Ide Best Practice POEMS FOR PARENTS PROJECT; Menguatkan Karakter Siswa Melalui Puisi
01.26“Puisi itu alay, Bu!” tulis beberapa siswa saya dalam sebuah angket. Sebuah pendapat yang jujur kadang memang bisa sedikit mengejutkan. Dan itu adalah salah satu pendapat jujur dari salah satu murid saya. Beberapa siswa yang saya ajar menganggap puisi itu hanya sesuatu yang alay dan seperti tidak ada gunanya saja. Dalam kamus mereka kata’alay atau lebay’ mengisyaratkan sesuatu yang berlebihan. Dalam KBBI kata alay artinya anak layangan, gaya hidup yang berlebihan untuk menarik perhatian. Konotasinya jadi berasa negatif.
Saya adalah seorang guru bahasa & sastra Inggris kelas XI di sebuah Sekolah Menengah Atas. Mengajarkan puisi merupakan salah satu bagian Kompetensi Dasar (KD) di kurikulum 2013 yang harus saya sampaikan di semester ini. Pembelajaran yang masih memakai konsep Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menambah tantangan tersendiri.
Sebelum memulai sesi rangkaian pembelajaran daring mengenai KD ini, saya mencoba menggali ‘prior knowledge’ mereka dahulu, mencari tahu apa yang telah mereka tahu tentang puisi, termasuk apa yang mereka rasa tentang belajar puisi. Sebuah survey sederhana saya luncurkan lewat Google Form. Dari jawaban yang hamper 50 % siswa menyatakan merasa kurang ingin belajar puisi, apalagi jika puisinya berbahasa asing. Beberapa siswa menyatakan bahasa puisi itu mbulet, hanya menjadi semacam kegiatan melebih – lebihkan kata dan tidak terlalu berguna.
Jadi mau dibawa kemana pembelajaran saya tentang puisi ini? Saya memutuskan untuk mencoba membawa puisi lebih dekat ke kehidupan nyata mereka, untuk lebih mudah dicintai. Belajar puisi tidak sekedar untuk bisa menjawab pertanyaan di tes ulangan. Belajar puisi tidak sekedar teori. Bukannya nilai ulangan dan teori tidak penting tetapi saya ingin murid-murid melihat puisi bukan sesuatu yang alay semata.
Upaya meningkatkan ketertarikan dan kecintaan siswa terhadap puisi sebagai bagian dari karya sastra perlu terus diupayakan di dalam kelas – kelas. Melalui pemahaman yang baik akan karya sastra, seorang individu akan belajar untuk menjadi manusia seutuhnya. Tidak hanya pandai secara intelektual tetapi juga tajam mata hati dan perasaannnya. Seperti ungkapan Putu Wijaya dalam artikelnya yang berjudul ‘Peranan Sastra’ (2007), membaca dan membahas karya sastra itu bisa membuat siswa terpicu untuk melakukan penjelajahan pemikiran yang luas. Sang maestro teater dan penulis itu berpendapat bahwa karya sastra disampaikan dengan indah untuk mempertebal rasa kemanusian.
Pembelajaran sastra di kelas termasuk puisi, apapun medium bahasanya, menurut saya perlu dibawa ke konsep itu. Mempelajari puisi itu untuk mempertebal rasa kemanusiaan termasuk cinta kasih. Dan ini sebenarnya selaras dengan konsep program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang dicanangkan pemerintah melaui Perpres Nomor 87 tahun 2017. Pembelajaran harus didesain tidak hanya untuk ‘transfer of knowledge’ tapi juga ‘transfer of value’, bukan sekedar membuat menyampaikan ilmu pengetahuan tapi juga menyampaikan nilai – nilai karakter baik pada siswa.
Sejak pandemi Covid – 19 melanda di tahun 2019, pembelajaran dilakukan secara daring dengan tidak melupakan PPK. Bapak Nadiem Makarim dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 tahun 2020, menyampaikan beberapa kebijakan tentang penyelenggaraan pendidikan di masa darurat penyebaran Covid-2019. Salah satunya adalah tentang penguatan karakter siswa selama PJJ. Guru didorong untuk mendesain pembelajaran untuk memberikan pengalaman belajar dengan konsep kebermaknaan tanpa terbebani capaian kurikulum semata.
