Menggunakan Photovoice Sebagai Teknik Pembelajaran

06.16

“What’s in a name? “ Dalam drama  Romeo dan Juliet , Shakespeare menanyakan pertanyaan retorik yang termasyur sepanjang masa. Apalah arti sebuah nama?

Lalu apakah “What’s in a picture?” – apalah arti sebuah foto?


Konsep Photovoice ini pada dasarnya meyakini bahwa jawaban pertanyaan itu adalah ‘Sebuah foto itu bermakna. Sebuah foto itu bisa bersuara- a picture has voices.’

Inilah yang kemudian menarik saya untuk menggunakan Photovoice sebagai teknik pembelajaran menulis teks eksposisi di kelas saya.

Latar Belakang 

Jadi begini, sebelumnya saya itu merasa prihatin dengan hasil tulisan siswa saya. Kelas kami waktu itu sedang belajar menulis teks Hortatory Exposition. Kegiatan ini masuk ke KD 4.8 yang bersifat produktif untuk mengasah skill siswa dalam menulis teks Hortatory Exposition . Sebelumnya siswa sudah menyelesaikan KD 3.8 yang bersifat fokus pada pemahaman, reading , atau listening beberapa teks Hortatory Exposition. Idealnya, saat sudah mendapat pemahaman, siswa kemudian harusnya mudah untuk memproduksi sebuah tulisan.

Awalnya, untuk KD 4.8 ini saya menggunkan pembelajaran seperti alur di buku teks dan lks. Setelah membaca dan menganalisis beberapa contoh teks Hortatory Exposition, siswa kemudian menulis teks Hortatory Exposition sederhana dengan memilih salah satu tema misalnya :Homework for Students, The impact of internet for teenagers, dan Corruption in Indonesia.
Siswa copy paste dari internet
Teks ini termasuk dalam jenis teks eksposisi yang memang termasuk tulisan serius di mata siswa. Beberapa siswa merasa kesulitan karena dalam proses menulis melibatkan unsur pernyataan gagasan disertai dengan argumen – argumen yang kuat kemudian ditutup dengan saran (rekomendasi).
Dan hasilnya sebagian besar tulisan siswa itu ternyata hanya copy paste dari sumber lain, misalnya buku pelajaran atau situs internet.

Hanya sedikit dari mereka yang berupaya untuk menulis berdasar kreatifitas pemikiran mereka sendiri. Siswa menyajikan tulisan dengan menyalin atau memodifikasi dari beberapa sumber tanpa menyebutkan asal-usulnya atau bahkan mengklaim itu tulisan karyanya.
Hal inilah yang kemudian membuat hasil penilaian tulisan siswa menjadi rendah, hanya 2 siswa yang mencapai KKM dan 32 lainnya belum mencapai KKM. Saya menilainya menggunakan rubrik penilaian ketrampilan menulis pelajaran Bahasa Inggris di Buku Guru Bahasa Inggris kelas XI SMA/SMK edisi Revisi 2017 yang diterbitkan oleh KemendikbudRI tahun 2017. Ada empat aspek yang dinilai di rubrik itu, yaitu : Ide penulisan, Organisasi/ Struktur Teks dan  Isi, Tata Bahasa, dan Perbendaraan Kata.

Teramati bahwa sebelum penerapan Photovoice, hasil tulisan peserta didik pada kelas ini rendah dan melibatkan aras berpikir LOTS, Lower Order Thinking Skills. Yaitu hanya pada ranah Remembering, Understanding, dan Applying.

Padahal untuk menghasilkan tulisan yang kreatif dan orisinal, harusnya sudah melibatkan aras berpikir HOTS, Higher Order Thinking Skills. Karya siswa harusnya tidak sekedar meniru saja tetapi sudah sampai pada ranah Analyzing, Evaluating dan Creating. Siswa saat menulis harusnya sudah bisa menganalisa, mengevaluasi isu yang mereka ambil untuk kemudian disusun mengkreasikan sebuah teks Hortatory Exposition.

Refleksi

Saya sebagi guru, kemudian berpikir bahwa mungkin memang  proses pembelajarannya masih kurang optimal dan perlu diupayakan pembelajaran yang lebih aktif dan kreatif. Proses pembelajaran di kelas saya masih belum mampu membuat anak berpikir kritis untuk membuat sebuah teks Hortatory Exposition sederhana.

Saya kemudian menggagas sebuah kegiatan belajar yang pada prosesnya memanfaatkan Photovoice untuk  menghasilkan tulisan bergenre Hortatory Exposition. Kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran aktif bersifat partisipatori. Siswa dijadikan pusat pembelajaraan (student centered learning) dan berpartisipasi aktif.

Urutan Pembelajaran

Pertemuan I : Guru menawarkan sebuah proyek Photovoice untuk meningkatkan kemampuan dan minat siswa untuk menulis teks hortatory expostion sederhana. Menjelaskan apa itu Photovoice dan bagaimana alur pelaksanaannya.

Selanjutnya menentukan tema. Kelas kami memilih tema ‘WE CARE’ (Kami Peduli). Guru membagi dalam kelompok berjumlah 4 siswa per kelompok. Guru mendorong siswa untuk aktif berdiskusi untuk menentukan dan merencanakan foto yang akan mereka ambil berdasarkan tema tersebut. Dengan foto, peserta didik akan terbantu untuk membentuk kalimat-kalimat untuk menyusun teks berjenis hortatory exposition sederhana secara kreatif.

