Memilih Jalan yang Jarang Dilalui; berdamai dengan pilihan di Puisi The Road Not Taken

21.44


Puisi Robert Frost yang berjudul The Road Not Taken ini menggunakan imagery yang cantik untuk menggambarkan bahwa seseorang itu boleh saja punya pilihan yang berbeda. Life is about choices! 
Hidup itu memang tentang pilihan. Kadang orang itu ada yg memilih jalan yg jarang dipilih orang lain. Bukan karena sekedar dia tidak mampu, bukan sekedar salah pilih, tapi ya memang dia memilih pilihan yang beda. Sah sah aja sih. Cuma memang kadang ,kebanyakan orang menganggap kalo pilihan yg beda itu sesuatu yang bodoh. 

Tapi tak apa, orang lain tak harus mengerti pilihan kita. Selama kita bertanggung jawab dan menikmati pilihan kita, tak apa dianggap bodoh oleh orang lain. Yang penting kita berdamai dengan pilihan kita itu sendiri.

Puisi ini menjelaskan bahwa si penulis puisi ini sedang berdiri di sebuah hutan, sedang mempertimbangkan pilihan jalan pada sebuah persimpangan. Kedua jalan di persimpangan itu sama-sama tidak mulus dan sama-sama ditutupi oleh dedaunan kering yang tampak belum diinjak orang. Di puisi itu penulis kemudian memilih salah satu jalan. Kemudian mengatakan ke dirinya sendiri bahwa dia akan mengambil jalan yang satunya suatu hari kelak, walaupun sebenarnya dia tahu bahwa kemungkinannya kecil. Dia memantapkan diri untuk memilih jalan yang yang jarang dilalui oleh orang meskipun jika kelak dia akan menceritakannya dengan menghela nafas, yang berarti bisa saja itu pilihan berat atau mengecewakan.

Melalui puisi ini, Frost membicarakan jalan yang unik dari perjalanan seseorang dalam kehidupannya. Ini berdasar realita, setiap harinya orang-orang kan sebenarnya harus berhadapan dengan keputusan-keputusan yang harus dibuat. Orang-orang akan berusaha menimbang-nimbang pilihan mereka dan mencoba memprediksi apa hasil yang mungkin terjadi dari hasil pilihannya itu. Tapi kenyataannya, orang-orang tidak pernah bisa memprediksi masa depan! Orang-orang hanya bisa melihat-lihat salah satu jalan sejauh mata mereka bisa memandang, atau sejauh yang mereka bisa prediksi, tetapi akan tetap ada variabel-variabel yang akan menghalangi mereka untuk melihat terlalu jauh akan masa depan secara pasti.

Melalui puisi ini, Frost membicarakan jalan yang unik dari perjalanan seseorang dalam kehidupannya. Ini berdasar realita, setiap harinya orang-orang kan sebenarnya harus berhadapan dengan keputusan-keputusan yang harus dibuat. Orang-orang akan berusaha menimbang-nimbang pilihan mereka dan mencoba memprediksi apa hasil yang mungkin terjadi dari hasil pilihannya itu. Tapi kenyataannya, orang-orang tidak pernah bisa memprediksi masa depan! Orang-orang hanya bisa melihat-lihat salah satu jalan sejauh mata mereka bisa memandang, atau sejauh yang mereka bisa prediksi, tetapi akan tetap ada variabel-variabel yang akan menghalangi mereka untuk melihat terlalu jauh akan masa depan secara pasti.

Dua baris pertama pada bait terakhir dapat dilihat bahwa secara mendasar pengembara itu berkata, bertahun tahun dari sekarang, aku akan mengamati lagi pilihan ini dam bisa saja aku mengeluh menghela nafas ( shall be telling this with a sigh-Somewhere ages and ages hence: Line 16-17). Kemudian di kalimat lain di puisi tersebut, looks back and says that it has made all the difference, si penulis tidak menyatakan itu susuatu yang baik atau itu buruk, pilihan yang telah dia buat itu, bagaimanapun juga telah membuat perbedaan besar pada hidupnya di suatu waktu. Apakah itu merupakan akhir yang baik atau akhir yang buruk ya itu tergantung pada tujuannya. Intinya, pilihan yang telah dilakukan seseorang itu dapat mempengaruhi sisa hidupnya, misalnya pilihan apakah mau melanjutkan kuliah atau tidak, atau misalnya pilihan akan menikah atau tidak. Keseluruhan puisi ini adalah tentang pilihan, mau itu pilihan berat atau pilihan mudah, apa yang ada dalam kehidupan kita dipengaruhi oleh pilihan-pilihan yang telah kita buat. Tapi hargai orang yang membuat pilihan berbeda dalam hidupnya. Itu hak mereka.

