Saung Belajar Aisyah

    • Home
    • ruang keluarga
    • ruang kelas
    • ruang baca
    • ruang menulis
    • ruang impian

    Berita baiknya adalah : Semua sekolah di setiap jenjang pendidikan harus mengupayakan program untuk menguatkan karakter muridnya! 

    Kurikulum pendidikan kita tidak sejelek yang diberitakan, kok. Belum sempurna, mungkin iya. Tetapi sebenarnya selalu ada itikat baik dari Pemerintah, sekolah dan guru untuk meningkatkan pendidikan anak-anak Indonesia. Dan itu perlu dukungan dan tauladan dari orang dewasa di sekitar anak juga lho, kakak atau orang tua dirumah , misalnya.

    Salah satunya adalah gencarnya upaya mendorong sekolah untuk melakukan PPK ; Penguatan Pendidikan Karakter. Diharapkan nanti anak-anak kita tidak hanya cerdas - tapi juga berkarakter kuat dan baik. Semua harus ikut terlibat demi masa depan anak -anak kita itu. Kalau meminjam istilah pakar Parenting Ayah Edi sih, Indonesian Strong from Home. Anak-anak kita itu kuat dari rumah. Dan sekolah akan membantunya.

    Berikut ini sekedar sharing , contoh action plan Program Literasi di sekolah kami. Tentu saja tiap sekolah mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Program yang dilaksanakan juga bisa berbeda- beda dan fleksibel. 
    Kebetulan berkat terlibat dan menuliskan program ini, tahun 2017 yang lalu , saya berkesempatan menjadi finalis lomba nasional di Jakarta. Lombanya diadakan oleh Kesharlindung Dikmen, sebuah instansi resmi pemerintah di bidang Kesejahteraan, Penghargaan, dan Perlindungan Guru. Nama lombanya; Lomba Inovasi Penguatan Pendidikan Karakter Bangsa 2017. Alhamdulillah, guru ndeso seperti saya jadi bisa terbang gratis ke Jakarta. belum menang sih. Tetapi Alhamdulillah, pulangnya disangoni uang jajan yang cukup untuk beli laptop baru. hehe..Semoga bermanfaat


    ACTION PLAN 

    PROGRAM LITERASI di SEKOLAH


    I. JUDUL : ‘LASKAR AKSARA: Ayo Baca – Ayo Berkarya!’ 

    Sebuah upaya pengembangan dan pengoptimalan program GLS (Gerakan Literasi Sekolah) di SMA
    Buku terdiri dari aksara – aksara yang bermakna, dengan gemar membaca akan semakin banyak karakter baik siswa terbentuk. Program ini siswa akan dibentuk menjadi berjiwa laskar atau prajurit yang melakukan kegiatan ini dengan sepenuh hati dan penuh komitmen. Dengan tujuan akhir siswa akan meraih banyak manfaat dari program ini dan karakter baik mereka akan semakin berkembang. Kami menamai inovasi program ini dengan judul: LASKAR AKSARA. Dengan tag line sub-judul: Ayo Baca-Ayo Berkarya! 

    II. LATAR BELAKANG MASALAH

    Sejak tahun ajaran 2015/2016, SMA di Wonogiri telah melaksanakan program rintisan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Sekolah kami memandang GLS sebagai sebuah upaya yang sangat positif untuk mengembangkan karakter positif siswa, terutama adalah karakter gemar membaca dan disiplin. Jika kedua karakter utama tersebut terbentuk dengan maksimal diharapkan beberapa karakter baik akan berkembang.

    Membentuk karakter positif kepada peserta didik memang bukan hal yang mudah. Dengan kata lain, pendidikan karakter harus dilakukan secara kontinu, berkesinambungan, konsisten, dan melalui proses pembiasaan agar menjadi pemahaman yang menyatu dalam perasaan dan terefleksi dalam tindakan/ perilaku.

    Beberapa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan panduan tahapan GLS. Kegiatan-kegiatan tersebut di lakukan oleh siswa dengan didukung kepala sekolah, guru –guru, orang tua dan seluruh stake-holder sekolah kami.

    Sebagai contoh, sekolah kami telah menerapkan kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum pelajaran, pengadaan lomba-lomba yang mendukung peningkatan gemar membaca, misalnya lomba menulis cerpen dan puisi, lomba membaca puisi, serta lomba perpustakaan kelas. Salah satu kegiatan yang terpenting lainnya adalah pengadaan pojok baca secara mandiri oleh siswa di setiap kelas.

    Kami memandang semangat siswa untuk terlibat program GLS masih naik turun, belum konsisten merasuk menjadi bagian hidup essensial siswa. Masalah yang kami temukan di lapangan adalah: kegiatannya kurang menarik bagi siswa dan koleksi buku di pojok baca kelas banyak yang kurang berkualitas karena siswa banyak yang tidak mampu menyumbangkan buku yang baik di pojok baca tersebut.
    Akibat dari masalah tersebut adalah program GLS tidak menjadi sarana yang optimal sebagai sarana unggulan di sekolah kami untuk pendidikan karakter. Maka kami ingin menyusun program GLS dengan branding yang diperbaharui : GLS menjadi program yang penuh dengan kegiatan yang menyenangkan dan menarik untuk selalu dilaksanakan.

    III. INOVASI YANG DITAWARKAN

    Kami menawarkan pembaharuan dan pengoptimalan program GLS dengan menamainya menjadi : LASKAR AKSARA: Ayo membaca-Ayo Berkarya!
    Kegiatan – kegiatan baru dalam program tersebut meliputi:

    1. ‘Tukar Sampahmu Jadi Buku’

    Kegiatan ini terinspirasi dari kesuksesan beberapa komunitas yang telah berhasil mengumpulkan dana dari penerapan sistem bank sampah. Salah satu contoh terdekat adalah dari Bank Sampah Giri Tri Habsari yang terletak di lingkungan Wonokarto, satu kelurahan dengan area sekolah kami. 

    Kami melihat sistem bank sampah dapat juga kami terapkan di sekolah kami. Hanya saja dana yang dikumpulkan nanti diperuntukkan untuk membeli buku yang ditempatkan di pojok baca kelas. Selama ini siswa menyumbang buku alakadarnya karena masalah kekurangan dana, dengan sistem ini mereka tidak perlu menyisihkan uang saku mereka yang pas-pasan untuk membeli buku untuk pojok baca. Mereka juga tidak perlu meminta kepada orang tua. Siswa dapat mengusahakan dana itu secara mandiri dengan mengumpulkan dan memilah sampah di sekitar mereka. 

