Cokelat Rondo Kuning ; Bukan Cokelat Biasa

21.14


Cokelat memang banyak jenisnya. Tapi yang ini saya bilang bukanlah sekedar cokelat biasa.
Cokelat yang bernama Rondo Kuning ini dibuat dengan sepenuh cinta oleh masyarakat di pedesaan di Wilayah Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri. Dibungkus dengan penuh pengharapan akan adanya penghidupan yang lebih baik dari butir - butir kakao yang ditanam di pekarangan mereka.

Bantu Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan

Dengan membeli produk ini, kita akan membantu sepenuh cinta usaha pemberdayaan masyarakat di Girimarto. Kecamatan Girimarto yang terletak 24 km di sebelah timur kota Wonogiri ini, terdiri dari 12 desa dan 2 kelurahan,. 
Tahu nggak sih, ternyata Wonogiri tidak sekedar punya tiwul dan mete. Ternyata beberapa wilayah di Wonogiri cocok untuk tanaman kakao. Salah satunya di Girimarto ini, selain Kecamatan lain seperti Jatipurno, Slogohimo, Manyaran dan Ngadirojo. Kualitas kakao dari Wonogiri pun  ternyata termasuk kualitas nomer satu di area Jawa Tengah. Jumlah hasil panenan pun bisa dikatakan sebagai produsen kakao terbesar kedua setelah Kecamatan Batang. Inilah yang disampaikan oleh Pak Sudaryanto, Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan terpadu satu pintu Kabupaten Wonogiri dalam acara temu UKM bulan Maret 2018 lalu.

Seorang warga menunjukkan pohon kakao (gambar diambil dari http://tremes.desa.id)

Pada tahun 1980 an, pemerintah memang menjadikan beberapa desa di wilayah Girimarto untuk percontohan penanaman kakao. Pada waktu itu ribuan bibit kakao disebar di berbagai desa tersebut.  Memang tidak selalu dikembangkan dalam perkebunan skala besar. Banyak masyarakat yang menanamnya dalam skala kecil di pekarangan rumah masing masing. Keberadaan pohon kakao itu menjadi salah satu penopang kelangsungan membayar spp anak-anak warga yang masih sekolah atau sekedar membantu agar periuk tetap terus mengepul.

Hanya saja para warga saat itu belum cukup menyerap pengetahuan dan pengalaman untuk merawat tanaman kakao tersebut dengan sebaik-baiknya. Apalagi mengolahnya menjadi produk jadi. Mereka tahunya hanya mengambili hasilnya seadanya kemudian dijemur dan akhirnya dijual ke pengepul dengan harga rendah.

Pada tahun 2015, Pemerintah daerah kemudian mencoba merintis kembali pengembangan kakao. Beberapa pohon yang kurang produktif diganti dengan bibit baru. Kemudian diajari cara merawat dengan lebih baik, misalnya cara pemupukannya, pengobatan penyakit dan hama, cara pemangkasan agar dahan-dahan antar pohon tidak saling bersentuhan, dan ada pohon pelindung dalam jarak tiga meter. 

Dengan adanya Badan Usaha Milik Desa atau BUMDES, perkembangan budidaya kakao semakin meningkat. Nah dengan adanya BUMdes ini, warga kan lebih mudah menjual hasil tanaman kakao mereka,dengan harga yang jadi cukup baik. Hasil panenan kakao warga tidak lagi dijual lewat tengkulak atau pengepul. Bumdes telah bisa menampung hasil panenan warga dan membelinya dengan harga lebih baik.

Tahun 2017, mulailah diupayakan mengelola sebagian hasil panenan biji kakao menjadi produk olahan dengan nama produk, Rondo Kuning. Pengolahan kakao menjadi olahan produk cokelat ini pusatnya di desa Giriwarno, dibawah BUMdes Rondo Kuning, Kecamatan Girimarto. Dengan mengembangkan produk olahan ini, harapannya pendapatan masyarakat akan lebih meningkat. Harga kakao akan lebih meningkat daripada jika semua dijual dalam bentuk biji kering seperti biasanya.

Nah, sekarang tahu kan, bahwa saat kita membeli produk olahan cokelat Rondo Kuning ini berarti kita telah membantu upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan untuk mendapatkan pendapatan tambahan. Memajukan kehidupan para petani di desa-desa. Untuk pendidikan anak-anak mereka yang lebih maju, untuk penghidupan yang lebih baik.

