Puisi Tentang Perempuan 'Breathe'

19.34

 


Breathe

(By Becky Hemsley)


She sat at the back

and they said she was shy,

She led from the front 

and they hated her pride.


[Saat seorang perempuan duduk di belakang

Orang-orang bilang dia itu pemalu,

Kalau dia memimpin di depan

Akan dibilang, orang-orang benci kesombongannya,]


They asked her advice 

and then questioned her guidance,

They branded her loud

then were shocked by her silence,


[Ada di waktu ketika orang-orang meminta nasehat padanyaa. Dan yang terjadi, mereka malah mempertanyakan bimbingannya itu,

Saat kemudian orang-orang begitu mencecarnya, orang orang bertingkah kaget dengan diamnya perempuan itu.]

“Dadi wong wedhok pancen angel, Juum!”
Jadi perempuan kadang ya gitu deh, apa-apa salah. Susah!
Ya kan, kadang begitulah yang kita rasakan jadi perempuan. Diem aja dibilang orang kok malu-malu, kalau terlihat tampil lah kita dibilang sok sokan. Tidak selalu begitu sih, tapi ada masa kita begitu terjepit dengan begitu banyak stigma di masyarakat. Entahlah, pokoknya cuplikan dua bait puisi di atas itu, saya suka. 

Hmm, bukan kita seorang kok yang merasa begitu. Di belahan bumi nun jauh di sana, nyatanya puisi ini jadi begitu viral. Katanya karena memang isinya relate banget gitu, judulnya adalah ‘BREATHE’ 
Iya , saking sumpeknya, kadang kita jadi lupa bahwa yang kita paling perlukan kadang adalah : Just breathe! – Bernafaslah! 

Yuk, kita ikuti lagi kelanjutan puisinya:

When she shared no ambition 
they said it was sad,
So she told them her dreams 
and they said she was mad,
 
They told her they’d listen
then covered their ears,
And gave her a hug while 
they laughed at her fears,
 
And she listened to all of it 
thinking she should,
Be the girl they told her to be 
best as she could,

[Ketika dia tidak membagikan abisinya, orang-orang bilang itu menyedihkan,
Lalu kemudian ia ceritakan impian-impiannya,dan orang dengan mudahnya bilang: dia gila.

Mereka bilang mereka akan mendengarkannya, tapi kenyataannya kemudian mereka tutup telinga,
Dan memberikannya pelukan saat mereka mentertawakan ketakutan-ketakutannya.

Perempuan itu mendengarkan semua hal itu
Mulai berfikiran bahwa memang seharusnyalah dia jadi wanita seperti yang mereka inginkan, jadi terbaik yang seharusnya dia bisa lakukan.]
 
But one day she asked 
what was best for herself,
Instead of trying 
to please everyone else,
 
So she walked to the forest 
and stood with the trees,
She heard the wind whisper 
and dance with the leaves,

[Tapi suatu hari dia bertanya,
Memangnya apa yang terbaik bagi dirinya
Yang bukannya sekedar mencoba
Untuk menyenangkan semua orang

Jadi, dia berjalan ke hutan
Dan berdiri diantara pepohonan
Didengarkannya angin berbisik
Dan menari bersama dedaunan,]
 
She spoke to the willow, 
the elm and the pine,
And she told them what she’d 
been told time after time,
 
She told them she felt 
she was never enough,
She was either too little 
or far far too much,
 
Too loud or too quiet, 
too fierce or too weak,
Too wise or too foolish, 
too bold or too meek,

Then she found a small clearing 
surrounded by firs,
And she stopped…and she heard 
what the trees said to her,
 
And she sat there for hours 
not wanting to leave,
For the forest said nothing
it just let her breathe. 

[Perempuan itu berbicara pada pohon dedalu,
Berbicara pada pohon elm dan pinus,
Dan dia katakan pada pepohonan itu
Apa yang dikatakan orang-orang tentang dirinya.

Dia bilang pada pepohonan bahwa 
Dia merasa dirinya tak pernah merasa pantas,
Rasanya kalau tidak terlalu kecil,
Ya terlalu jauh atau terlalu berlebihan.

 Dia merasa dirinya terlalu berisik atau malah terlalu pendiam,
Terlalu berani atau kadang terlalu lemah,
Terlalu bijaksana, atau malah terlalu konyol,
Terlalu keras atau kadang terlalu lembut hati.

Kemudian dia menemukan sebuah lahan terbuka di hutan itu,
Yang dikelilingi oleh pohon cemara
Dan dia memutuskan untuk berhenti… dan dia mendengarkan
Apa yang pepohonan itu katakan padanya,

Dan dia duduk disana berjam-jam
Enggan beranjak,
Karena hutan itu tak bicara sepatah kata pun,
Hutan itu hanya membiarkannya: bernafas.]
(pngwing.com)

Puisi ini muncul di beberapa reels ig atau tiktok kadang tanpa menyebutkan pengarangnya, alias anonim. Padahal puisi BREATHE ini sebenarnya diambil dari sebuah buku kumpulan puisi karya Becky Hemsley. Bukunya berjudul Talking to The Wild, tebalnya 125 halaman dan diterbitkan pada bulan Oktober 2021.

Saya suka dengan pilihan kata yang dipakai Becky Hemsley dalam puisi ini. Kata-katanya sederhana tetapi masuk ke hati. Repetisi gaya struktur kalimat di beberapa bagian bait tidak membuatnya membosankan, ditambah dengan beberapa kata yang berima, menjadikannya lebih menarik. Misalnya kata 'trees' berima dengan 'leaves', kata 'sad' berima dengan kata 'mad' atau kata 'ears dengan fears'. 