THE ROAD  NOT TAKEN
BY ROBERT FROST

Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;

Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim,
Because it was grassy and wanted wear;
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,

And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way,
I doubted if I should ever come back.

I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I—
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.


The poem consists of four stanzas with five lines, each with the rhyming scheme of ABAAB. The poem seems to have a discourse on the life choices of people. The overall theme of the poem would be life choices and the reflection on those choices.

(Secara wujud fisik, puisi ini terdiri dari 4 bait dengan lima baris, yang tiap bait berima ABAAB. Secara garis besar, puisi ini berisi tentang pilihan hidup seseorang. tema keseluruhannya dapat dikatakan : pilihan-pilhan dalam hidup dan refleksi terhadap pilihan yang telah dibuat.)
Robert Frost ‘s poem  The Road Not Taken explains that the poet stands in the woods, considering a fork in the road. Both ways are equally worn and equally overlaid with un-trodden leaves. The poet chooses one, telling himself that he will take the other another day. He knows that it is unlikely that he will have the opportunity to do so. He claimed that he took the less-travelled road, even he knew that he could tell thus with a sigh someday.


Pembahasan isi berdasar kata-kata di tiap baris:

Through this poem, Frost is speaking to the unique path of people travel in life. Every day they are faced with decisions. They weigh their options and try to predict what the outcome of a decision might be. Unfortunately, they cannot predict the future! They look down one path as far as or as far as they can predict however there will always be variables preventing us from seeing too far into the future. 

(Melalui puisi ini, Frost membicarakan jalan yang unik dari perjalanan seseorang dalam kehidupannya. Ini berdasar realita, setiap harinya orang-orang kan sebenarnya harus berhadapan dengan keputusan-keputusan yang harus dibuat. Orang-orang akan berusaha menimbang-nimbang pilihan mereka dan mencoba memprediksi apa hasil yang mungkin terjadi dari hasil pilihannya itu. Tapi kenyataannya, orang-orang tidak pernah bisa memprediksi masa depan! Orang-orang hanya bisa melihat-lihat salah satu jalan sejauh mata mereka bisa memandang, atau sejauh yang mereka bisa prediksi, tetapi akan tetap ada variabel-variabel yang akan menghalangi mereka untuk melihat terlalu jauh akan masa depan secara pasti.)

The traveller took the road less traveled by, and that has made all the difference. Rather, he may say this, but he will sigh first; for he won't believe to himself. The words "sorry" and "sigh" make the tone of poem gloomy. The traveller regrets leaves the possibilities of the road not chosen behind. He realizes he probably will not pass this way again.

(Pada puisi ini, si pengembara kemudian memilih salah satu jalan yang jarang dilalui orang lain, dan itu membuat banyak perbedaan. Ya memang awalnya dia kan menghela nafas tanda pilihannya itu bisa saja berat, karena pada dasarnya ketika awal orang melangkah menuju satu pilihan, orang itu bisa saja tidak percaya akan dirinya sendiri. Kok bisa dia memilih jalan yang jarang dilalui itu. Memang kalau dirasakan, beberapa pembaca berpendapat bahwa kata 'sorry' dan 'sigh' di puisi ini seperti membuat tone puisinya menjadi muram (gloomy).  Seperti muncul suasana bahwa si pengembara itu bisa saja menyesali tidak memilih jalan satunya yang dia tinggalkan di persimpangan tadi. Orang itu menyadari bahwa bisa saja dia tidak akan punya kesempatan untuk melalui jalan yang ditinggalkan itu suatu saat nanti.)