Itulah mengapa saya kemudian mencoba merancang sebuah model pembelajaran puisi yang tidak biasa – biasa saja. Tidak sekedar membaca dan menjawab pertanyaan berdasar teks puisi saja. Model pembelajarannya diberi nama ‘ POEMS FOR PARENTS PROJECT’ – Proyek Puisi untuk Orang Tua. Biasa untuk ayah, ibu atau keduanya. Sebuah kegiatan sederhana yang mendorong siswa untuk belajar aktif menganalisis puisi berbahasa Inggris, mempresentasikannya, lalu menyampaikannya kepada orang tua mereka.
Langkah pertama dari pembelajaran ini adalah dengan memberikan beberapa contoh puisi berbahasa Inggris melalui blog pribadi saya: SaungBelajarAisyah.blogspot. Siswa kemudian diberi lembar kegiatan berisi pertanyaan tentang puisi –puisi itu dan mendiskusikannya melalui WA Group kelas.
Setelah siswa mendapat cukup pandangan tentang menariknya puisi berbahasa Inggris, siswa diminta mencari contoh puisi berbahasa Inggris lain dari berbagai sumber dengan tema cinta ayah, ibu atau keduanya. Siswa diwajibkan menuliskan sumber puisi yang mereka pilih. Memang di KD ini, tidak ada kompetensi membuat puisi, jadi siswa diarahkan untuk mencari dari berbagai sumber. Pada pembelajaran Lintas Minat Bahasa Inggris, KD Poem diajarkan hanya setaraf siswa dapat memahami unsur dan isi puisi serta dapat membuat sebuah analisis sederhana.
Tapi ternyata beberapa siswa malah dengan berani menghubungi saya secara pribadi lewat WA, menanyakan apa boleh memakai puisi karya mereka sendiri. Ada sedikit siswa yang rupanya suka menulis puisi, termasuk puisi berbahasa Inggris. Sebuah karakter berani dari Generasi Z yang perlu diapresiasi. Maka oke saya bolehkan. Siswa boleh menganalisis puisi dari sumber lain atau puisi karya sendiri.
Ini salah satu contoh puisi karya siswa sendiri. Belum sempurna mungkin, tetapi apa yang ditulis dari hati pasti akan sampai ke hati.
My Good Listener
By Hemas P
Mother, the wingless angel whom God had sent for me
Someone who understands all my story
A friend who listens to me all the time
As if you were my diary
When my day is not as beautiful as the rainbow
You said tomorrow will be better
The word I remember until now
And when the sun greets in the morning
I hope my day is better than yesterday
Thank you mom
I love you more than you know
If I could choose a mother
You’d be the one I select
Ibu, malaikat tak bersayap yang Tuhan kirimkan untukku. Betapa cantiknya ungkapan puisi untuk ibu karya Hemas itu. Baginya Ibu lah yang mengerti dan mau mendengar semua ceritanya sepanjang waktu. Ibunya bagai buku hariannya. Ibu jugalah yang menghiburnya saat harinya tak seindah pelangi. Meyakinkan bahwa besok ada hari yang lebih baik. Hingga pada akhirnya Hemas yakin jika ada kesempatan baginya untuk memilih seorang ibu, pasti hanya ibunya itu yang akan dia pilih.
Beberapa siswa ada juga yang memilih puisi untuk ayah atau orang tua mereka. Puisi berbahasa Inggris yang sudah mereka pilih itu kemudian dianalisis.
Setelah memilih sebuah puisi siswa mempresentasikannya secara singkat lewat video conference di aplikasi Zoom. Siswa berdiskusi dengan temannya mengapa memilih puisi itu untuk ayah atau bundanya. Mereka juga menganalisis tema, amanat, unsur fisik puisi berupa rima, bait dan baris. Selain itu mereka juga mempelajari banyak kosakata baru Bahasa Inggris di puisi – puisi itu. Bagi yang terkendala tidak bisa ikut vicon difasilitasi dalam diskusi lewat group video call dalam kelompok kecil. Hasil analisis tertulis dikirim lewat Google Classroom.