    Dalam hal ini kami batasi pada sampah kering non-organik semisal bungkus makanan ringan, botol dan kaleng minuman kemasan atau kertas bekas. Kami melihat sampah-sampah semacam itu cukup banyak dihasilkan oleh siswa itu sendiri di keseharian mereka. Dampak lain yang akan diperoleh adalah siswa akan menjadi peduli dengan sampah di sekitar mereka, dan tidak akan membuang sampah sembarangan lagi. 

    Siswa juga boleh membawa sampah-sampah yang telah dipilah dari rumah. Dengan cara ini akan menghasilkan dana lebih besar dan lebih cepat. Selain itu yang lebih penting adalah bahwa siswa akan menjadi ‘agent of change’ , menjadi pelopor perubahan di rumah masing masing. Mereka akan menjadi pelopor untuk mengajak anggota rumah mereka untuk peduli sampah dan peduli untuk membeli buku agar lebih gemar membaca. 

    Nasabah bank sampah ini adalah kelas-kelas di sekolah kami, bukan perorangan. Sebagai mana layaknya sebuah bank, setiap kelas sebagai nasabah akan memiliki sebuah buku rekening. Setiap hari Sabtu mereka menyetor sampah kemudian ditimbang dan dicatat sesuai nominalnya di buku rekening mereka. Dari uang yang terkumpul mereka dapat menukarkan dengan buku untuk pojok baca kelas. Pengelolaan Bank Sampah ini sekaligus menjadi media pembelajaran yang baik bagi mata pelajaran KWU (Kewirausahaan).

    Buku-buku yang ingin mereka beli sebelumnya dibuat daftar dahulu, kami akan menamai daftar tersebut sebagai ‘Wish List’.  Daftar tersebut merupakan hasil diskusi siswa-siswa sekelas tersebut. Sebelumnya ‘Wish List’ ditunjukkan kepada guru wali kelas atau guru bahasa Indonesia untuk menentukan buku mana yang bermutu untuk ditempatkan di pojok baca kelas. Penukaran buku-buku tersebut dapat dilakukan lewat koperasi sekolah.

    2. Kegiatan ‘HOLY FRIDAY’ dan Membaca 15 Menit Sebelum Pembelajaran

    Kegiatan hafalan ayat sesuai kitap suci yang dianut siswa. Misalnya: Hafalan ayat di Injil untuk siswa Nasrani, kegiatan hafalan surah Qur’an bagi siswa muslim, kegiatan membaca kitap suci agama masing-masing. Kegiatan ini dilaksanakan setiap Jum’at pagi pukul 07.00 – 07.15 WIB. Hafalan dan bacaan siswa dapat disetorkan atau dipantau guru – guru Agama saat pelajaran.
    Untuk hari Selasa, Rabu, Kamis pagi,jam 07.00 - 07.15 WIB siswa membaca buku non pelajaran dipandu guru yang mengajar jam pertama. Buku yang dibaca boleh fiksi,boleh nonfiksi. Untuk kendali , siswa menulis ringkasan buku yang dibaca di buku kendali literasi.

    3. Kegiatan ‘CERITAKAN BUKUMU’

    Kegiatan ini dilaksanakan setiap Senin, setelah upacara di lapangan. Siswa bisa sambil duduk-duduk istrahat di bawah pohon di area lapangan upacara. Pada setiap kegiatan, akan ditunjuksecara acak sejumlah 3 – 5 siswa untuk maju ke mimbar upacara, menyampaikan ringkasan singkat sebuah buku yang mereka baca minggu ini. 

    Pada kegiatan ini sekaligus menyampaikan kelas yang sudah mampu menukar sampahnya jadi buku. Siswa yang tampil menceritakan buku dan kelas yang mampu menukar banyak buku akan mendapat apresiasi berupa hadiah

    Siswa Menceritakan Buku yang dibacanya
    4. Kegiatan ‘BOOK CARNIVAL’
    Kegiatan ini dilaksanakan setiap akhir semester pada masa jeda setelah PAS (Penilaian Akhir Semester). Pada acara ini diadakan lomba-lomba yang menarik misalnya: 
    • Lomba Tahfidz Qur’an – lomba Hafalan ayat kitap suci lain
    • lomba pojok buku terbaik – terbanyak dan terbaik koleksinya dari hasil menukarkan sampah mereka.
    • lomba menulis puisi atau cerpen, lomba membaca puisi.
    • Bedah buku oleh pengarang populer
    • Bazaar Buku 
    IV. TUJUAN

    Dengan menata ulang pelaksanaan program literasi sekolah agar lebih baik dengan komunikasi efektif kepada semua warga sekolah, diharapkan gerakan literasi ini sekaligus sebagai sarana dalam implementasi pendidikan karakter di SMA.
    Karakter yang ingin dikembangkan melalui program LASKAR AKSARA: Ayo membaca-Ayo Berkarya! adalah :

    a. Karakter Gemar Membaca dan Disiplin sebagai karakter utama
    Dua karakter utama tersebut merupakan modal penting bagi siswa bagi hidupnya. Saat kedua karakter itu menjadi bagian hidup siswa, maka otomatis karakter-karakter baik lainnya akan terbentuk sebagaimana dijelaskan berikut ini.

    b. Karakter disiplin dan bertanggungjawab
    Melalui kegiatan pembiasaan setiap pagi sebelum belajar, siswa akan jadi lebih disiplin dan bertanggung jawab. Mereka akan bertanggungjawab pula saat mereka mengelola pojok baca kelas.

    c. Karakter religius dengan kegiatan ‘HOLY FRIDAY’.

    d. Karakter komunikatif , berani tampil dan menghargai prestasi.
    Saat siswa terlibat dalam kegiatan ‘CERITAKAN BUKUMU’ dan ‘BOOK CARNIVAL’ siswa akan mengembangkan karakter komunikatif dan berani tampil dalam diri mereka. Saat berkompetisi, karakter menghargai prestasi juga akan terbentuk.

    e. Karakter cinta lingkungan
    Melalui kegiatan ‘Tukar Sampahmu Jadi Buku’ siswa akan mengembangkan karakter cinta lingkungan karena mereka peduli untuk memilah dan memberdayagunakan sampah untuk menjadi barang bermakna.

    f. Karakter kreatif dan bertanggungjawab
    Saat siswa sudah berhasil menambah banyak buku bermutu dengan menukarkan sampah mereka jadi buku, mereka akan lebih terdorong untuk mengaktifkan pojok baca. Mereka akan lebih kreatif mendesain pojok baca dan bertanggungjawab mengurus buku di pojok baca tiap kelas itu.

