIKAN MENENGAH
TAHUN
2018
Oleh:
Nama : ............................................
Sekolah : ............................................
Kab/Kota : ............................................
Provinsi : ............................................
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kepada Allah SWT yang telah memampukan kami sebagai hambanya untuk menyusun sebuah artikel ilmiah yang berkaitan
dengan pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMA N 2
Wonogiri. Artikel ini berusaha mendiskripsikan kegiatan tersebut.
Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) telah diwacanakan untuk selalu menjadi poros
pendidikan di sekolah-sekolah di Indonesia. PPK merupakan gerakan pendidikan di
sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati
(etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik)
dengan dukungan pelibatan publik dan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan
masyarakat yang merupakan bagian dari gerakan nasional revolusi mental (GNRM).
Dengan PPK diharapkan akan menjadi upaya untuk menyiapkan generasi muda yang
tak hanya pandai secara intelektual, namun juga memiliki karakter mulia yang
menjiwai hidup mereka sehari-hari.
Saya
percaya bahwa PPK harusnya bukan hanya sekedar wacana, melainkan harus menjadi
sebuah tindakan nyata yang hidup di lingkungan sekolah. Salah satunya adalah
dengan mengintegrasikan dalam pembelajaran di dalam kelas. Saya sebagai guru
Bahasa & Sastra Inggris berupaya mengintegrasikan PPK dengan menggagas
sebuah kegiatan ‘THIS IS MY INDONESIA PROJECT’. Saya memanfaatkan teknik
Photovoice dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk menanamkan jiwa nasionalisme
pada siswa.
Semoga
artikel ilmiah ini dapat memberi manfaat dalam bagian upaya sekolah kami untuk
meningkatkan karakter baik siswa. Kritik dan saran saya nantikan untuk
perbaikan kegiatan ini di masa mendatang.
Wonogiri, ...............
...................................
DAFTAR
ISI
Halaman
judul
Kata
Pengantar .
Bab
I. PENDAHULUAN .
A. Latar
Belakang ..
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
.
Bab
II. KAJIAN TEORI
A. Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK)
B. Pembelajaran
Aktif
C. Photovoice
Bab
III. PEMBAHASAN
Bab
IV. Simpulan
.
Daftar
Pustaka
.. 21
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
“Educating
the Mind Without Educating the Heart is No Education At All” - Aristotle.
Pendidikan merupakan salah satu hal
yang penting untuk memajukan sebuah bangsa. Sekolah dan guru merupakan ujung
tombak dalam dunia pendidikan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang cerdas
dan bermutu, generasi masa depan sebuah bangsa. Ada hal yang menarik untuk kita
cermati bahwa berabad yang lalu, seorang pemikir dunia, Aristoteles,
mengingatkan bahwa; “Mendidik pemikiran saja tanpa mendidik hati/karakter; itu
sama sekali bukanlah pendidikan.” Kecerdasan dan ketrampilan pada diri seseorang
memanglah hal penting tetapi memiliki karakter yang mulia juga tak kalah
pentingnya.
Sekolah dan guru seharusnya tidak
hanya sekedar melakukan fungsinya untuk ‘transfer
of knowledge’(transfer ilmu) semata, tetapi harusnya juga berupaya keras
untuk ‘transfer of values’;
mentrasfer nilai – nilai kehidupan untuk menguatkan karakter peserta didiknya.
Apa yang menjadikan seorang
Sudirman menjadi sosok yang banyak dikagumi banyak orang dari masa ke masa?
Bukan karena jabatannya semata,
bukan pula karena kehebatan fisiknya. Beliau adalah seorang jendral sederhana
dengan fisik ringkih. Paru-parunya bahkan tak sepenuhnya sempurna. Tetapi
kekuatan karakternya mampu menutupi segala kekurangan fisiknya. Jenderal
Sudirman tangguh memimpin menggerakkan perjuangan melawan penjajah meski harus
ditandu keluar masuk hutan. Sinar matanya selalu menyala tak gentar, memberi
tauladan dan menyemangati prajurit pasukan gerilyanya.
Apa yang membuat seorang tokoh
enterpreneur dunia bernama Soichiro Honda tidak menyerah ketika berulang dia
mengalami kegagalan? Apa yang menjadikan Colonel Sanders sukses dengan bisnis
waralabanya meski sebelumnya dia harus terus mencoba menawarkan resepnya
setelah ditolak 1009 kali?
Semua dapat melihat bahwa pada diri
kedua tokoh sukses tersebut melekat mental yang kuat, pribadi yang tangguh
pantang menyerah meski kegagalan mendera berulang. Bukan hanya karena keilmuan
atau kekuatan finansial semata. Karakter hebat mereka menghantarkan mereka
menjadi pengusaha hebat yang kini mampu membuka berjuta lapangan kerja, memberi
manfaat bagi orang lain.
Apalah pula yang menggerakkan
seorang petani tua dari desa Ndali, Wonogiri, bernama Mbah Sadiman menanami
bukit gersang di wilayah desanya seorang diri? Sejak tahun 1996, Mbah Sadiman,
telah berupaya menanami bukit Gendol dengan harapan desanya tidak lagi terkena
krisis air seperti musim-musim kemarau sebelumnya.