Legenda Rondo Kuning

Produk olahan cokelat ini diberinama Rondo Kuning berdasarkan cerita legenda yang beredar di desa Giriwarno itu. Namanya juga lebih mudah dikenali dan mudah diingat. Rondo adalah sebuah kata bahasa Jawa yang berarti Janda. Rondo Kuning berarti seorang Janda berkulit kuning. Ini seperti yang terdapat logo BUMdes Rondo Kuning.
Logo Bumdes diambil dari deskgram.net/bumdes_rondokuning
Begini nih kisah legendanya.
Pada jaman dahulu kalaaaa.... ada sebuah lahan yang merupakan tanah bengkok Demang Giriwarno. Waktu itu padi sudah nampak mulai menguning. Bulir-bulirnya merunduk sarat dengan biji padi yang penuh berisi. Seperti biasanya, warga desa mulai berkumpul untuk membantu memanen padi. Mereka akan mendapat upah berupa sebagian padi hasil kerjanya. 'Derepan' begitu istilah jawanya untuk kegiatan menuai padi. Dan upah menuai padi itu disebut 'bawon' dalam bahasa Jawa.

Warga dari luar desa Giriwarno pun banyak yang berdatangan untuk derepan di lahan persawahan yang cukup luas tersebut. Mereka yang datang kebanyakan dari warga yang ekonominya kurang mampu. Kebanyakan dari mereka berkulit hitam kusut dengan pakaian yang alakadarnya. Tapi  hari itu ada yang nampak berbeda, diantara para penderep itu. Seorang wanita cantik berkulit kuning berdiri ditengah sawah dengan luwesnya membantu menuai padi. 

"Hei, siapa itu?" bisik-bisik diantara penderep mulai terdengar. Yang dirasani hanya tersenyum manis dengan tetap menuai padi dengan ani-ani ditangannya. 
Seorang perempuan tua diantara mereka kemudian memberanikan bertanya,"Kamu asalnya darimana nduk, cah ayu?"

Perempuan cantik itu menghentikan sejenak gerakan ani-aninya yang selalu cekatan namun nampak luwes," Oh, mbok kulo niki namung rondo saking tebih."
Saya hanyalah seorang janda dari desa yang jauh dari sini, begitulah jawaban singkat dari perempuan cantik berkulit kuning itu.Rambut panjangnya tergerai rapi tersembul dibawah capilnya, sesekali mengombak saat angin menerpa.

Penderep lain yang mendengarkan mengangguk-angguk sebentar, merasa cukup mendapat penjelasan mengapa mereka belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. Tak banyak percakapan hari itu. Semua harus bekerja sekeras mungkin untuk mendapatkan 'bawon' sebanyak-banyaknya, karena banyak sedikitnya upah mereka tergantung dari hasil yang mereka dapat masing-masing. 

Sore menjelang, setelah semua dipanen, semua pekerja mendapatkan 'bawon' mereka masing-masing. Tetapi ternyata wanita cantik yang mengaku janda tadi tidak ikut meminta upah. Wanita itu seperti menghilang begitu saja. Semua orang mencari disekitar sawah, tetapi rondo cantik berkulit kuning itu tak juga ditemukan.

Akhirnya warga tersebut menduga bahwa wanita cantik yang tadi ikut menuai padi bersama mereka, bukanlah orang sembarangan. Tidak mungkin orang biasa yang secantik itu ikut memanen padi dengan luwesnya dan kemudian menghilang secara misterius .Tanpa ada yang mengetahui entah kemana. Di sepanjang perjalanan pulang, mereka menceritakan kisah aneh tersebut kepada siapa saja yang mereka temui, kepada para tetangga di sekitar rumah mereka. Bahwa ada Rondo Kuning misterius membantu mereka panen dan menghilang di sawah tempat mereka bekerja tadi.

Warga semakin percaya bahwa Rondo Kuning itu bukan orang sembarangan saat hari demi hari area persawahan tersebut semakin bertambah subur dan tak kurang hasilnya. Sejak saat itu wilayah persawahan di desa GiriWarno tersebut disebut dengan 'Rondo Kuning.'