    V. MANFAAT
    • Manfaat jangka pendek : siswa dan seluruh warga sekolah akan lebih tertarik mengikuti program pembaharuan GLS  : LASKAR AKSARA: Ayo membaca-Ayo Berkarya!
    • Manfaat jangka menengah: siswa dan seluruh warga sekolah sudah semakin terlibat dengan antusias mengikuti berbagai kegiatan-kegiatan di program ini. Karakter-karakter baik siswa semakin terbentuk.
    • Manfaat jangka panjang : karakter –karakter baik tersebut sudah meresap menjadi bagian hidup siswa dan seluruh warga sekolah.
    VI. SUMBERDAYA PENDUKUNG
    SMA N 2 Wonogiri mempunyai sumberdaya pendukung yang baik untuk kesuksesan pelaksanaan program ini, antara lain:
    • SDM (Sumber Daya Manusia) dengan jumlah banyak dan mempunyai cukup komitmen untuk mencapai karakter-karakter yang baik melalui pengoptimalan GLS 
    • Sarana –prasarana yang cukup baik di tiap kelas, misalnya : sekolah sudah menyediakan rak untuk pojok baca kelas sebagai wadah buku sumbangan siswa.
    • Sekolah kami mempunyai lahan yang luas sekitar 4,3 Ha. Lahan yang sangat luas tersebut mendukung berbagai kegiatan yang akan dilakukan.
    VII. ALUR BERFIKIR
    before
    after
    VIII. SIMPULAN

    Dengan pelaksanaan program: LASKAR AKSARA: Ayo membaca-Ayo Berkarya! siswa dan warga sekolah akan lebih tertarik untuk mengoptimalkan GLS sebagai sarana pendidikan karakter. Dengan program karakter –karakter yang akan berkembang antara lain: gemar membaca, disiplin, bertanggungjawab, religius, kreatif, komunikatif –berani tampil, menghargai prestasi dan cinta lingkungan.

    Ayo susun action plan mu sendiri. Kita kuatkan akar pekerti anak-anak Indonesia bersama-sama. Menuju Generasi Emas yang bukan sekedar impian semata.


    Continue Reading

    Apa warna akal mereka? 
    Sepertinya hijau. Tampak menyeruak diantara rapinya barisan mereka di upacara bendera pagi ini. Terus bertumbuh. Menjulang. Ingin menjadi yang tertinggi.

    Lalu apa yang salah ketika siswa-siswa di negara ini diklaim memiliki tingkat pencapaian pendidikan tidak terlalu tinggi?  Dengan tempat peringkat 62 dari 72 negara di dunia. Benar adanya, itu bukanlah peringkat yang mengagumkan untuk sebuah negara dengan sumber daya melimpah ini. Bahkan kalah tertinggal dengan negara kecil  tetangga. Singapura duduk takzim di antara urutan teratas. Penelitian itu sungguh tidak seindah hijau yang kulihat di pendar akal mereka hari ini.

    Kemudian mulailah saling menyalahkan

    Berapa harga akal mereka? Apakah setara dengan harga 20 persen anggaran pemerintah yang dialokasikan di bidang pendidikan itu? Wah jangan main-main. Itu harga peringkat keempat tertinggi dari negara didunia pada alokasi anggaran pendidikan. Pemerintah berkilah telah menginvetasikan banyak sumber daya di bidang pendidikan. Tidak semua negara melakukannya.

    Sebagian mulai mempertanyakan kredibilitas PISA sebagai program penguji kualitas pendidikan itu. Asal tahu saja ya. PISA (Programme for International Student Assessment) itu  adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains untuk siswa sekolah berusia 15 tahun di berbagi belahan dunia.  PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006 dan seterusnya.  Dan hasil diatas adalah hasil PISA 2015 yang dirilis Desember 2016 lalu.

    Sehebat apa sih si PISA itu sampai berani memberi warna coklat selayu daun kering untuk akal anak-anak kita ini? Membuat geram. Meradang. Walau kemudian takluk pada kenyataan bahwa PISA memang menyajikan bukti ilmiah yang sangat kuat. Diakui secara internasional.

    Beberapa mulai menggerutu pada kurikulum. Yang lainnya meruntuki guru yang tidak kunjung cakap menyampaikan materi. Sisanya duduk jongkok tak peduli di pinggir sungai sambil ngupil. Tak peduli. Bodo amat dengan segala yang katanya carut marut di dunia pendidikan. Selama nasi masih mengebul cukup untuk sekedar makan tiga kali; buat apa memikirkannya.

    Dan lihatlah saat kita mulai sibuk saling menyalahkan, anak-anak kita itu akan semakin kehilangan pendar warna kehijauan itu. Dan pada akhirnya kenyataannya adalah : Blaming others will get you nowhere!

    Waktunya Berkaca dan Peduli

    Sungguh tak ada yang salah dengan dasar pendidikan kita. Ki Hajar Dewantara, yang hari lahirnya kita peringati sebagai hari pendidikan, sebenarnya telah meletakkan pondasi yang sangat kuat untuk pendidikan di negara kita ini. Ki Hajar berpuluh tahun  yang lalu telah dengan tegus menyatakan bahwa Pendidikan itu ya harus meliputi tiga hal secara menyeluruh-tidak boleh dipisahkan- tidak boleh saling mengenyampingkan: Olah Akal – Olah Rasa – Olah Raga.

    Jangan- jangan saat ini kita hanya sibuk mengolah akal anak – anak kita ini. Sedikit memberi ruang untuk mengolah raga dan pekerti mereka. Sibuk mengajari mengeja membaca per kalimat di  buku , tapi lupa mengenalkan indahnya karakter gemar membaca.