Dengan karakternya yang kuat, penuh
keikhlasan secara mandiri beliau menanam satu demi satu pohon di bukit yang
sebelumnya rusak karena pembalakan liar dan beberapa kali kebakaran yang
terjadi sekitar tahun 1960an sampai 1980an. Dan kini, setelah puluhan tahun
menanam, bukit tersebut kembali menghijau dan desanya terhindar dari krisis
air.
Ya, nilai seseorang adalah
pribadinya. Ilmu pengetahuan, pangkat, atau kekayaan memang berguna tetapi
karakter yang kuat pun tak kalah pentingnya.Hal inilah yang kemudian menjadi
semangat untuk menguatkan kembali pendidikan karakter di negeri kita ini bukan
sebagai mata pelajaran baru atau kurikulum baru.
Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) sesungguhnya memang bukan hal baru dalam dunia
pendidikan di negara kita. Sejak awal, bapak pendidikan negara kita, Ki Hajar
Dewantara telah meletakkan fondasi yang kuat bahwa pendidikan di Indonesia
harus secara selaras mengoptimalkan bertumbuhnya budi pekerti, fikiran dan
tubuh anak tanpa terpisah pisahkan. Pendidikan karakter sebagai upaya
menumbuhkan budi pekerti anak harus menjadi ruh tak terpisahkan saat sekolah
berupaya meningkatkan pengetahuan peserta didiknya.
Buya
Hamka, seorang tokok ternama di negara kita, dalam bukunya yang berjudul
Pribadi Hebat, juga menjelaskan bahwa sebagai guru, kita harusnya menyiapkan
siswa kita, pemuda pemuda penerus bangsa, untuk siap bersaing di jamannya
kelak. Beliau mengingatkan bahwa generasi muda saat ini kelak akan hidup di
jaman yang berbeda dengan jaman kita saat ini. disamping kecerdasan dan
ketrampilan, karakter yang kuat, pribadi yang hebat akan menjadi bekal mereka
untuk menang menghadapi persaingan di masa mendatang. Bahwa pribadi bangsa ini
ditentukan oleh pribadi-pribadi tiap individu masyarakatnya. Pemuda berkarakter
baik akan membawa kejayaan bangsa.
Hal tersebut tertuang pula dalam
Pasal 3 UU No 20 Sisdiknas Tahun 2003 yang mengamanatkan bahawa tujuan
pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Demikian pula dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2005 – 2025 juga secara tersirat
menyatakan bahwa pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu
program prioritas pembangunan bangsa. Salah satunya terwujud dalam sebuah
gerakan yang disebut Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Dalam GNRM, Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) mengkristalisasi nilai utama karakter yang tadinya berjumlah 18
menjadi 5 nilai utama yaitu : Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, dan
Integritas
Kelima karakter tersebut merupakan
intisari dari nawacita, nilai-nilai revolusi mental, dan 18 karakter yang telah
dikembangkan sebelumnya.
Renstra (Rencana Strategis)
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2010 -2014 telah mencanangkan PPK untuk
seluruh jenjang pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai
Perguruan Tinggi (PT) dalam sistem pendidikan Indonesia. Muncul pula kemudian
sebuah Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun
2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Bahkan di peringatan Hari Guru Nasional
2017 yang lalu, Pendidikan karakter dan keteladanan guru menjadi tema utamanya.
Sekolah dan guru terus didorong
untuk mengintegrasikan PPK dalam berbagai kegiatan sekolah, kegiatan ekstra
kurikuler, dan kegiatan belajar mengajar di tiap mata pelajaran.
Terkait metodologi yang sesuai
untuk pendidikan karakter, Lickona;1991 (Hariyanto dan Samani:2016) memberi
contoh agar PPK berlangsung lebih efektif maka guru dapat mengimplementasikan
dalam berbagai metode pembelajaran yang aktif dan kreatif. Beberapa diantaranya
adalah bercerita tentang cerita yang bermanfaat, menerapkan pembelajaran studi
kasus (Problem Based Learning),
bermain peran, debat, atau menerapkan pembelajaran kooperatif. Intinya
penerapan PPK harus terintergrasi dalam pembelajaran, disampaikan sesuai dengan
bahan ajar dan dengan cara yang aktif, kreatif dan inovatif.
Dalam artikel ilmiah ini, saya
sebagai guru Bahasa & Sastra Inggris, hendak memaparkan metode pembelajaran
yang akan saya terapkan untuk menguatkan karakter nasionalis pada siswa.cakupan
karakter nasionalis adalah semangat kebangsaan, menghargai kebhinekaan dan
cinta tanah air.
Hal ini terdorong oleh temuan saya
di lapangan, bahwa masih banyak siswa maupun orang tua siswa dan bahkan rekan
guru dari mapel lain di SMA N 2 Wonogiri , yang beranggapan bahwa mempelajari
mapel Bahasa & Sastra Inggris bukanlah sebagai bentuk cinta tanah air.
“Bahasa negara lain kok malah dipelajari,” begitu pendapat beberapa orang.
