4 CARA UNTUK MELATIH 'CRITICAL THINKING' PADA ANAK
07.59Tidak ada cara yang paling sempurna untuk melatih ketrampilan berpikir pada anak. Tetapi pendidik dan orang tua pada dasarnya dapat mengembangkan berbagai kegiatan untuk melatihnya. Intinya adalah pada konsep ‘Active Learning’ – pembelajaran aktif yang berpusat pada anak sebagai pembelajar.
“ Children must be taught how to think , not what to think.” (Margareth Mead).
Menurut seorang antropolog budaya dunia, Margaret Mead, Anak-anak harusnya diajari Bagaimana cara
berpikir , bukannya apa yang harus mereka pikirkan. Orang tua dan guru harusnya
hanya berperan sebagai fasilitator, bukannya diktator yang memaksakan untuk
menjejali anak begitu saja dengan banyak ilmu.
Critical Thinking Perlu Dilatih
“ Masih
anak-anak saja kok diajari berpikir kritis?!”
Bisa saja
kita sebagai guru atau orang tua protes seperti itu. Tetapi ingat lho, critical thinking,berpikir kritis itu adalah salah satu bagian dari HOTS. Sedangkan di dalam istilah HOTS ada kata SKILLS; Higher Order Thinking Skills. Dapat disimpulkan
bahwa critical thinking pun adalah sebuah skill, sebuah ketrampilan. Dan pasti kita cukup yakin dengan fakta bahwa: Ketrampilan itu didapat dari
latihan. Semakin banyak berlatih akan membuat kita menjadi semakin terampil.
Sama seperti
kalau kita ingin terampil bersepeda atau menjahit. Apa bisa kita hanya dikasih
buku manualnya, disuruh menghafal sambil tiduran bagaimana caranya. Mungkin
bisa sih, tapi keciiil sekali kemungkinannya kan. Kita akan terampil bersepeda
atau menjahit ya dengan praktek berlatih berulang-ulang.
Maka jika kita ingin ketrampilan berpikir kritis itu makin melekat pada diri anak, kita seharusnya juga semakin sering melatihnya. Dan itu bukan hanya tugas guru disekolah. Orang tua seharusnya juga ikut terlibat untuk membentuk karakter berpikir kritis ini.
Tentu saja bukan berarti anak disuruh belajar seharian tanpa jeda. Kita
sebagai orang tua bisa melatihnya dengan cara yang menyenangkan di rumah. Bahkan
bisa melalui bercakap cakap biasa, bercerita, atau yang mereka suka; Bermain!
Ini dia beberapa contoh
kegiatan untuk melatih ketrampilan berpikir kritis pada anak:
- Sediakan waktu yang cukup untuk bermain
Ya, cara belajar yang paling alami bagi anak adalah bermain. Karena
pada dasarnya, saat mereka bermain, mereka sedang mengembangkan berbagai
ketrampilan berpikir mereka, termasuk ketrampilan berpikir kritis. Baik itu
bermain di dalam atau diluar ruangan.
Bagimana ya, kalau aku mendorong ayunan ini dengan menolakkan
kaki lebih kuat? Apa ya yang akan terjadi jika tumpukan balok ini aku susun
secara piramida terbalik? Banyak hal terlintas di pikiran mereka saat bermain.
Termasuk salah satu yang terbaik adalah dengan ‘pretend play’ - bermain peran. Berpura
– pura menjadi pemain sepak bola terkenal yang hebat pasti mengasyikkan. Pun berpura-pura
menjadi detektif ulung yang sedang memecahkan kasus misterius pasti
mendebarkan.
Permainan pura-pura semacam itu merupakan kesempatan terbuka
bagi anak untuk mencoba hal baru dan kemudian mencoba berpikir apa yang akan
dia lakukan di situasi yang berbeda.
Hal-hal yang dilatihkan sambil bermain diatas, kelak akan
bermanfaat pada tingkatan kemampuan berpikir kritis yang sifatnya abstrak.
2. Let them think and wonder
Beri waktu mereka untuk berpikir, jangan buru-buru dibantu atau
dikomentari. Beri mereka kesempatan untuk mempertanyakan sesuatu, jangan
buru-buru menyuruhnya diam tanpa tanya.