    Berjibaku membuat mereka tangkas berhitung , tapi mengenyampingkan dahsyatnya karakter ingin tahu – mematikan berpikiran kritis mereka dengan sekedar hafal rumus bangu ruang dan perkalian.
    Menyempatkan ribuan jam untuk menghafal ratusan teori rumus tapi menempatkan sedikit waktu untuk mengembangkan karakter peduli mereka. tahu  teori tapi tak paham cara menerapkannya.

    Hey, Character Matters !

    Charater matters - mewarnai akal itu memang penting - tetapi mengakarkan pekerti pun tak kalah pentingnya. Membangun akhlak dan karakter sangatlah penting. Bukan sesuatu yang layak dikesampingkan atas nama nilai pengetahuan semata.

    Anak-anak kita  itu hanya seperti pepohonan di atara rimbunan hutan . Warnai hijaunya agar selalu bersinar. Tapi jangan lupa menjaga akar pekertinya untuk tetap mencengkeram erat. Hingga nanti saat badaipun-kelak mereka akan tetap menjulang. Diukur dengan metode pengukuran apapun mereka akan tetap jadi diantara yang tertinggi.

    Tapi maaf saya beri tahu sedikit rahasia ya. Guru tidak bisa melakukan itu sendirian. Pemerintah tak akan jalan kebijakannya. Tanpa dukungan anda semua- ayah bunda hebat di luar sana.

    Sehebat apapun guru dan kurikulum yang dibuat pemerintah, semua itu tak akan bisa menghebatkan anak-anak kita – jika tanpa dekapan yang kuat dari ayah bundanya di rumah. Jika tanpa dasar warna hijau yang kuat dari rumah. Jika tanpa pondasi akar pekerti yang kokoh dari rumah.

    Selamat  mendidik. Sejenak luangkan waktu hari ini – menghargai warna akal mereka. Mengakarkan pribadi mereka.Dan lihatlah kelak mereka akan terus bertumbuh .Lebih tinggi dari pohon manapun. 

    Continue Reading

    Do you dare to challenge your self for a jeep riding up to Merapi Volcanic Mountain? Early at dawn?

    About Merapi Jeep Lava Tour

    Jeep Lava Tour has become one of the favourite tourist attractions in Merapi  recently. We can find it at Kaliurang, about 23 km from Jogjakarta. It is called Jeep Lava Tour because by riding an off-road jeep , we’re going  to explore the paths where the lava flowed at the big eruptions in 2010.  While riding the jeep, we can enjoy the fresh natural scenery of Mount Merapi and the remnants of the previous eruption. Well, it won’t be such a smooth journey, but it surely brings so much fun!

    There are various offers that you can choose, depends on the length of the routes. They are: Short Trip, Medium Trip and Long Trip. Some agency even add Sunrise Trip, Sunset Trip or Night Trip. You can check it online before deciding which one to choose. There are many tour agencies which give complete description of each package. We can find it or book a trip by clicking www.traveloka.com , tripadvisor,  www.tourmerapi.com , www.lavatourmerapi.online  or  www.yogya-backpacker.com    
    Sunrise picture taken from www.yogya-backpacker.com

    Each agency may offer different route for each package. They may also have different rates of cost for each package.

    Off We Go! The Sunrise Trip

    The Sunrise package that we chose that day visited Bunker Kaliadem, Alien Stone, Remnants Treasure Museum (Museum Sisa Hartaku) and had some water splashes at Kali Kuning. I and my colleagues ordered the trip the night before at the hotel we stayed, Villa Eden 1. The Manager of the hotel kindly ordered three jeeps for us. Each Jeep carried four passengers. We paid Rp.400.000 per jeep. The trip lasted for about 1,5 – 2 hours.


    We woke up early that day. After having Subuh pray at 04.15 WIB, we rushed to the lobby of the hotel. Can’t wait for the journey! Brrr.. it was so cold outside and oh my! I forgot my jacket. But the jeeps had been ready in front of the hotel. No time to go back to room. The sunrise couldn’t wait. “So off we go! Don’t mind about the jacket.”

    Hmm..the first lesson for me is : Next time prepare well for a trip, instead of chatting too much in excitement. For the sunrise trip, it’s better for you to wrap yourself with a warm sweater, a jacket ,with a muffler or shawl. It was at the beginning of rainy season so the dawn was even colder. Even though it wasn’t the best season to enjoy Merapi, we’re lucky because it wasn’t raining hard that morning.

    The roads were not crowded that early morning. That’s the plus point of having the sunrise trip. At the midday the numbers of the jeeps might be too many. The number of the trips increased a lot during the weekend, the driver explained. Another plus is: we didn’t get too much dust as the roads‘re not dry yet. And the best part is:  Having the very fresh air of the new  day! It feels like refuelling our lungs with fresh clean air at dawn.

    Bunker Kali Adem and Batu Alien

    The First stop was Bunker Kaliadem. We were told by our friendly jeep driver that we would watch the sunrise there. The sun rises from the eastern side of Merapi and Bunker Kaliadem is the best place to enjoy it. But we didn’t bring to much expectation for an overwhelming sunrise that morning. Well, it was a dawn at a rainy season. Thick clouds  and fogs were everywhere. We didn’t meet the sunrise actually. However, we felt- we were lucky enough as the fogs were not really thick and the clouds opened a little while; allowing us to enjoy the awesome scenery of Merapi Mountain.

    The paths were slippery as the result of the rains last night. Wearing good sneakers were good choices . At Bunker Kaliadem, we would walk up to the spot.


    There are many beautiful instagramable spots where we can take pictures or have thousands selfies at Bunker Kaliadem and Alien Stone. Our jeep driver kindly offered himself as photographer during the journey.

    At Alien Stone, or Batu Alien as local people said, we can see big stone which was thrown away from the peak of the mountain during the big explosion at 2010. According to the villagers, the stone wasn’t there before the eruption. I found a food stall at the Alien Stone area. I enjoyed a glass of hot tea and a small portion of breakfast with hot dishes called ‘Jangan Lombok’ and fried tempe. There were some small shops selling merchandise, too.

    Enjoying Splash of Water at Kali Kuning                     

    The next destination of this package was a small river namely Kali Kuning. Yuhuuu.. we would be wet here! It was full of fun and screaming.