The first two lines in the last stanza can be seen that basically they say that, years and years from now I will look back on this choice and sigh (I shall be telling this with a sigh-Somewhere ages and ages hence: Line 16-17). When he looks back and says that it has made all the difference, he is not saying good or bad, this choice, like many others, made a big difference in his life one day. Whether it was a good or bad ending is left out on purpose. The point is that one’s decision, for examples, to continue studying at the university or not, marries or not can affect the rest of his or her life. The whole poem is about choices, hard or easy, what in life depends on the choices one has made.

(Dua baris pertama pada bait terakhir dapat dilihat bahwa secara mendasar pengembara itu berkata, bertahun tahun dari sekarang, aku akan mengamati lagi pilihan ini dam bisa saja aku mengeluh menghela nafas ( shall be telling this with a sigh-Somewhere ages and ages hence: Line 16-17). Kemudian di kalimat lain di puisi tersebut, looks back and says that it has made all the difference, si penulis tidak menyatakan itu susuatu yang baik atau itu buruk, pilihan yang telah dia buat itu, bagaimanapun juga telah membuat perbedaan besar pada hidupnya di suatu waktu. Apakah itu merupakan akhir yang baik atau akhir yang buruk ya itu tergantung pada tujuannya. Intinya, pilihan yang telah dilakukan seseorang itu dapat mempengaruhi sisa hidupnya, misalnya pilihan apakah mau melanjutkan kuliah atau tidak, atau misalnya pilihan akan menikah atau tidak. Keseluruhan puisi ini adalah tentang pilihan, mau itu pilihan berat atau pilihan mudah, apa yang ada dalam kehidupan kita dipengaruhi oleh pilihan-pilihan yang telah kita buat.)


In the poem The Road Not Taken , there's  a figurative language, especially metaphor. 
Metaphor is a figure of speech which makes an implicit, implied or hidden comparison between two things or objects that are poles apart from each other but have some characteristics common between them. In other words, a resemblance of two contradictory or different objects is made based on a single or some common characteristics. Metaphor doesn’t use the word “like/ as” as in simile.
Spring is lovely lady with flashing eyes of green (metaphor)
Spring is like a lovely lady with flashing eyes of green (simile)
(Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata perbandingan, seperti bagai, laksana, seperti, dan sebagainya.)

In the poemThe Road Not Taken’ , Frost uses nature to symbolize aspects of real life situations that humans face.We all face countless choices in our lifetime. Some decisions to these choices are obvious while others are not. Frost's poem "The Road Not Taken" uses nature to introduce two separate paths the speaker comes upon in the woods (line 1). Here Frost is faced with the decision of which path he will choose to travel. I see this poem as one traveling down the straight and narrow "road" of life until confronted with a "fork" in the road and a choice must be made about where one is going to go in life

(dalam puisi ‘The Road Not Taken’ Frost menyatakan dengan metafora: 
dalam hidup kadang dihadapkan dengan dua pilihan = dua jalan bercabang di hutan – tanpa kata ‘is like/as’
kesamaan karakteristik keduanya adalah; pilihan hidup dan kedua jalan itu sama sama tidak bisa ketahui akhirnya secara jelas saat memilihnya, kita juga tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi ditengah tengah melewatinya. Kesamaannya lainnya kita tidak bisa memilih keduanya, hanya boleh salah salah satu)

Bagaimana, menarik bukan puisi The Road Not Taken. Bacalah sekali lagi dengan seksama dan katakan apa pendapatmu sendiri mengenai isi puisi tersebut.

Sebagai tambahan pengetahuan, ini dia profil singkat dari si penyair, Robert Frost:

Robert Frost lahir di San Fransisco pada tahun 1884. Frost lulus dari Lawrence High School pada tahun 1892. Dua tahun kemudian, the New York Independent menerima puisinya yang berjudul 'My Butterfly' , yang dengan ini mengukuhkan statusnya sebagai seorang penulis puisi profesional. Buku karya Frost pertama terbit saat usianya sudah 40 tahun, tetapi itu tidak menghalanginya untuk memenangkan empat Pulitzer Prizes dan menjadi penulis puisi yang paling terkenal di jamannya sampai dia meninggal pada usia 88 tahun. 




You Might Also Like

0 comments