Pada saat kegiatan belajar mengajar
tentang tema jati diri (introduction)
misalnya, saya mengajukan pertanyaan “What kind of song do you like?” (jenis
lagu apa yang kamu sukai?), beberapa siswa menjawab “ I like Dangdut or Campursari.” Ketika saya tanya lagi “Why?” mereka menjawab dengan penjelasan
lebih panjang, kebanyakan dengan bahasa campur karena keterbatasan kosakata
mereka,” Off course, kan love Indonesia
doong.” Mereka akan senyam senyum saja ketika saya kembali bertanya apakah
kalau kita menyanyikan atau menyukai lagu bahasa Inggris atau bahasa lain itu
berarti kita tidak cinta Indonesia?.
Memang benar ada pendapat
bahwa bahasa adalah produk budaya, saat
kita mempelajari sebuah bahasa, dalam hal ini bahasa Inggris , itu berarti
secara tidak langsung kita mempelajari budaya barat. Itu karena bahasa Inggris
memang mayoritas dipakai oleh orang-orang bangsa barat seperti di benua Eropa
atau Amerika.
Saat kita mempelajari kala waktu (tenses) misalnya, kita akan berfikir
untuk merangkai kalimat berbahasa Inggris dalam kerangka fikir budaya orang
barat dalam memahami kegiatan berdasar waktu. Sebuah pola fikir yang tidak
terdapat secara mendetail dalam budaya bahasa Indonesia. Lalu pada saat
mempelajari KD tentang ‘Song’
misalnya, kita akan diajak mencermati dan membahas lagu berbahasa Inggris yang
merupakan produk budaya barat.
Lalu apakah mapel Bahasa &
Sastra Inggris tidak bisa sama sekali menumbuhnya jiwa nasionalisme siswa? Itu
merupakan tantangan bagi saya, seorang guru Bahasa & Sastra Inggris, untuk
menemukan sebuah kegiatan yang dapat dintegrasikan dalam pembelajaran untuk
dapat menguatkan karakter siswa.
Saya kemudian menggagas sebuah
kegiatan berjudul: ‘This is My Indonesia
Project’ (Proyek Ini Indonesia Ku). Kegiatan ini merupakan bagian dari
pembelajaran aktif bersifat partisipatori. Siswa akan dijadikan pusat
pembelajaraan (student centered learning)
dan berpartisipasi aktif. Ini merupakan proyek dengan memanfaatkan teknik
Photovoice yang dipopulerkan oleh peneliti Caroline Wang, DrPH dan Mary Ann
Burris, PhD.
Sebuah Photovoice project pada
dasarnya adalah sebuah proses yang mengajak partisipannya untuk mengamati
lingkungan sekitarnya untuk mengamati apa kelemahan dan kekurangannya dengan
mengambil foto dan kemudian menuliskan narasi (menggunakan bahasa Inggris) mengenai
foto tersebut kemudian mendiskusikannya. Saya rasa ini akan menarik minat siswa
sebab mengambil foto sudah merupakan kebiasaan di era digital ini.
Saya merasa dapat mengeksplore ide
anak dengan lebih leluasa dengan teknik tersebut untuk kegiatan belajar
mengajar pada materi ‘Hortatory
Exposition’. KD ini terdapat di pelajaran Bahasa dan Sastra Inggris kelas
XI. Melalui teks berjenis Hortatory
Exposition, siswa akan belajar mengkritisi isu terbaru di sekitar mereka
kemudian memberi rekomendasi pada bagian akhir (Thesis – Argumentation – Reccomedation). Teknik ini sesuai dengan
teknik dalam menganalisis Photovoice yang dikembangkan oleh Wang dan Burris.
Tema yang akan diambil adalah
tentang hal apa yang membuat mereka merasa bangga berbangsa Indonesia yang akan
menambah rasa cinta tanah air pada diri mereka. Foto yang diambil adalah foto
riil di sekitar kehidupan mereka, bukan foto unduhan dari internet. Memang foto
yang dihasilkan pasti hanya sekitar kehidupan mereka di wilayah Wonogiri ini,
tetapi menurut saya, cinta Indonesia haruslah dimulai dengan mengenali dan
bangga dengan wilayah sendiri, memahami kelebihan dan keresahan masyarakat
Wonogiri.
Mencintai Indonesia berarti faham
akan kelebihan yang dapat dieksplore dari wilayah sekitarnya, kemudian memberi
saran apa yang dapat dikembangkan dari kelebihan yang mereka amati itu. Selain
itu, mencintai Indonesia berarti dapat mengenali kekurangan wilayah sekitarnya
untuk menjadi bahan diskusi apa yang dapat mereka fikirkan untuk
memperbaikinya. Proses membuat caption dan berdiskusi didorong sebanyak mungkin
menggunakan bahasa Inggris. Pada bagian akhir projectnya akan diadakan pameran
dan juga disebarkan lewat media internet.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang dipaparkan
sebelumnya, saya merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
‘This is My Indonesia Project’ dapat
meningkatkan jiwa nasionalisme siswa kelas XI SMA N 2 Wonogiri?