Becky Hemsley tinggal di kota Leicestershire, UK bersama dengan suaminya, dua anak laki-laki dan seekor anjing. Dia suka berjalan -jalan di alam bersama keluarganya, ngobrol bersama teman atau duduk di sebuah coffe shops dengan laptopnya, mengamati dunia berjalan di sekitarnya sebagai inspirasi. Dia telah menjadi guru selama 15 tahun, tetapi beberapa tahun terakhir, dia menjadi konsultan pendidikan dan mendukung sekolah dalam pengajaran membaca dan menulis awal. Dia bersemangat untuk menularkan kekuatan cerita-cerita anak untuk mengembangkan, menyemangati atau menginspirasi.

Penulis perempuan ini telah menulis dua kumpulan puisi dan sebuah buku anak. Tujuan utama Becky Hemsley adalah untuk membantu orang-orang menyadari bahwa apa yang mereka rasakan itu adalah sesuatu yang bisa saja unversal, bahwa mereka itu tidak sendirian di dunia ini. Kata - kata yang dipilihnya banyak yang berupa kata-kata bermakna healing (penyembuhan) dan harapan.

Bagaimana, apakah kamu juga mulai menyukai kata-kata di puisi Breathe di atas?
Hidup bermasyarakat memang ada seninya, tetapi tidak perlu juga sampai kita kehilangan jati diri kita yang sebenarnya demi memenuhi semua omongan dan kriteria orang lain. Dan ketika semua sudah begitu menyesakkan dada, mungkin sesekali yang kita perlukan adalah membiarkan diri kita berdialog dengan diri kita sendiri, berdialog dengan alam. Dengarkan nafas kita sendiri. Bebaskan nafas kita. Berjalanlah dengan damai di antara hijau semak dan pepohonan di hutan. 

For the forest said nothing
it just let her breathe. 

Karena hutan tidak akan mengatakan apapun,
Hutan hanya akan membiarkan kita bernafas.







You Might Also Like

3 comments

  1. Aku sebenernya ga terlalu suka puisi, kadang pusing menterjemahkan maksudnya 🤣🤣. Tapiii aku suka puisi breathe ini mbaaa👍. Mudah dicerna soalnya.

    Dan sering banget kejadian di sekitar kita kan. Wanita di anggab ga punya mimpi, tapi suka dibilang aneh kalo cerita soal impiannya.

    Termasuk aku juga ngalamin. Tapi aku belajar dari dulu buat cuek dan ga peduli kata orang lain yg memang toxic. Cukup fokus Ama target impian, dan lakuin aja. Kalo terbentur utk mencapainya, ya istirahat sejenak, cari strategi lain, nanti berusaha lagi 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener kaan, puisi ini tidak mblibet :)
      Yups setuju banget mbak.. kalau lagi stuck,ya isitrahat srjenak, asal jangan quit karen omongan orang lain yg toxic

      Hapus
  2. Mbul sudah tidak bermain ig dan media sosial selain nulis di blog saja mba wi...jadi kurang tahu ada puisi yang sedang viral hehehe..tapi membaca penilaian mba wi dan terjemahan akan puisi ini, aku pikir puisi karya Becky cantik ya...banyak padanan kata yang digunakan di ujungnya memiliki bunyi yang sama sehingga enak untuk dilafalkan secara nyaring. Puisi yang menyuarakan isi hati perempuan yang sebenarnya punya mimpi tapi sering ditertawakan, dipandang remeh, dianggap terlalu muluk muluk untuk mencapainya, dinilai ga usah berkarya meski berkarya ga selamanya dihubungkan dengan money ya, bisa berkarya dalam bentuk yang lain.....hiks...

    sedih juga ya...jadi ingin memeluk perempuan itu deh wekekekeke...sejatinya mimpi tak memandang gender. Mimpi boleh dipeluk oleh siapa saja tak terkecuali kaum hawa. Dan pabila ada yang mengecilkannya kurasa orang-orang semacam itu tuh kurang peka dan minim empati :'(. Apa hak mereka mengecilkan mimpi orang lain? Kalau aku selama diri sendiri masih passion untuk mengejar mimpi, dan disupport oleh keluarga, aku akan tetap semangat mengejarnya. Atau menjalankan apa yang kita suka misal hobi menulis, menggambar, meresensi buku, atau apa pun yang sekiranya kita passion...yang sekiranya membuat hidup kita bersemangat di sela sela mengerjakan aktivitas yang lain, yang sekiranya membuat hidup lebih bergairah menjalankan hari-hari gitu lo hihi

    Ya, kadang memang ada saja sih yang ga mudeng apa passion kita...Kurang bisa menghargai kesenangan atau hobi orang lain on kita ada saja yang menertawakan atau bahkan ngece ...kebanyakan justru yang begitu adanya di lingkungan teman (bukan teman dekat apalagi...bahkan bisa dibilang teman sekedar kenal ga kenal kenal banget di dunia maya pula)...kalau keluarga sih mendukung 100%

    jadi Untuk orang orang di luar sana yang masih punya mimpi, selama mimpi itu baik untuknya dan bermanfaat , yuk semangat...Hehehe....Yakinlah bahwa kita itu berharga...Memang sih kita ga selamanya bisa menyenangkan semua orang, tapi kalau hanya karena perkara punya passion saja tidak boleh...hmmm kurasa tidak ada yang boleh mengatur ngatur hidup kita seenaknya hanya dengan mengecilkan mimpi mimpi kita huhu. Kita punya mimpi dan keinginan...kita yang berhak untuk mengejarnya atau tidak. Bukan orang lain yang mengatur hihihi

    btw pohon dedalu itu apaan yak mba wi...penasaran Mbul

    BalasHapus