Siswa mengambil foto di berbagai sudut sekolah
Pertemuan II
Dengan melakukan perencanaan, proses pengambilan foto diharapkan tidak memakan waktu, karena mereka bisa langsung menuju tempat-tempat yang telah mereka rencanakan.
Siswa kemudian menulis teks bergenre hortatory exposition sederhana berdasar foto yang telah mereka ambil dalam kelompok.

Tulisan awal berdasar foto yang telah mereka ambil

Tulisan dan foto adalah hasil individu tetapi mereka didorong merencanakan dan mendiskusikan dalam kelompok. Dengan berdiskusi, mereka saling mengingatkan bagaimana alur pola hortatory exposition yang tepat: Thesis – Argument – recommendation. Mereka belajar menemukan masalah yang real, kemudian mengkritisi dan menilai kelebihan atau kekurangannya dan kemudian menentukan saran yang tepat terhadap isu yang mereka angkat berdasar opini mereka sendiri.
Hasil tulisan dikumpulkan untuk diamati oleh guru lebih lanjut diluar jam pelajaran.

Presentasi dan peer editing
Pertemuan III
Hasil tulisan yang telah dikoreksi dibahas dan dalam kelompok. Setiap kelompok memilih satu karya terbaik untuk diprentasikan di depan kelas. Scan hasil tulisan ditayangkan melalui LCD untuk mendukung presentasi.
Dari presentasi tersebut terdapat beberapa contoh yang dapat diamati oleh kelompok lain sebagai bahan untuk melakukan peer editing lanjutan dan rewrite (menulis ulang). Jika belum selesai dikerjakan dalam kelompok, rewrite dilakukan diluar sebagai pekerjaan rumah bagi siswa yang belum selesai. Secara singkat merencanakan untuk pemajangan karya tulisan siswa di luar kelas.

Hasil tulisan siswa setelah diedit dan ditulis ulang
Pertemuan IV
Pada pertemuan sebelumnya, peserta didik sudah menulis ulang tulisannya yang telah diperbaiki kemudian mengetik dan mencetaknya dirumah. Pada pertemuan ke 4 ini, peserta didik membawa hasil foto dan tulisannya yang telah dicetak untuk dipersiapkan menjadi bagian eksebisi kelas.
Berikut ini contoh tulisan karya siswa yang telah siap untuk eksebisi:

Peserta didik kemudian menempelkan foto dan hasil tulisan mereka pada banner yang telah disiapkan peneliti. Untuk eksebisi ini, peneliti memilih menggunakan banner besar sepanjang 2,5 meter karena papan – papan untuk mading di sekolah itu ukurannya hanya kecil dan tersebar dibeberapa tempat. Berdasar diskusi dengan siswa, banner eksebisi diletakkan di depan aula besar yang posisinya langsung menghadap pintu gerbang sekolah.
Persiapan eksebisi dan suasana eksebisi Photovoice project

Review Kegiatan

Dengan penerapan Photovoice ini di kelas, siswa kami merasa lebih antusias dan dihargai karya tulisnya. Mereka merasa tertarik karena dilibatkan untuk mengambil foto dan mengkritisi lingkungan sekolah. Mereka bangga karena tulisan mereka kemudian menjadi ‘voice’, menjadi suara untuk menyampaikan opini.

Terbukti dari cara peserta didik ini menganbil foto dan menuliskan sudut pandang mereka, teramati kebanyakan dari mereka memilih ide-ide yang beragam. Beberapa foto pun bahkan diambil dengan sudut pandang yang menarik.

Tulisan siswa tentang pentingnya taman di sekolah kami

Peserta didik ini mengkritisi banyak hal dari sekolah, mulai dari keadaan laci – laci meja di kelas yang berjubel sampah, kolam ikan di sudut taman yang kurang terawat, situasi kamar mandi yang tidak membuat mereka nyaman, sampai keberadaan lumut di paving pelataran parkiran. Tidak hanya hal negatif, siswa juga menuliskan hal positif tentang sekolah mereka untuk kemudian merekomendasikan cara meningkatkan hal baik dari tempat tersebut. Misalnya pada tulisan tentang nyamannya dan pentingnya taman di sekolah kami.

Karya tulisan ini pun kemudian dapat dibaca oleh umum, mulai dari guru, kepala sekolah, penjaga kebersihan, maupun teman-teman mereka sendiri.

Photovoice di kelas kami terbukti mampu meningkatkan kreatifitas siswa untuk menulis teks Hortatory Exposition secara kreatif. Menulis tidak lagi sekedar mengandalkan copy paste dari internet. Mereka bangga berpikiran, mengapa harus sibuk mencari dari internet? Kita sendiri bisa kok menulis, asyik aja. Toh, di sekitar kita banyak sekali sumber tulisan yang bisa di eksplor. Kalau bingung bisa berdiskusi dengan teman atau guru. Tak akan khawatir lah kehabisan ide.
Karena ‘One object near us can make hundreds pictures and create thousands stories.

Satu objek di sekitar kita itu bisa saja menjadi ratusan gambar yang berbeda dengan ribuan cerita kreatif tanpa batas.

Salam belajar,





#blogjadibuku
#bukansekedaroemarbakri
#day6

You Might Also Like

4 comments

  1. Lumayan interaktif juga ya klo dibuat di rumah.

    BalasHapus
  2. Bu dewi bagus sekali metode photovoice nya coba seandainya dulu saya masih di SMA 2 sudah ada photovoice pasti seru ( sedang membayangkan)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaw ini alumni sma dua yaa.. Mau tak blogwalking, tidak ketemu link dirimu.
      Terimakasih sudah mampir kemarii

      Hapus