2. Apakah
‘This is My Indonesia Project’ dapat
meningkatkan jiwa nasionalisme siswa kelas XI SMA N 2 Wonogiri?
C.
TUJUAN
Tujuan dari ‘This is My Indonesia Project’ adalah meningkatkan karakter
nasionalis siswa kelas XI SMA N 2 Wonogiri.
Nilai karakter nasionalis merupakan
perwujudan dari sikap semangat kebangsaan dan cinta tanah air yang sesuai,
tidak berlebihan seperti sikap ‘chauvinisme’
(mengangung-agungkan secara buta berlebihan suatu suku atau bangsa). Siswa
distimulus untuk menguatkan rasa cinta tanah air mereka dengan membuat proyek untuk
mengenali kelebihan dan kekurangan wilayah mereka melalui sudut pandang mereka
sendiri.
Dengan berpartisipasi aktif
mengambil foto riil di lingkungan mereka sendiri, mereka akan melihat realiatas
melalui sudut pandang mereka sendiri untuk kemudian menuliskan narasi yang
sesuai dengan bahasa Inggris. Dengan kegiatan diskusi, mereka akan belajar
secara kritis mengaplikasikan rasa bangga dan cinta pada negara mereka. Pada
akhirnya mereka akan distimulus untuk membagikan proyek mereka ke publik, ke
mata dunia lewat pameran dan internet. Diharapkan siswa akan dengan bangga
menyatakan, ‘This is My Indonesia!”
(Ini Indonesiaku!), ‘Aku Cinta Indonesia’.
D.
MANFAAT
Hasil pelaksaan kegiatan ‘This is My Indonesia Project’ diharapkan
dapat memberi manfaat bagi :
1. Guru
Penerapan kegiatan ‘This is My Indonesia Project’ dalam pembelajaran Bahasa &
Sastra Inggris,dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Tidak
hanya fokus pada peningkatan hasil belajar saja tetapi juga menguatkan karakter
nasionalisme siswa. Selain itu, hal ini juga diharapkan akan meningkatkan
keprofesionalan guru untuk mengintegrasikan PPK dalam pembelajaran yang aktif
dan inovatif.
2. Siswa
Penerapan kegiatan ‘This is My Indonesia Project’ dalam pembelajaran Bahasa &
Sastra Inggris, diharapkan membuat siswa meningkat karakter nasionalismenya. Hasil
belajar siswa pada materi teks Hortatory
Exposition juga akan meningkat setelah mengikuti pembelajaran aktif dari
guru.
3. Sekolah
dan Masyarakat
Sekolah dan masyarakat akan mendapatkan
gambaran riil dari sudut pandang pemuda, yang merupakan siswa SMA N 2 Wonogiri.
Hasil ini akan dapat dijadikan bahan diskusi lebih lanjut mengenai potensi yang
dapat dibanggakan dan dikembangkan dari wilayah tersebut dan mengamati
kekurangan untuk dicari solusinya. Masyarakat diajak mencintai Indonesia
melalui sudut pandang para pemuda.
Demikian latar belakang, rumusan
masalah, tujuam serta manfaat dari Penerapan kegiatan ‘This is My Indonesia Project’ dalam pembelajaran Bahasa &
Sastra Inggris. Detail rinci alur kegiatan serta landasan teori akan dibahas di
bab berikutnya.
“Kepada
Pemuda : Bebanmu akan berat. Jiwamu harus kuat. Tetapi aku percaya langkahmu
akan jaya. Kuatkan pribadimu!” – Hamka.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Apa yang dimaksud dengan ‘karakter’
?
Kementrian Pendidikan Nasional
BalitbangKur dalam Pedoman Sekolah untuk Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa (2010) menyatakan bahwa yang dimaksud karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak. Sementara dalam Kamus Bahasa Indonesia,
karakter diartikan sebagai sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari orang lain.
Dari definisi diatas, karakter
adalah bagian afektif (sikap) dalam diri seseorang. Setiap siswa mempunyai
sifat atau budi pekerti yang bisa saja berbeda dari satu siswa dengan siswa
lainnya, akan tetapi sekolah dan guru dapat menguatkan karakter – karakter baik
yang ada dalam diri siswa agar dapat dijadikan landasan cara pandang, cara
befikir atau cara bersikap mereka. Dari penjelasan diatas pembentukan karakter
bukanlah proses sesaat. Perlu proses berkesinambungan untuk membiasakan mereka
terstimulus untuk menguatkan karakter baik dalam diri mereka sehingga dapat
melekat pada diri mereka sebagai bagian dari watak atau kebribadian mereka.
Thomas Lickona dalam Listyarti
(2012:8) memandang pendidikan karakter adalah kaitannya dengan menjadi sekolah
karakter (a school of character),
sekolah yang menempatkan pendidikan karakter di bagian utama. Sekolah merupakan
tempat ideal untuk menanamkan pendidikan karakter. Lickona menjelaskan bahwa
diperlukan keterlibatan banyak pihak untuk mewujudkannya, diantaranya adalah
keterlibatan pempinan dan staff sekolah, orangtua, keterlibatan aktif siswa dan
guru.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Muhajir Effendy dalam laman https://www.kemdikbud.go.id
(Diunggah 10 Januari 2017) menyatakan bahwa PPK adalah poros utama perbaikan
pendidikan nasional. Beliau menyatakan bahwa lima karakter utama yang menjadi
prioritas PPK berkaitan dengan berbagai program prioritas Kemdikbud di bidang
pendidikan dan kebudayaan.