Varian Produk Cokelat Rondo Kuning 

Produk olahan BUMdes Rondo Kuning ada yang berupa cokelat batangan, cokelat bubuk dan kue. Kedepannya akan digali lagi kemungkinan produk olahan dari kakao ini. Tujuannya agar konsumen tidak bosan dan makin diminati. Hmmm... bisa diolah jadi apa lagi ya bubuk kakao ini?? 


 Saya sudah coba cokelatnya, enak lho. Rasanya memang cenderung ada bitter pahitnya gitu, karena memang bahan campurannya tak begitu banyak. Cokelat ini dipasarkan dengan harga Rp. 7.500 an per batang.Yuummmyy.. lumer dimulut. Kemasannya pun sudah dibuat menjadi semakin kece dengan kata kata menarik di tiap bungkusnya. Jadi sambil menikmati lumer cokelatnya, kita bisa cengar-cengir bahagiahmembaca kata-kata di bungkusnya.


Cokelat bubuknya juga syedaaap. Cocok untuk teman camilan saat cuaca sedang dingin gini. Ada kemasan sachetan dengan berat 60 gram dengan harga dibandrol Rp. 6.000 untuk yang mix dan Rp 7.000 untuk yang ori. Tersedia juga dalam kemasan bag 250 gram, dengan harga Rp. 34.000 untuk yang mix dan Rp.40.000 untuk yang ori. Saya nyobanya yang mix karena saya kurang suka yang agak pahit seperti yang ori. Untuk yang ori mungkin cocok untuk dijadikan campuran membuat cake atau cookies.



Untuk membuat minuman coklat dari bubuk cokelat ini, campur dengan air panas trus diaduk-aduk dan tadaa... hot chocolate is ready. Mau dijadikan es cokelat juga bisa, tapi aduk dulu dengan air hangat sedikit sampai larut baru kemudian ditambah air dingin dan es batu secukupnya.Pokoknya meskipun produk lokal, rasanya gak kalah bersaing deh. Hanya memang varian cokelat batangannya mungkin perlu ditambah dengan dikasih mede atau variasi lain biar lebih menarik.

Brownies Rondo Kuning yang Menggoda, harga Rp. 32 K

Browniesnya juga manteep.Brownisnya ini ada taburan keju, ceri dan kismis yang bikin tambah yummy. Cakenya juga moist, seperti brownis kukus merek yang terkenal itu. Kemaren sih langsung diserbu teman sekantor sih. hehe.. enak apa doyaan
Untuk yang pengen lihat lihat bisa ke fb nya Giriwarno Indah , atau https://deskgram.net/bumdes_rondokuning.  Kalau saya sih pesennya ke Mbaksay Endah Aryuningsih Tri Rahajeng .Diterne langsuuung ke SMA 2, free onkir deh. Thanks jeng. Bisa juga anda yang jauh mau order lewat https://shopee.co.id/rondo_kuning . Dan nikmati kelezatannya.
Cobain yuk...

"Chokelat itu layaknya kehidupan. rasanya manis dan sedikit pahit."
eaaa...
'Manis seperti saat disampingmu dan pahit saat jauh darimu'.


You Might Also Like

29 comments

  1. Kenapa sih bentuk & kemasan coklatnya menarik banget. Kan jadinya pengen. Padahal aku bukan penggemar coklat.
    Hehe...

    Kirim ke luar kota bisa nggak ya?
    Hehe...

    Semoga yang di sana tahu nih coklat dan bisa mencicipi meski hanya sedikit.

    Salam kenal kak.
    Aku juga member 1m1c.
    Semoga kakak berkenan mampir ke blog-ku juga ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi, einid.. kalau keluar kota itu coklat bubuk aman aman aja.yuuuk cobain

      Hapus
  2. Produk lokal dan harganya pun cukup terjangkau, tidak terlalu mahal ��

    Pengen cobain bubuk coklat ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuuuk cobain. Cokelat bubuknya gak eneg kok, mbak. Enak pokoknya

      Hapus
  3. Weeehnini deket sama rumahku brati. Sejam nyampe dari wonosari ya mba. Kapan-kapan cobain ahhh..ngiler saya heehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah,mbak Bety ini Wonosari ya domisilinya. Dekatlah dengan Girimarto Wonogiri. Silakan berkunjung ke kota kami, mbak..enjoy the chocolate