    The driver will add some speed as the jeep racing across the river to create more splash. “More! More!” we spoke out excitedly. And Brrummm..brummm.. the driver turned twice or three for another splash of water.
    Here is the video :
    Continue Reading

    Impian saya adalah dunia minim sampah. Tulisan ini bagian dari penyemangat diri untuk lebih peduli. Karena kenyataannya saya pun belum bisa mudah lepas dari sekedar jeratan ribuan plastik kresek. Masih begitu mudah membiarkan diri menggunakan sedotan dan cups plastik disela jajan minuman. Impian akan jadi sekedar impian jika kaki ini tak coba segera melangkah berubah. Temani saya bermimpi. Temani saya berubah. Let's spread love & care for the nature.

    Apakah ancaman terbesar bagi planet kita? 


    Pemanasan global diklaim telah begitu menghawatirkan keberadaannya, mulai memberi dampak buruk bagi lingkungan di sekitar kita. Pertambahan jumlah industri dan kendaraan yang pesat membuat jumlah karbon dioksida di udara terus meningkat, mulai merusak lapisan ozon di atmosfir bumi. Membuat bumi semakin panas, mengubah ritme iklim, memunculkan lebih banyak bencana alam dan mengancam kepunahan beberapa spesies makhluk hidup disekitar kita.
    Sampah yang jumlahnya semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk bumi, dianggap salah satu masalah yang semakin memperburuk keadaan lingkungan di muka bumi ini. Sebuah data yang cukup memprihatinkan adalah bahwa Indonesia masuk dalam peringkat kedua sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia, setelah China. Fakta yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa sebagian besar sampah plastik tersebut tidak terkelola, tidak termanfaatkan, bahkan disinyalir mencemari lautan terbuka.
               Itu baru satu jenis sampah, padahal setiap harinya berbagai jenis sampah semakin banyak diproduksi dari berbagai  lapisan masyarakat di Indonesia. Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup (2016), jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia adalah sekitar 64.5 juta ton. Sebagian besar - sejumlah 38.40 ton adalah berupa sampah organik, 8.96 juta ton adalah berupa sampah plastik, dan 5,76 ton berupa sampah kertas.

    Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

    Sebagian besar sampah itu dalam keadaan tidak terpilah dengan baik dan tidak termanfaatkan. Sebanyak 69 persen dari total timbunan sampah itu ditimbun di TPA, dan kenyataannya hanya baru beberapa TPA saja di Indonesia yang mempunyai sistem pengolahan sampah yang sangat baik. Ada juga bagian sampah itu yang hanya dikubur, atau dibakar, dan bahkan tidak dikelola sama sekali. Hanya sekitar 7.5 persen saja yang telah dimanfaatkan untuk kompos atau daur ulang.
    Saat sampah tidak ditangani dengan baik, sampah berpotensi menimbulkan menimbulkan berbagai hal negatif, seperti menjadi penyebab atau penyebar penyakit, menghasilkan gas metan (CH4) yang dapat merusak atmosfir bumi, merusak pemandangan dan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya banjir.
    Fakta – fakta yang berada di sekitar kita itu menunjukkan sedemikian kompleks dan serius masalah lingkungan yang mengancam kelestarian planet kita ini. Tetapi sebenarnya bukan itu ancaman terbesar bagi planet bumi, saya sepakat dengan Robert Swan Obe, seorang aktivis lingkungan dunia, yang menyatakan bahwa:
    “Sebenarnya, Ancaman terbesar bagi planet ini adalah ketika setiap orang berfikiran tak peduli; berpendapat bahwa toh akan ada orang lain yang akan menyelamatkannya.”
    Ancaman terbesar bagi bumi memang bukan sekedar kurangnya lahan tempat tinggal atau perang bom atom. Ancaman terbesar itu ketika orang-orang sudah mulai tidak peduli dengan lingkungan yang ditempatinya. Sudah tahu bahwa bumi terancam pemanasan global, tetep cuek saja. Sudah tahu sampah itu bisa jadi bom waktu masalah, teteep saja merasa ‘itu bukan urusanku.” Dan yang paling bahaya adalah jika setiap orang mulai berpikiran, “Sudah, repot amat sih, toh akan ada orang lain yang akan menyelamatkan lingkungan ini.”
    Rumah dan sekolah sudah seharusnya menjadi salah satu garda depan untuk mengubah pola pikir seperti itu. Salah satu tugas orang dewasa disekitar anak-anak adalah membantu mengarahkan mereka  untuk menuju pola pikir yang benar. Yaitu setiap dari kita bertanggung jawab untuk berupaya menyelamatkan kelestarian alam melalui usaha apapun yang kita bisa.
    Karakter cinta lingkungan, sebagai bagian karakter kereligiusan siswa, harus ditingkatkan agar siswa tergerak untuk melakukan tindakan untuk menyelamatkan lingkungan. Mendorong mereka aktif turut serta menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya. Sehingga saat kelak mereka dewasa, karakter cinta lingkungan akan terus melekat sebagai bagian karakter terpuji dalam diri mereka.
    Berbagai upaya harus dilakukan agar sampah tidak semakin menumpuk atau sekedar pindah dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di negara kita sebenarnya sudah ada Undang-Undang (UU) Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah, terdapat pula Peraturan Pemerintah (PP) 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Akan tetapi masih banyak masyarakat yang awam terhadap UU dan PP ini, sehingga terdapat pemikiran bahwa urusan sampah hanya tanggung jawab pemerintah saja.
    Pada UU Nomor 81 Tahun 2012, terdapat point yang menyatakan bahwa masyarakat seharusnya berperan serta dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Berdasar UU tersebut, pemerintah mendorong berbagai upaya pengolahan sampah mandiri, terutama dalam bentuk Bank Sampah.