Setelah proses tersebut, siswa kemudian menyalin puisi berbahasa Inggrisnya dilengkapi dengan terjemahan Bahasa Indonesia di kertas yang menarik. Siswa kemudian diminta menyerahkan puisi tersebut kepada ayah atau bundanya. Sebagai bukti, siswa diminta melampirkan foto saat menyerahkan lembar puisi tersebut pada orang tuanya.
Kegiatan terakhir ini bagi beberapa anak tidak semudah kelihatannya. Ada beberapa anak yang begitu malu menyampaikan kepada ayah atau bundanya. Menyampaikan rasa sayang kepada orang tua secara ekspresif kadang dirasa sulit.Guru perlu melakukan dorongan pribadi ke siswa itu, secara daring tentu saja. Beberapa cerita berbeda ada yang kemudian mengalir, tentang sedihnya tidak serumah dengan ayah bunda karena ditinggal merantau atau sedang dalam proses perceraian. Dalam hal ini guru kemudian bisa berperan sebagai teman bicara siswa sambil memberi arahan.
Ada juga beberapa siswa yang orang tuanya merantau jauh dari kota kami. Kami berdiskusi bagaimana agar puisi yang mereka tulis itu bisa sampai kepada mereka. Akhirnya, agar ada foto seperti teman lain, mereka mengirim screenshot orang tua mereka saat sedang membaca puisi mereka melalui kiriman hp. Walaupun jauh, puisi tetap bisa sebagai sarana untuk jadi bahan obrolan mereka, saling menunjukkan kasih sayang melalui puisi.
Di sinilah tugas tersebut menjadi ada unsur kebermaknaannya. Puisi tidak sekedar kata-kata alay yang tidak ada manfaatnya. Di sini puisi digunakan sebagai media untuk memperindah penyampaian rasa cinta kasih anak – anak itu kepada orang tuanya. Pembelajaran Bahasa Inggris dikaitkan dengan penguatan karakter siswa, yaitu karakter menghargai dan cinta orang tua.
Pada akhir rangkaian pembelajaran Poems ini saya dikejutkan oleh WA seorang ibu, wali murid salah satu siswa kami. Beliau kaget katanya ketika si anak dengan malu – malu menyodorkan puisinya dan meminta foto bareng. Beliau begitu terharu dan berterimakasih telah membuat pelajaran yang mengajari anaknya mengekspresikan kasih sayang kepada orang tuanya. Anaknya itu memang termasuk sangat pendiam dan kesulitan mengekspresikan diri untuk menunjukkan perhatian kepada orang tua ataupun anggota keluarga lain. Inilah beberapa contoh puisi indah yang dipilih siswa untuk orang tua mereka:
STAR DAD
By Karl Fuschs
I love you Dad and want you to know
I feel your love wherever I go
Whenever I’ve problems, You’re there to assist
The ways you have helped me would have quite a list
Your wisdom have shown me the way
I’m thankful as I live day by day
I don’t tell you enough how important you are
In my universe, You’re the bright shining star
MOTHER O’MINE
By Ruyard Kipling
If I were hanged on the highest hill
Mother o’mine, O mother o’mine
I know whose love would follow me still
Mother o’mine, O mother o’mine
If I were drwoned in the deepest sea
Mother o’mine, O mother o’mine
I know whose tears would come down to me
Mother o’mine, O mother o’mine
IBUKU
(Oleh Rudyard Kipling)
Jika aku digantung di atas bukit tertinggi
Ibuku, Oh Ibuku
Aku tahu cinta siapa itu yang akan terus mengikuti
Itulah kau ibuku, Oh Ibuku
Jika aku ditenggelamkan di lautan terdalam
Ibuku, Oh Ibuku
Aku tahu air mata siapa yang bersamaku tenggelam
Itulah kau ibuku, Oh Ibuku
Karakter menghargai dan cinta orang tua kadang memang terlihat sepele, tetapi bagi beberapa murid, menyatakannya kadang perlu dorongan dan latihan. Melalui ide Poems for Parents Project ini, kita dapat mendorong dan melatih siswa untuk lebih menunjukkan cinta mereka terhadap orangtua.