Saat anak sedang kelihatan memutuskan sesuatu atau mengerjakan
tugas dari sekolahan, kadang kita sebagai orang tua gemes saja pengen segera
membantu. Biar cepet selesai dengan rapi dan benar. Tetapi yang seperti itu
bisa saja malah mematikan ketrampilan berpikir kritis pada anak yang sedang mau
berkembang.
Kalau sudah begitu gemes, cobalah duduk rileks , hitung sampai
60. Anak- anak perlu waktu untuk berpikir sebelum kita bantu atau kita
komentari. Kalau pun kemudian mereka minta bantuan kita, cobalah berdiskusi
dulu agar jawaban asalnya dari mulut anak sendiri, bukan dari kita. Akan jadi
lebih lama mungkin pada prosesnya, tetapi akan sepadan dengan hasilnya. Ketrampilan
berpikir kritis mereka akan lebih berkembang.
3. 3. Umpan anak dengan pertanyaan terbuka
Open-ended
questions atau pertanyaan terbuka adalah sebuah pertanyaan yang jawabannya bisa
beragam, bervariasi.
Daripada bertanya, “Kamu mau kan pakai baju batik ini di nikahan
tante besok?”
Cobalah ubah pertanyaan menjadi pertanyaan terbuka. “Eh, Mas,
minggu depan kan Tante Annisa nikahan. Kira-kira kalau kita menghadiri acara
pernikahan baju semacam apa ya yang cocok untuk itu?”
Diskusikan jawabannya dengan tanpa menjudge itu baik atau buruk
pada awalnya. Coabalah gali alasannya dengan pertanyaan-pertanyaan lain. Akan lebih
bagus jika pertanyaan dari kita membantu mereka untuk membuat hipotesis atau
semacam prediksi sederhana.
“Ide
menarik sih memakai baju bola dan celana jeans pendek. Tetapi kira-kira apa ya
yang akan terjadi jika ayah juga memakai setelan semacam itu? Kita kan sepakat
akan berpakaian serasi sekeluarga.”
Begitulah,
bercakap-cakap ringan pun akan membantu mereka untuk berlatih ketrampilan
berpikir kritis. 4. Dorong anak untuk berpikir dengan cara baru dan berbeda
Salah satunya adalah dengan mengekspose anak dengan situasi atau
permasalahan yang mendorong mereka untuk memikirkan penyelesaiannya. Misalnya dengan
membacakan cerita atau membaca sendiri cerita yang bermuatan permasalahan.
Cerita
misteri merupakan salah satu alternatif yang menarik. Siapa sih yang tidak
kenal Detektif Conan atau Sherlock Holmes.
Bagi
ananda yang masih balita dan belum dapat membaca, orang tua dapat membacakan
ceritanya dengan nada yang menarik. Tahan pada bagian menjelang akhirnya.
Pura-pura tanya ke ananda, kira-kira apa ya yang akan terjadi kemudian.
Tanyakan bagaimana ya kalau ananda yang harus memecahkan masalah misterius
tersebut. Setelah terjadi dialog seru, barulah dibacakan lanjutan ceritanya
sampai ketahuan endingnya.
Buku
MISTERI TAK TERPECAHKAN berikut bisa menjadi alternatif. Ada 29 cerita misteri
menarik didalamnya. Salah satunya adalah Mas Erby penulis genre misteri yang
sudah menerbitkan buku lewat penerbit major. Selain mas Erby, masih banyak
penulis-penulis lain yang berkontribusi dalam buku ini.
eHMM.. salah satu cerita dibuku ini 'Surat Misteri Riana' adalah
hasil oret-oret saya berkolaborasi dengan gendhuk kecil saya, Aisyah. Bangga
sekali saya, Ais mau mencoba menulis di buku ini. Kami memang sedang ingin
mengembangkan kemampuan menulis kami bersama-sama. Hampir 75 % cerita Surat
Misteri Riana adalah hasil tulisan gadis kecil saya itu. Anda dapat membaca cerita semacam itu bersama ananda dan melatih ketrampilan
berpikir kritisnya.
28 comments
Masya Allah Aisyah calon peulis kenamaan dari Indonesia!
BalasHapusSetuju sekali dengan pengajaran berpikir kritis sejak dini ini.
Dan memang manfaatnya banyak sekali.