    Bank Sampah Meningkatkan Karakter Cinta Lingkungan

    Bank sampah berbasis sekolah adalah sarana yang tepat untuk membentuk karakter cinta lingkungan pada diri siswa. Sekolah adalah termasuk salah satu sumber sampah. Siswa dan warga sekolah lainnya menghabiskan hampir separuh waktu mereka di sekolah. Selama berkegiatan di sekolah pastilah menghasilkan sejumlah sampah.
    Jumlah sampah di lingkungan sekolah akan menjadi cukup besar jika tidak dikelola dengan baik. Coba anda fikirkan analogi berikut: dalam suatu sekolah tingkat SMP atau SMA, siswanya bisa mencapai 800 anak. Jika seperempat persen saja dari mereka membeli minuman kemasan botol atau cups plastik, dalam satu hari bisa terdapat 200-an sampah botol dan cups plastik. Dalam seminggu bisa ribuan kemasan botol dan cups plastik yang dihasilkan. Sayang sekali jika sampah plastik itu dibiarkan tercampur begitu saja dengan sampah organik tanpa dimanfaatkan, apalagi kalau dibiarkan tersebar ditanah sekitar sekolah begitu saja. Tanah di sekitar sekolah bisa tercemar dan rusak karena sampah plastik semacam itu memerlukan ratusan tahun untuk dapat terurai di tanah.
              Dengan adanya bank sampah di sekolah, sampah – sampah tersebut akan dapat terpilah dan terkelola dengan lebih baik. “Ah, di sekolah saya muridnya sedikit,” mungkin beberapa dari anda berpendapat demikian. Begini, mari kita lihat dari sudut pandang lain. Mari kita anggap siswa di sekolah anda sejumlah 50 an anak. Memang secara kuantitas produksi sampah mereka tidaklah begitu besar, tetapi secara kualitas telah ada 50 anak yang ter-edukasi untuk memilah dan memanfaatkan sampah dengan lebih baik lewat bank sampah sekolah. Jika ke 50 anak tersebut kemudian menularkan kebiasaan tersebut ke keluarga masing – masing di rumah, maka menjadi ratusan orang yang menjadi mulai peduli dengan sampah.

    Infografis Bank Sampah di Indonesia

                Mengubah pola pikir, membentuk karakter bukanlah pekerjaan instan. Karakter masyarakat Indonesia memang masih belum terbiasa mengolah sampah. Dengan keberadaan bank sampah, sekolah telah berupaya membangun kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya dan memilah sampah organik dan non organik, untuk kemudian memanfaatkannya. 

                Meskipun mungkin diperlukan waktu lama untuk membuahkan hasil, paling tidak kita telah mencoba memulainya. Bukankah perjalanan ber mil – mil jauhnya pun pada awalnya dimulai dari satu langkah?



    Continue Reading

    Tidak ada cara yang paling sempurna untuk melatih ketrampilan berpikir pada anak. Tetapi pendidik dan orang tua pada dasarnya dapat mengembangkan berbagai kegiatan untuk melatihnya. Intinya adalah pada konsep ‘Active Learning’ – pembelajaran aktif yang berpusat pada anak sebagai pembelajar.
    “ Children must be taught how to think , not what to think.” (Margareth Mead).
    Menurut seorang antropolog budaya dunia, Margaret Mead, Anak-anak harusnya diajari Bagaimana cara berpikir , bukannya apa yang harus mereka pikirkan. Orang tua dan guru harusnya hanya berperan sebagai fasilitator, bukannya diktator yang memaksakan untuk menjejali anak begitu saja dengan banyak ilmu.

    Critical Thinking Perlu Dilatih

     “ Masih anak-anak saja kok diajari berpikir kritis?!”
    Bisa saja kita sebagai guru atau orang tua protes seperti itu. Tetapi ingat lho, critical thinking,berpikir kritis itu adalah salah satu bagian dari HOTS. Sedangkan di dalam istilah HOTS ada kata SKILLS; Higher Order Thinking Skills. Dapat disimpulkan bahwa critical thinking pun adalah sebuah skill, sebuah ketrampilan. Dan pasti kita cukup yakin dengan fakta bahwa: Ketrampilan itu didapat dari latihan. Semakin banyak berlatih akan membuat kita menjadi semakin terampil.
    Sama seperti kalau kita ingin terampil bersepeda atau menjahit. Apa bisa kita hanya dikasih buku manualnya, disuruh menghafal sambil tiduran bagaimana caranya. Mungkin bisa sih, tapi keciiil sekali kemungkinannya kan. Kita akan terampil bersepeda atau menjahit ya dengan praktek berlatih berulang-ulang.
    Maka jika kita ingin ketrampilan berpikir kritis itu makin melekat pada diri anak, kita seharusnya juga semakin sering melatihnya. Dan itu bukan hanya tugas guru disekolah. Orang tua seharusnya juga ikut terlibat untuk membentuk karakter berpikir kritis ini. 
    Tentu saja bukan berarti anak disuruh belajar seharian tanpa jeda. Kita sebagai orang tua bisa melatihnya dengan cara yang menyenangkan di rumah. Bahkan bisa melalui bercakap cakap biasa, bercerita, atau yang mereka suka; Bermain!

    Mampir kesini Perlunya Melatih 'Critical Thinking' Pada Anak  untuk penjelasan lebih lanjut mengenai alasannya.

    Ini dia beberapa contoh kegiatan untuk melatih ketrampilan berpikir kritis pada anak:

    1. Sediakan waktu yang cukup untuk bermain


    Ya, cara belajar yang paling alami bagi anak adalah bermain. Karena pada dasarnya, saat mereka bermain, mereka sedang mengembangkan berbagai ketrampilan berpikir mereka, termasuk ketrampilan berpikir kritis. Baik itu bermain di dalam atau diluar ruangan.
    Bagimana ya, kalau aku mendorong ayunan ini dengan menolakkan kaki lebih kuat? Apa ya yang akan terjadi jika tumpukan balok ini aku susun secara piramida terbalik? Banyak hal terlintas di pikiran mereka saat bermain. Termasuk salah satu yang terbaik adalah dengan ‘pretend play’ - bermain peran. Berpura – pura menjadi pemain sepak bola terkenal yang hebat pasti mengasyikkan. Pun berpura-pura menjadi detektif ulung yang sedang memecahkan kasus misterius pasti mendebarkan.
    Permainan pura-pura semacam itu merupakan kesempatan terbuka bagi anak untuk mencoba hal baru dan kemudian mencoba berpikir apa yang akan dia lakukan di situasi yang berbeda.
    Hal-hal yang dilatihkan sambil bermain diatas, kelak akan bermanfaat pada tingkatan kemampuan berpikir kritis yang sifatnya abstrak.

          2.  Let them think and wonder

    Beri waktu mereka untuk berpikir, jangan buru-buru dibantu atau dikomentari. Beri mereka kesempatan untuk mempertanyakan sesuatu, jangan buru-buru menyuruhnya diam tanpa tanya.