Lima nilai utama itu adalah Religius, Nasionalis,
Mandiri, Intregitas dan Gotong Royong. Hal tersebut digambarkan dalam bagan
berikut:
Bagan 1. PPK
sebagai poros pendidikan Indonesia (www.kemdikbud.go.id)
Pada tahun2010 Kementerian
Pendidikan Nasional mengeluarkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan
Karakter untuk mengembangkan rintisan di sekolah-sekolah seluruh Indonesia
dengan delapan belas (18) nilai karakter. Saat ini PPK mengkristalisasi nilai
utama karakter yang tadinya berjumlah 18
menjadi 5 nilai utama yaitu :
1. Religius;
karakter yang menunjukkan beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan dengan
mengamalkan ajaran agamanya, bertoleransi dengan pemeluk agama lain dan
mencintai alam sebagai bagian ciptaan Tuhan.
2. Nasionalis;
karakter yang menunjukkan kesetiaan dan cinta tanah air dengan semangat
kebangsaan.
3. Mandiri;
karakter yang menunjukkan nilai etos kerja, tahan banting dalam upaya
merealisasikan mimpi tanpa selalu tergantung pada orang lain.
4. Gotong
Royong; karakter yang mencerminkan semangat untuk bekerjasama dalam saling
membantu untuk kebaikan bersama dan mengurangi penderitaan masyarakat yang
membutuhkan bantuan.
5. Integritas;
karakter yang menunjukkan untuk selalu menjadi orang yang dapat dipercaya dan
memiliki komitmen pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral.
Kelima
karakter tersebut; religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas
merupakn intisari dari nawacita, nilai-nilai revolusi mental, dan 18 karakter
yang telah dikembangkan sebelumnya.
Hal
tersebut ditunjukkan dalam bagan berikut:
Bagan
2: Keterkaitan lima nilai utama dalam pendidikan karakter
Konsep
pendidikan karakter tersebut dapat diimplementasikan di sekolah dalam tiga
bentuk sebagai berikut:
1. Pendidikan
karakter berbasis kelas
Dalam bentuk ini, pendidikan karakter
diterapkan melalui proses belajar setiap mata pelajaran terintegrasi dalam RPP
guru mapel tersebut.
2. Pendidikan
karakter berbasis budaya sekolah
Dalam bentuk ini, pendidikan karakter
dapat berupa pembiasaan nilai-nilai utama dalam kegiatan keseharian sekolah dan
pemembentukan ekosistem sekolah yang mendukung pembiasaan tersebut.
3. Pendidikan
karakter berbasis masyarakat
Pendidikan karakter diimplementasikan
dengan melibatkan orang tua, komite sekolah, dunia usaha di sekitar sekolahatau
pemerintah dan pemda setempat.
Pada PPK berbasis kelas,
Kemendikbud RI dalam Modul Konsep dan Pedoman PPK (2017), menyatakan bahwa guru
seharusnya mengintegrasikan PPK dengan proses pembelajaran di dalam kelas
melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun
terintegrasi dalam mata pelajaran. Guru dalam mengembangkan PPK juga seharusnya
memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran serta
mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah.
Pada
akhirnya, PPK diharapkan pendidikan di Indonesia tidak hanya mampu mencetak
generasi yang cerdas dan terampil, namun juga membentuk individu yang memiliki
karakter hebat. Sehingga kelak muncul Generasi Emas 2045 yang cerdas, terampil
dan berkarakter mulia.
Nilai Karakter yang hendak kami
utamakan untuk dikembangkan pada artikel ini adalah nilai karakter nasionalis. Sebuah
nilai karakter yang saya anggap penting untuk menyiapkan siswa yang kelak akan
hidup di era yang seakan tanpa batas. Mereka akan hidup dalam kemudahan
mengakses teknologi yang memungkinkan mereka terekspos dengan budaya negara –
negara lain secara mudah. Dalam hal ini bahasa Inggris, sebagai salah satu
mapel yang mereka pelajari, merupakan salah satu media perantara bahasa yang
dipakai secara internasional.
Menurut modul Konsep dan Pedoman
PPK yang dikeluarkan oleh Kemdikbud RI (2017) penjelasan karakter nasionalisme
adalah sebagai berikut:
Nilai karakter nasionalis merupakan
cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain
apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban,
unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum,
disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.
Schaps, Scaeffer dan Mc.Donnel dalam Hariyanto dan Samani (2016:143)
menyatakan bahwa pendekatan terpadu adalah hal yang penting untuk dipahami guru
dalam mengimplementasikan pendidikan karakter. Menurut mereka bentuk paling
baik dari pendidikan karakter adalah pada pelibatan siswa, diskusi penuh
pemikiran dan refleksi terkait implikasi moral tentang apa saja yang mereka
lihat di sekeliling mereka dan apa yang mereka alami dan lakukan secara
pribadi. Ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ki Hajar dengan kata-kata
cipta, rasa, karsa.