Terima kasih sudah mengulas tema ini, Mbak:)
Aaamiin ya Allah. Terimakasih sudah mampir, mbak Dian
HapusWah no 3 menarik yah sekali-kali kita tanya biar dia yang kasih ide yah. Bener banget ini tipsnya bun, membuka wawasan aku banget nih biar nanti kalo udah punya anak aku bisa praktekan
BalasHapusJangan remehkan logika anak-anak lho. Aku aja pernah waktu nonton robocar poli mempertanyakan kenapa sih dia klo nolong orang gak jadi mobil aja biar cepet larinya, tyt anakku ngejawab, "ya nanti gak bisa megang si kevin (tokoh di poli)"
BalasHapusWkwk terus aku yg, hmm iyajuga yak...
Wkwk.. pinter banget sih analoginya. Nonton robot juga bisa jadi pembelajaran juga ternyata.
HapusThankyou tipsnya, mbak. ternyata pertanyaan yang terselip dalam obrolan sehari-hari bisa jadi cara untuk mengasah anak berpikir kritis ya.
BalasHapusIyaa,mbak. Belajar tidak harus dengan duduk manis dieeem dikelas.Terima kasih sudah berkunjung
HapusAku suka bermain peran tuh di rumah. Anak-anak suka banget. Apalagi kalau berperan jadi detektif. Wuih, gaya mereka. Tapi dilihat-lihat, kok mirip peran detektif di serial Upin dan Ipin, ya? Wkwkwk ...
BalasHapusIya setuju banget, dulu saya msh kecil suka baca cerita misteri atau detektif jadi makin bisa mendalami suatu kejadian deh sekarang.
BalasHapusTema yang sangat menarik. Melatih critical thinking pada anak memang diperlukan. Salah satunya agar anak tidak mudah terpengaruh dengan orang lain. Btw, bukunya juga keren.
BalasHapusTengkyu ulasannya mbak, setuju banget, Alhamdulillah, sejak baca banyak tulisan parentinh, pola asuh anak jadi berpariasi
BalasHapusWow Aisyah hebat! Bisa nulis bareng ibunya itu luar biasa banget. Salut de sama ibunya yang bisa menantang daya pikir Aisyah.
BalasHapusWaaw..tersandjung sayaa.. hehe soale dia kalo diajak belajar matematika complain puyeeng :-)
HapusMasyaallah.Aisyah umur berapa mbak sudah bisa bikin cerita? Keren banget. Tiba-tiba saya pengen juga kolabs bareng anak wedok
BalasHapusSekarang kelas enam, tante.. ayoo mbak dicoba kaborasi dengan putrinya
HapusKeren mbak... supaya anak nggak gampang menyerah nggak gampang putus asa ya? Karena tantangan mereka nanti akan sedemikian dahsyatnya. Jadi generasi milenial harus kokoh. Kuat iman dan kuat berjuang
BalasHapusYups betul,mbak. Tantangan buat generasi milenial itu memang makin besar
HapusWah, kolaborasi yg keren antara anak dan bunda, nih. Tema bukunya juga tak biasa. Yups, mengajari anak berpikir kritis penting banget untuk gairah belajarnya ya, Mbak. Pun akan berlaku sepanjang hayatnya.
BalasHapusSelamat untuk bukunya. Saya tau dikit kiprah Mas Erby itu, sih. Keren bisa bareng beliau :)
Terima kasih,mbak Tatik. Iya beruntung bgt nih.mbak bisa diajari cerita misteri bareng dengan mas Erby.Mastah nya cerita misteri
HapusMengajari atau memberi anak ketrampilan untuk mengulik daya pikirnya insha allah berdampak positif. Setuju deh mba...smg ansk2 kita mampu seperti apa yg kita hatapkn...thx mb ulasannya keren
BalasHapusAamiiin..semoga anak anak kita sukses dunia akherat
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTipsnya bermanfaat banget mba.. terima kasih sudah berbagi
BalasHapusMakasih sudah berkunjung ke saung aku, mbak Kartika :-)
HapusMakasih sudah berkunjung ke saung aku, mbak Kartika :-)
HapusWaah, menarik tulisannya mba. Pgn saya coba juga sama Naira di rumah. Btw,saya baru tau tentang open ended question, selama ini taunya open ended play aja 🤭
BalasHapusMasyaallah bu dewi terimakasih tulisan nya membuat saya jadi tau apa yang harus disiapkan kelak jika jadi seorang ibu, sangat bermanfaat
BalasHapushttps://www.uma.ac.id/berita/diskusi-ilmiah-bagi-para-dosen-di-lingkungan-universitas-medan-area-dengan-tema-critical-thinking
BalasHapus