    Saat anak sedang kelihatan memutuskan sesuatu atau mengerjakan tugas dari sekolahan, kadang kita sebagai orang tua gemes saja pengen segera membantu. Biar cepet selesai dengan rapi dan benar. Tetapi yang seperti itu bisa saja malah mematikan ketrampilan berpikir kritis pada anak yang sedang mau berkembang.

    Kalau sudah begitu gemes, cobalah duduk rileks , hitung sampai 60. Anak- anak perlu waktu untuk berpikir sebelum kita bantu atau kita komentari. Kalau pun kemudian mereka minta bantuan kita, cobalah berdiskusi dulu agar jawaban asalnya dari mulut anak sendiri, bukan dari kita. Akan jadi lebih lama mungkin pada prosesnya, tetapi akan sepadan dengan hasilnya. Ketrampilan berpikir kritis mereka akan lebih berkembang.

    3.        3. Umpan anak dengan pertanyaan terbuka

    Open-ended questions atau pertanyaan terbuka adalah sebuah pertanyaan yang jawabannya bisa beragam, bervariasi.
    Daripada bertanya, “Kamu mau kan pakai baju batik ini di nikahan tante besok?”
    Cobalah ubah pertanyaan menjadi pertanyaan terbuka. “Eh, Mas, minggu depan kan Tante Annisa nikahan. Kira-kira kalau kita menghadiri acara pernikahan baju semacam apa ya yang cocok untuk itu?”
    Diskusikan jawabannya dengan tanpa menjudge itu baik atau buruk pada awalnya. Coabalah gali alasannya dengan pertanyaan-pertanyaan lain. Akan lebih bagus jika pertanyaan dari kita membantu mereka untuk membuat hipotesis atau semacam prediksi sederhana.
    “Ide menarik sih memakai baju bola dan celana jeans pendek. Tetapi kira-kira apa ya yang akan terjadi jika ayah juga memakai setelan semacam itu? Kita kan sepakat akan berpakaian serasi sekeluarga.”
    Begitulah, bercakap-cakap ringan pun akan membantu mereka untuk berlatih ketrampilan berpikir kritis. 

           4. Dorong anak untuk berpikir dengan cara baru dan berbeda

    Salah satunya adalah dengan mengekspose anak dengan situasi atau permasalahan yang mendorong mereka untuk memikirkan penyelesaiannya. Misalnya dengan membacakan cerita atau membaca sendiri cerita yang bermuatan permasalahan.
    Cerita misteri merupakan salah satu alternatif yang menarik. Siapa sih yang tidak kenal Detektif Conan atau Sherlock Holmes.
    Bagi ananda yang masih balita dan belum dapat membaca, orang tua dapat membacakan ceritanya dengan nada yang menarik. Tahan pada bagian menjelang akhirnya. Pura-pura tanya ke ananda, kira-kira apa ya yang akan terjadi kemudian. Tanyakan bagaimana ya kalau ananda yang harus memecahkan masalah misterius tersebut. Setelah terjadi dialog seru, barulah dibacakan lanjutan ceritanya sampai ketahuan endingnya.




    Buku MISTERI TAK TERPECAHKAN berikut bisa menjadi alternatif. Ada 29 cerita misteri menarik didalamnya. Salah satunya adalah Mas Erby penulis genre misteri yang sudah menerbitkan buku lewat penerbit major. Selain mas Erby, masih banyak penulis-penulis lain yang berkontribusi dalam buku ini.

    eHMM.. salah satu cerita dibuku ini 'Surat Misteri Riana' adalah hasil oret-oret saya berkolaborasi dengan gendhuk kecil saya, Aisyah. Bangga sekali saya, Ais mau mencoba menulis di buku ini. Kami memang sedang ingin mengembangkan kemampuan menulis kami bersama-sama. Hampir 75 % cerita Surat Misteri Riana adalah hasil tulisan gadis kecil saya itu. Anda dapat membaca cerita semacam itu bersama ananda dan melatih ketrampilan berpikir kritisnya.

    Itulah beberapa cara untuk melesatkan ketrampilan berpikir kritis pada diri anak. Kita sebagai pendidik atau orang tua tidak boleh lelah untuk mengasahnya. Karena tiap anak pada dasarnya terlahir genius. Dan istimewa, tentu saja.

    Continue Reading

    Ayah Bunda, tahu tidak ternyata 'critical thinking' pada anak dapat dilatih lho. Berpikir kreatif akan membuat anak menjadi pribadi yang cerdas dan kritis saat mengahadapi, termasuk menghadapi tes atau ujian.  Jadi tidak perlu lah galau ikutan baper saat anak menghadapi ujian nantinya.
    “Soal-soal testing dan ujian anak sekarang susah! Puyeng ngajarinya!” keluh beberapa bunda di arisan RT. “Itu lho apa-apa pakai soal HOTS, mempersulit anak saja.”
    Hmm.. begini lho ayah, bunda, saya kan kebetulan guru. Ya memang kami para guru saat ini disuruh mengajar dengan melibatkan kemampuan itu.  Mau tidak saya beritahu kuncinya biar bunda tidak perlu muram durja seperti itu?

    Perlu Perubahan Pola Pengajaran

     Oke, kenyataannya, kemampuan anak-anak negara kita itu, jika diukur dengan tes internasional yang bernama PISA, Indonesia masuk the lower ten lho. Sepuluh terbawah! Padahal negara ASIA lainnya sudah mampu berada diatas kita. Dalam pengukuran tes PISA memang soal – soal yang diajukan kebanyakan adalah soal yang menilai apakah si anak ini bisa berfikir secara kritis atau tidak. Lalu apa hubungannya dengan si soal yang bikin puyeng itu?
    Ini, berarti kita kan harusnya berubah pola pengajarannya. Selama ini pola pengajaran masih banyak yang berada di ranah LOTS (Lower Order Thinking Skills) – kemampuan berfikir aras rendah. 