B.
Pembelajaran Aktif
Pendidikan karakter dalam kelas
akan maksimal menjadi bagian pribadi siswa jika dilaksanakan dalam kerangka
pembelajaran aktif.
Dalam Panduan Pengembangan
Pembelajaran Aktif yang diterbitkan oleh Dirjendikdasmen tahun 2017, dijelaskan
bahwa dalam pembelajaran aktif, siswa
harus terlibat dalam pembelajaran secara aktif. Siswa tidak hanya mendengarkan
ceramah guru sepanjang waktu. Siswa harus didorong untuk aktif membaca,
menulis, mendiskusikan, atau terlibat dalam memecahkan masalah. Kegiatan
belajar ini terkait dengan hasil hasil belajar yang ingin dicapai mencakup tiga
dimensi yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Keaktifan siswa tidak hanya
sekedar keaktifan fisik tapi juga keaktifan mental. Dalam proses pembelajaran
aktif, guru harus memberikan ruang yang
cukup bagi aktivitas siswa untuk mengakses berbagai informasi dari berbagai
sumber.
Menurut pemikiran Mochtar Buchori
(dalam Listyarti:2012) guru harusnya berfikir makro bukan mikro. Guru
seharusnya tidak berfikir sebatas ruang kelas (mikro) dengan hanya menyampaikan
pengetahuan saja. Guru jangan mengajar hanya untuk sekedar menjalankan
kewajiban menyelesaikan kurikulum, tetapi guru harus berfikir secara makro.
Materi pembelajaran yang disampaikan guru harusnya dapat menembus batas – batas
ruang kelas. Guru seharusnya mengajak siswanya untuk belajar dan mengamati
tentang realitas di masyarakat, sehingga pembelajaran yang dijalankan tersebut
ada unsur kebermaknaan sehingga mampu memberi sumbang sih dalam menjawab
beberapa persoalan di masyarakat.
Pada Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016 tentang standar Proses, guru seharusnya merancang proses pembelajaran yang
bersifat pembelajaran aktif sesuai dengan Kurikulum 2013. Karakteristik
pembelajaran aktif dalam Panduan Pengembangan Pembelajaran Aktif yang
diterbitkan oleh Dirjendikdasmen tahun 2017,
adalah sebagai berikut:
1.
Pembelajaran berpusat pada siswa. Dorong
siswa untuk mengembangkan belajar mandiri dengan semangat dan motivasi yang
kuat dari diri mereka sendiri
2.
Guru membimbing pengalaman belajar
siswa. Guru seharusnya memberi peluang pada siswa agar memperoleh pengetahuan
dan ketrampilan melalui melakukan sendiri, yang kemudian dari pengalaman
melakukan itu, mereka dapat mengembangkannya untuk membuat suatu karya
3.
Tujuan kegiatan pembelajaran tidak untuk
sekedar mengejar standar akademis tapi juga untuk pencampaian kompetensi secara
utuh dan seimbang
4.
Penekanan lebih kepada kreativitas siswa
dan progress kemajuannya untuk menguasai kompetensi
5.
Penilaian proses pembelajaran dilakukan
untuk mengukur ketercapaian kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan siswa
6.
Guru tidak hanya fokus pada penyampaian
informasi saja tetapi sebaiknya lebih mengutamakan keterlibatan siswa secara
fisik dan mental
7.
Guru seharusnya menciptakan kondisi
pembelajaran yang mendukung untuk mengembangkan keterbukaan dan penghargaan
terhadap gagasan – gagasan dari siswa
8.
Guru seharusnya tidak menyampaikan
pembelajaran secara pasif melalui ceramah saja, tetapi harus mendesain
pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang membuat siswa terlibat secara
aktif.
Saat guru menerapkan metode
pembelajaran yang aktif semacam itu, guru akan sekaligus dapat menstimulus
siswa untuk mengembangkan karakter mereka secara lebih menyenangkan dan merasuk
kedalam pribadi mereka.
C.
Photovoice
Photovoice merupakan proses riset
tindakan melalui rangkaian tindakan dan termasuk dalam metodologi riset
berbasis partisipasi (Wang & Burris,1997 dalam Strown and Monama:2012).
Dalam Photovoice, para partisipan difasilitasi oleh peneliti untuk mengambil foto-foto
di lingkungannya dalam masyarakat dan kemudian secara berkelompok menganalisis
isu yang terwakili dalam foto-foto tersebut.
dst ..
Ketrampilan menulis dalam Bahasa &
Sastra Inggris pada siswa XI di SMA N 2 Wonogiri belum maksimal. Karena
menulis, apalagi yang bersifat tulisan ilmiah, belum menjadi budaya bagi
mereka. Menulis saja sudah sulit, apalagi menulisnya pakai bahasa asing, begitu
pendapat beberapa dari mereka. metode Photovoice menurut saya dapat menawarkan
stimulus bagi mereka untuk menulis tentang lingkungan mereka dalam bahasa
Inggris.