Indonesia Strong From Home, saya memang pendukung berat ide Ayah Edi ini. Negara ini akan menjadi sebuah negara yang sangat kuat,hebat jika semua pihak peduli untuk menguatkan karakter anak sejak dini mulai dari rumah.Termasuk guru, dengan menyusun pembelajaran yang lebih bermakna, selalu berupaya melibatkan kegiatan penguatan karakter siswa.
9 comments
So sweet banget, Mbak. Keren banget projeknya. Jaman aku sekolah kayanya ngga ada tugas bikin puisi untuk ibu *ga inget
BalasHapusMakasii mbak una.
HapusTugas untuk anak jaman sekarang sukanya tugas yang kreatif gini hehe. Jaman saya dulu juga belum ada tugas begini
Setuju. Belajar puisi itu membingungkan. Mungkin karena saya penyair tak berbakat. He he .....
BalasHapusAiiih,padahal kata kata di blog bunda nur itu selalu menarik hati lho
HapusPuisi itu nggak alay menurutku, cuma butuh mikir keras buat bikin puisi hahaha
BalasHapusSuamiku yg guru Bhs Indonesia, suka bgt bikin puisi2 gitu, kalau aku ga bisa sama sekali emang hihihi, ga ada bakat
Wah ternyata suami mbak meta guru bahasa juga ya
HapusSaya juga aslinya sering kesulitan kok mbak merangkai kata kata untuk bikin puisi. Tapi saya sukaa sekali menikmati puisi.
Mungkin beberapa puisi suami bisa ditampilin di blog mbak meta :)
Salut buat Bu guru, tetap semangat mengajar puisi biarpun beberapa murid sepertinya kurang suka dengan puisi ya, apalagi puisi bahasa Inggris. Bagi aku yang tidak paham bahasa Inggris agak bingung mengartikan nya, soalnya kadang bisa diterjemahkan tapi artinya kadang beda ya
BalasHapusya Alloh seneng banget aku tiap mampir ke sini serasa dapat belajar hal yang dulu pernah diemban di sekulah hehehhe...mba wi..aku sueneng banget ama puisi loh...cuma ga bisa bikin bagus dengan bait bait yang indah dengan makna tersirat maupun tersurat. Tapi jujur aku seneng puisi...dulu jaman masih sekolah hobiku ngendon perpustakaan en baca majalah horison selain mantengin cerpen juga bagian puisi. Pun begitu dengan puisi di kompas minggu hihi. Aku seneng aja baca rangkaian kata kata indah. Daaaan surprisingly..anak anak murid mba wo pinter pinter banget bikin puisi. Jago banget padahal bahasa Inggris. Aku terkesima ma puisi bikinan Hemas hihihi...bagus kata katanya, ga sangka yang bikin anak sekolah. Aku pesti bulak balik nyanding kamus mba wkwkwk.
BalasHapusDan bener banget....anak-anak ladang ada rasa malu mengungkapkan sayang oada orang tua...terlebih dengan kata kata langsung yang dipuisikan. Kebayang pe er banget menanamkan ke murid murid bahwa itu ga pa pa dan justru harus dilatih supaya ga canggung...walau sebenere nek aku sik kon baca puisi ke bapak ibuku di depan ortu langsung juga keder wkwkkwkw.. tapi alhamdulilah materinya jadi 'sesuatu' yang bermakna setelah dipraktekkan langsung sama siswa ya mba...salut aku liat mba wi tetep nuangkan pengalamannya ini di blog...biar buat percontohan guru guru yang lain soap nyusun materi di masa pandemi ini. Keren!
Kreatif ibu gurunya. Murid2 pasti sangat sayang ma Cik Gu nih.
BalasHapusMemang sih setiap anak unik ya. Klo ketemu yang dominan otak kiri bakal susah diajak belajar sastra. Apalagi kalo kemampuan english rendah kek saya. Cikgunya bakal lebih sabar deh hehehe