    Critical Thinking & Kaitannya Dengan HOTS

    Kemampuan berfikir ini ada semacam patokannya, Bun. Yang umum dipakai adalah berdasar urutan/taksonomi dari ilmuwan bernam Benjamin S Bloom yang dibuat pada tahun 1956. Maka kemudian disebut Taksonomi Bloom dengan beberapa ilmuwan merevisinya. Berdasar Taksonomi Bloom, Secara umum saat anak kita belajar, proses berfikirnya dikelompokkan sebagai berikut :

    C1 (Mengingat);à C2 (Memahami); à C3 (Mengaplikasi); à C4 (Menganalisis); à C5 (Mengevaluasi); à C6 (Mencipta)

    Yang Mengingat, Memahami, Mengaplikasikan/Menerapkan,  itu baru pada tahapan LOTS. Masih rendah gitu proses berfikirnya.
    Sedangkan Menganalisis,Mengevaluasi dan Mencipta , itu sudah masuk tahapan HOTS (Higher Order Thinking Skills). Itu tahapan ketikan si anak memasuki proses berfikir menggunakan kemampuan beraras tinggi.
    Saya ilustrasikan secara mudah begini. Anak – anak kita diajari tahu jawaban 2 x 2 = 4, cenderung dengan cara menghafal saja. Itu berarti baru pada tahapan ‘Mengingat’. Sebuah proses berfikir terendah.
    Atau beberapa sudah diajarkan bahwa 2 x 2 = 4 , didapat dari menjumlahkan 2 sebanyak 2 kali. Itu baru pada tahapan Memahami saja.
    Maka kemudian, agar anak memasuki proses berfikir aras tinggi, dibuatlah soal yang bersifat problem solving. Latihan-latihan yang melibatkan critical thinking pada anak. Misalnya melalui soal berpola, atau soal cerita yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Gunanya agar anak menggunakan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta.

    Well, bukannya aras perpikir rendah terus tidak digunakan sama sekali. LOTS tetap dipakai, hanya saja, pendidik dan ayah bunda sebaiknya juga melibatkan kemapuan berpikir aras tinggi atau si HOTS itu. Jangan melulu berkisar pada LOTS saja.

    Jadi kalau dibilang bahwa soal HOTS pasti soal yang sulit, itu Mitos!
    Dikatakan sulit itu karena belum terbiasa. Memang bisa dibilang, untuk menentukan jawabannya, diperlukan proses berfikir yang agak berliku. Tetapi itulah yang membuat anak-anak kita nantinya makin cerdas dan bisa berfikir kritis.

    Critical Thinking Perlu Dilatih

    “ Masih anak-anak saja kok diajari berpikir kritis?!”
    Bisa saja kita sebagai guru atau orang tua protes seperti itu. Tetapi ingat lho, Ayah Bunda, ada kata SKILLS di dalam istilah HOTS; Higher Order Thinking Skills. Sedangkan critical thinking itu adalah salah satu bagian dari HOTS. Dapat disimpulkan bahwa critical thinking pun adalah sebuah skill. Skills itu adalah ketrampilan dan pasti kita cukup yakin dengan fakta bahwa: Ketrampilan itu didapat dari latihan. Semakin banyak berlatih akan membuat kita menjadi semakin terampil.
    Sama seperti kalau kita ingin terampil bersepeda atau menjahit. Apa bisa kita hanya dikasih buku manualnya, disuruh menghafal sambil tiduran bagaimana caranya. Mungkin bisa sih, tapi keciiil sekali kemungkinannya kan. Kita akan terampil bersepeda atau menjahit ya dengan praktek berlatih berulang-ulang.
    Demikian juga jika Ayah Bunda ingin putra – putrinya cerdas dan berpikir kritis. Itu perlu dilatih! Maka tidak akan lagi tuh protes-protes yang tidak mendasar. Malah harusnya ayah bunda protes jika guru dikelas kok ngajarnya cuma nyuruh anak menghafal agar pinter menjawab. Masa sih kita ingin anak-anak kita tertinggal dengan kemampuan anak-anak negara lain hanya karena kita tidak melatih kemampuan berfikir kritisnya?

    Orang Tua Seharusnya Terlibat

     “Ah, itu kan tugasnya guru-guru di sekolah. Kita sudah bayar. Harusnya tahu beres!”
    Aiih..masa sih sekolahan disamakan dengan jasa laundry. Keluar keluar sudah wangi dan rapi. Ini anak-anak mutiara anda lho, mutiara berkemampuan hebat yang otaknya berisi milyaran sel siap diolah jadi genius, lho. Melatih di sekolah saja akan kurang maksimal. Ayah, Bunda harusnya bangga bisa ikut terlibat melatih mutiara itu. Terus caranya bagaimana? Simak artikel berikutnya yang ini ya, Bunda :
                4 CARA MELATIH CRITICAL THINKING PADA ANAK
    Tentu saja bukan berarti anak disuruh belajar seharian tanpa jeda. Kita sebagai orang tua bisa melatihnya dengan cara yang menyenangkan di rumah. Bahkan bisa melalui bercakap cakap biasa, bercerita, atau yang mereka suka; Bermain!
    Jadi bagaimana, masih ragu untuk mengenalkan HOTS pada anak? Kalau saya sih tidak. Bagaimanapun juga anak memerlukan ketrampilan berpikir kritis ini untuk dapat bersaing di dunia yang semakin menglobal dan berkembang pesat. Mereka perlu menjadi seseorang yang berpikiran kritis, yang dapat mencerna informasi, menganalisa, membandingkan, memikirkan hal yang mungkin bisa berlawanan, membuat simpulan, dan mengembangkan kemapuan berpikir aras tinggi.


    Children need to be critical thinkers who can make sense of information, analyze, compare, contrast, make inferences, and generate higher order thinking skills.


    (Ellen Galinski, penulis Mind in the Making)



    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About Me

    Dewi Apriliana
    An ordinary working mom who loves kids and teaching and reading
    Read More>

    Popular Posts

    • Making Appointment & Reservation by Phone ; Belajar Bahasa Inggris Yuk
    • Giving Examples in English ; Materi Bahasa Inggris Lintas Minat Kelas XI
    • Apem Kukus Tradisional yang Ngangeni
    • LANGKAH MUDAH MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK LDA
    • Smart Apps Creator (SAC) Sebagai Alternatif Media Pembelajaran Daring
    • Memanfaatkan Blog Sebagai Media Pembelajaran Jarak Jauh
    • Contoh Proposal Usaha untuk P5 Tema Kewirausahaan
    • Membuat Laporan Karya Inovatif Video Pembelajaran

    FOLLOW US

    recent posts

    Labels

    ruang baca ruang guru ruang impian ruang kelas ruang keluarga ruang menulis ruang perpustakaan

    Statistics

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top