Dalam beberapa riset,
Photovoice cukup sesuai dengan
partisipan remaja/pemuda. Yang berarti sesuai dengan karakteristik siswa SMA
yang kebanyakan merupakan remaja/pemuda. Dengan memberi kesempatan pada pemuda
untuk mengamati isu – isu di sekitar lingkungan masyarakat mereka, misalnya isu
budaya, isu sosial atau harapan masyarakat, pemuda didorong untuk mengembangkan
pemahaman akan diri mereka sendiri dan masyarakat di lingkungan sekitar mereka.
pemuda seharusnya perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan dan
mengkonfirmasi kemampuannya. Mereka perlu diberi kesempatan untuk berkomentar
atas pengalaman dan pemahaman mereka sehingga dapat menjadi agen perubahan
positif di lingkungannya (Strack RW,dkk:2004)
BAB
III PEMBAHASAN
Sebuah upaya yang saya ingin
terapkan di kelas adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran aktif untuk
menguatkan karakter nasionalisme siswa. Photovoice adalah sebuah metode yang
yang saya pilih. Dengan Photovoice, saya akan mengusahakan sebuah situasi
belajar yang membuat siswa mendapat pengalaman dengan mengamati secara langsung
apa yang terdapat di sekitar lingkungan masyarakat sekitar mereka. Menulis dan
berdiskusi dengan menggunakan Bahasa Inggris juga akan menjadi bagian dari
kegiatan ini. Kegiatan ini saya beri judul “This is My Indonesia Project” yang
selanjutnya akan disingkat “TMIP”
Langkah
– langkah dalam pelaksanaan TMIP pada dasarnya mengikuti metodologi dalam
metodologi Photovoice yang dikemukakan oleh Wang (2006) yang telah dibahas
sebelumnya. Saya akan membaginya secara garis besar dalam tiga tahap : The Preparation
Phase, the ‘DO’ Phase, The Exibition Phase.
A. The
Preparation Phase
Tahap ini merupakan tahap awal
persiapa dari kegiatan yang akan dijalankan siswa. Pertama, tentu saja guru
menyesuaikan project ini dengan Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan pada
kelas yang akan dijadikan partisipan, yaitu siswa kelas XI. Penjelasan awal
akan diberikan saat guru memulai pembelajaran pada KD tentang Teks Hortatory Exposition. Berikut kutipan dari
Silabus Mata Pelajaran Bahasa & Sastra Inggris SMA yang dikeluarkan oleh
Kemdikbud pada tahun 2016 :
3.9.
Membedakan
fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks hortatory exposition lisan dan tulis dengan memberi dan meminta
informasi terkait pandangan/pendapat mengenai topik yang hangat dibicarakan
umum, argumentasi pendukung, serta saran, sesuai dengan konteks penggunaannya
4.9.Teks
hortatory exposition
4.9.1
Menangkap
makna secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
kebahasaan teks hortatory exposition lisan
dan tulis, terkait isu aktual
4.92.
Menyusun teks hortatory exposition lisan dan tulis, terkait isu aktual, dengan
memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan, secara benar
dan sesuai konteks
KD 3.9 dan 4.9 ini
bisa disampaikan pada siswa kelas XI pada semester ganjil dengan alokasi waktu
biasanya hanya sekitar 9 pertemuan (18x@45 menit). Pada KD 4.9.2 siswa diminta
untuk menyusun teks Hortatory Exposition baik berbentuk lisan maupun tulis
terkait isu aktual, dalam hal ini Photovoice akan membantu mereka menyusun teks
tersebut dengan lebih menyenangkan dan kreatif. Nilai plus nya adalah selama
pembelajaran ini siswa akan distumulus untuk menguatkan karakter cinta tanah
air pada diri mereka.
Langkah
selanjutnya adalah... dst...
Langkah berikutnya
adalah ... dst...
Jelaskan mengenai prosedur pelaksanaannya, apa kelebihan dan kekurangannya untuk meningkatkan nilai nasionalisme pada pembelajaran anda.
Fase ini dilakukan
di minggu pertama, saat pelajaran KD tentang teks Hortatory Exposition, 2 x 45 menit. Pada pertemuan awal ini siswa
juga diberi contoh beberapa foto dan teks Hortatory
Exposition yang terkait dengan foto tersebut dari buku paket dan sumber
lainnya seperti majalah atau koran. Contoh tersebut juga bisa dilengkapi dengan
kegiatan reading comprehention dengan menjawab pertanyaan atau menyusun kalimat
teks penyerta gambar acak.
B.
The ‘DO’ Phase
Pada tahap ini
siswa diberi waktu untuk mengambil foto dari lingkungan sekitarnya secara
individu. Siswa didorong untuk kreatif dan kritis mengambil beberapa foto di
lingkungan sekolah dan sekitarnya.
Dst.. jelaskan bagaimana pelaksanaan tahap ini. apa kelebihan dan kekurangannya untuk meningkatkan nilai nasionalisme pada pembelajaran anda.
C.