      Hapus
  4. Masyaallah keren desanya, kalau setiap desa begini dan dijualnya lebih luas sampe seluruh nusantara atau sampai luar negeri. dijamin desanya bisa maju. ah jadi pengen nyobain cokelat rondo kuning, penasaran hihi. makasih infonya mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah,itulah point utamanya. Berdaya secara ekonomi mulai dari desa.
      Ayuuk,mbak steff , icip icip cokelatnya

      Hapus
  5. Penutupnya hasyek banget, wkwkwkwk. Penggemar coklat kudu melipir ke akun shoope Coklat Rondo Kuning. Mantap nih, hasil bumi pedesaan yang kemudian memiliki nilai jual lebih. Layak disandingkan dengan produk sejenis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hasyeeek dong.. seasyik menikmati cokelatnya hihi

      Hapus
  6. Usha seperti ini sangat membantu warga desa ya mbak semoga pemerintah bisa memasarkannya lebih luas lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul,mbak Sunarti. Masyarakat pedesaan kan jadi nambah incomenya. Pemda lewat bumdes ini sedang berusaha membantu juga pemasarannya

      Hapus
  7. Suka dengan penutupnya. Jadi pengen cie cie cie, hehehe
    Btw, saya senang sekali dengan program-program pemberdayaan produk2 lokal. Bukankah Indonesia sangat kaya dan sudah seharusnya rakyatnya hidup makmur dari hasil tanahnya sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe..cie cie gayanya biar kayak anak kekinian. Padahal umur sudah ketahuan tuwir.
      Nah itulah tujuan utamanya,masyakat bisa diberdayakan dari hasil buminya sendiri

      Hapus
  8. Mbak Dewi,,,penasaran sama cokelat Rondo Kuningnya saya..
    ini enak banget penampakannya. Unik lagi namanya
    Aku simpen dulu ya kontaknya. Kapan waktu bisa dikepoin ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yups... Rasanya secantik penampakannya kok. Apalagi kalau yang mesen secantik mbak Dian eaaa

      Hapus
  9. Wah keren yah membudayakan para petani lokal dan ternyata hasilnya ga sia-sia. Bisa bikin produk coklat ini salah satunya. Harganya pun relatif terjangkau. Coba dong mbak dikirim ke Bandung hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yyuuk..mbak mega cobaiin. Ide Bumdes ini kedepannya mau dikembangkan menjadi semacam kampung coklat gitu. Semoga.

      Hapus
  10. Wah kebetulan aku bakul cokelat praline, bisa jadi alternatif bahan baku nih..

    Salam kenal Mba Dewi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga,mbak Henny. Wah ide baru juga nih..diolah dijadikan praline! Yesss.

      Hapus
  11. Coklat yang unik dan menarik bentuknya pun sangat Fantastis dan tidak kala dengan coklat2 terkenal lainnya..😄😄 Ditambah Sejarah tentang coklat tersebut punya nama yang sederhana tapi menarik..Rondo Kuning.😄😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biar tampilannya secantik janda berkulit kuning,yang muncul di legenda itu :-)
      Yuuk cobain, rasanya sefantastis tampilannya lho

      Hapus
  12. Sebagai pecinta coklat garis keras, aku langsung ngiler lhat coklat ini
    Penasaran pengen merasakan kelezatannya
    Btw, legenda Rondo Kuningnya menarik euy
    Jadi senyum-senyum dan membayangkan situasi saat itu

    Salam 1m1c

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini rasanya malah lebih pure, tanpa banyak campuran, mbak Arni

      Hapus
  13. Wow, dibalik usaha penanganan maksimal perkebunan biji cokelatnya ..., nama usahanya menggelitik kedengarannya, Rondo Kuning.

    Pemilihan namanya, mudah diingat orang 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa..ini pinter yang milih nama untuk bumdesnya. Kata Rondo itu lebih menarik banyak orang mungkin yaa

      Hapus
  14. Dari coklat dan namanya sama sama menggugah selera hehehe

    BalasHapus
  15. Aku jadi ingat kampung coklat di Blitar. Mereka juga menghasilkan coklat dan aneka olahannya. Menarik ya kalau di daerah bisa memandirikan diri dengan memaksimalkan potensi daerahnya.

    BalasHapus
  16. Terimakasih infonya ..semoga manfaat

    BalasHapus