The Exibition Phase
Pada phase ini
siswa secara individu menampilkan dua foto terbaik pilihan mereka atau dari
diskusi kelompoknya, satu foto hal positif, satu foto kekurangan masyarakat
sekitarnya. Exibition pertama adalah di depan kelas, siswa mempresentasikan
secara individual dari foto yang telah dibahas bersama kelompoknya . Siswa lain
memberi komentar secara singkat.
Exibition kedua
adalah menampilkan hasil foto lewat media internet. Hal ini akan mencapai
audience lebih luas tanpa memerlukan banyak biaya. Lewat Blog atau tayangan You
Tube, akan lebih banyak foto beserta captionnya bisa ditampilkan. Siswa juga
didorong untuk mensharekan lebih luas lewat tautan di media sosialnya. Harapannya,
kami juga dapat melakukan exibition dalam bentuk pameran dengan mengundang
kepala sekolah, wakas, guru lain dan beberapa mayarakat sekitar atau orangtua,
atau native speakers di aula sekolah. Untuk menghemat biaya, kegiatan ini
misalnya bisa dilakukan bersamaan saat orang tua atau komite sekolah menghadiri
rapat komite di aula sekolah.
Siswa memupuk
cinta tanah airnya dengan lebih memahami lingkungan sekitarnya. Cinta
Indonesia, adalah cinta yang mendalam dengan mengamati kelebihan dan kekurangan
wilayah masyarakat sekitarnya. Mereka diharapkan akan dengan bangga
mengucapkan, “I LOVE MY COUNTRY. THIS IS MY INDONESIA!”
BAB IV
SIMPULAN
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah hal seharusnya
dikembangkan oleh setiap guru secara teintegrasi dalam masing – masing mata
pelajaran yang mereka ampu. Ini karena membentuk karakter bukanlah hal yang
bersifat instan, PKK harusnya merupakan proses berkisinambungan dan didukung
oleh semua elemen sekolah, termasuk guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Ada lima elemen karakter utama yang dijadikan pemerintah
menjadi poros pendidikan nasional di Indonesia. Kelima karakter utama tersebut
adalah : Religius, Nasionalis, Mandiri, Intregitas dan Gotong
Royong. Jiwa nasionalisme pada diri siswa akan lebih rentan terkikis karena
siswa kita berada di era yang demikian mudah terhubung dengan dunia lewat
kemudahan akses teknologi. Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing yang
diajarkan di sekolah kadang dianggap melemahkan nasionalisme siswa karena siswa
akan berfikir lewat budaya barat karena adanya pemikiran bahwa bahasa adalah
produl budaya. Saya kemudian menawarkan
sebuah gagasan berupa kegiatan yang terintregasi dalam mata pelajaran Bahasa
& Sastra Inggris untuk meningkatkan jiwa nasionalisme siswa.
Kegiatan
tersebut berjudul, ‘This is My Indonesia
Project.’ Sebuah proyek yang mendorong siswa untuk mengambil foto- foto
dari lingkungan masyarakat sekitarnya yang membuat dia bangga akan lingkungan
masyarakat sekitarnya tersebut. Siswa juga mengambil foto yang terkait hal yang
menjadi keresahan masyarakat sekitarnya untuk kemudian diskusikan apa yang
dapat mereka lakukan untuk memperbaikinya. Berdasar foto yang mereka ambil, siswa
kemudian menyusun teks bergenre Hortatory
Exposition menggunakan bahasa Inggris.
Keseluruhan
tahap kegiatan ini sesuai dengan Photovoice, sebuah metode riset parsipator
yang dikembangkan oleh Wang dan Burris. Pada akhir kegiatan siswa akan
melakukan presentasi dan pameran foto
berserta teks hasil karyanya. Diharapkan
‘This is My Indonesia Project’ ini akan meningkatkan jiwa nasionalisme pada diri
siswa kelas XI SMA N 2 Wonogiri.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka.2014.Pribadi Hebat.Jakarta:Gema Insani.
Hariyanto &
Samani.2016.Konsep dan Model Pendidikan Karakter.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Hasan, Said Hamid.dkk.2010.Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa.Jakarta:Badan Peneletian dan Pengembangan Kurikulum Pusat.
Koesuma,Doni.Dkk.2017.Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan
Karakter Bagi Guru.[Online]. Tersedia pada: http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id. Diakses pada
tanggal 26 Agustus 2017.
Lickona, Thomas. 2004. Chapter 11 Make Your School A School of
Character. (Online). Tersedia pada: http:// cortland.edu/character, diakses
pada 30 Agustus 2017.
Listyarti, Retno.2012.Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif,
Inovatif dan Kreatif.Jakarta:Esensi Erlangga.
http://psma.kemdikbud.go.id.
Modul Panduan Pengembangan Pembelajaran
Aktif SMA. Dirjendikdasmen 2017. Diakses pada tanggal 5 Februari 2018.
2 comments
Wah ibu guru nih.. Keren. Emm, coba mba diuraikan do and don't dlm ikut odn ini mgkn..
BalasHapusIde bagus nih, mbak Ghina. thanks sudah mampiir.
BalasHapus