Saung Belajar Aisyah

    • Home
    • ruang keluarga
    • ruang kelas
    • ruang baca
    • ruang menulis
    • ruang impian
    Cerita hanya tiga paragraf saja? Apa asyiknya?
    Cerita pendek tiga paragraf ini lebih terkenal dengan singkatan Pentigraf . Dalam referensi Bahasa Inggris ada yang menyebutnya flash fiction; fiksi secepat kilat. Wuzz .. wuzz.. membacanya bisa secepat kilat saja. Lalu apakah membuatnya juga asal cepat saja?


    Hmm.. ternyata setelah mencoba menulis, saya bilang: It’s not that easy! Rupanya tidak semudah itu meramu sebuah cerita yang menarik sepanjang tiga paragraph saja. Ibarat kata, pentigraf itu bisa dikatakan sebagai semacam sketsa cerpen. 

    Di dalam pentigraf yang ringkas itu tetap ada penokohan dan plot cerita yang dinamis. Ada pembuka di paragraf pertama. Yakinkan bahwa bagian ini harus menarik, bikin penasaran, disinilah si pencuri perhatian. Sampaikan problem atau topik disini.

    Paragraf dua dapat dikatakan sebagai bagian isinya. Tampilkan konflik disini, walaupun hanya satu paragraf. Upayakan puncak konflik ada di paragraf ini. 

    Nah, paragraf ketiganya merupakan penutup. Idealnya kalimat di paragraph ini disusum dengan unsur suspen (kejutan) yang bisa membuat pembaca terkesima atau malah tertawa. 

    Yess, susah! Merangkai plot para tokoh yang tidak boleh terlalu banyak dengan ringkas itu sungguh bukan hal yang mudah bagi saya. Apalagi perlu se-irit mungkin menggunakan dialog karena dialog akan memicu paragraph baru. Jadi idealnya menggunakan kalimat-kalimat tidak langsung. Kalau tetap mau ada unsur dialog, gunakan seminimal mungkin, bisa satu atau dua saja. Dan letaknya seharusnya di awal atau akhir paragraf.

    Pada Festival Literasi Daring 2021 yang diselenggarakan di sekolahan saya belum lama ini, menulis pentigraf merupakan salah satu cabang lombanya. Setiap kelas mengirim perwakilan penulisnya. Semua dilakukan secara daring karena pelajaran kan masih PJJ saat ini. Banyak tulisan karya siswa yang terlalu panjang. Sulit katanya ngerem nulis, milih kalimat seringkas mungkin tapi tetap ber-alur. Berikut ini salah satu contoh karya murid saya, Najmah Naila, yang sejak awal tulisannya sudah terlihat paling ringkas.

    Pentigraf 1:
    NAMANYA PELAJAR

    https://blush.design/id

                Sepertinya teh seduh buatan Ibuku lebih kuat aromanya dibanding semerbak harumnya bunga melati di belakang rumahku. Buktinya sampai bisa membuatku terjaga dari mimpi panjangku. Pagi ini aku masih sekolah dari bukit karena di rumahku tidak ada sinyal. Entah kapan aku bisa kembali belajar di sekolah. Ya, semua itu karena Virus Covid-19 yang masih merajalela. Pagi ini sebenarnya sama saja seperti biasanya. Sehabis mandi dan memakai seragam sekolah, kusiapkan buku tulis, alat tulis, dan buku paket. Setelah siap untuk mengikuti PJJ, aku mencari Ibuku di dapur untuk berpamitan. Tetapi Ibuku sudah tak ada. Sepertinya sudah pergi ke pasar untuk berjualan sayuran. Pagi ini turun hujan, sungguh sangat miris, pasti akan menganggu kegiatan PJJ-ku.

               Kulihat jam dindingku tepat pukul 7 pagi. Aku langsung bergegas membenahi payung jebolku. Dan langsung saja ku masukkan bukuku ke dalam plastik dan ku ambil segera ponselku dari meja belajar dan kuterjang hujan. Aku berjalan menuju bukit meski jalanan sangat licin. Saat aku sampai di pinggir sungai, tenyata sungainya meluap dan jembatan pun tertutupi luapan air. Aku benar-benar bingung. Tanpa berpikir panjang dengan kalang kabut kucari apapun yang dapat kutumpangi untuk menyeberangi sungai. Di benakku kala itu benar-benar kacau. Pasti aku akan terlambat. Dapat! Aku melihat sebuah sampan di dekat rumah tetanggaku. Tanpa berpikir, langsung ku saut sampan itu, kuletakkan plastik berisi buku dan ponsel di sampan itu. Kutarik menuju sungai. Saat menarik sampan, Fitri, tetanggaku yang juga teman sebayaku memanggilku. Entah kenapa dia menatapku dengan terheran-heran. Aku menoleh dan dengan tergesa ku katakan, "Aku sedang buru – buru."

              Ketika aku sampai di pinggir sungai, sungai sudah tak lagi meluap. Jembatan pun dapat ku lalui. Padahal dengan susah payah aku mencari sampan ini. Tapi aku tak boleh mengeluh, aku harus tetap semangat untuk dapat bersekolah daring. Langsung dengan sedikit berlari, kuseberangi jembatan dan akhirnya aku sampai di tempat biasanya aku mendapatkan sinyal. Yaitu di sebuah gubuk kecil di puncak bukit. Dengan bergegas langsung ku ambil ponselku dan kukeluarkan buku- bukuku. Sudah pasti aku sudah sangat terlambat ikut PJJ. Hanya itu yang ada dalam benakku pagi itu. Langsung kuhidupkan ponselku dan dalam ponselku tertera jelas : MINGGU, 22 Maret 2020.

    ----The End---

    Bagaimana, lumayan seru yaa ceritanya. Tiwas lari-lari nyari sinyal ke atas bukit untuk PJJ eh ternyata hari Minggu. PJJnya libur dong. Latar belakang cerita ini katanya terinspirasi pengalaman salah satu temannya yang tinggalnya di pedesaan yang susah sinyal. Saat PJJ gini harus berusaha keras cari tempat yang sinyalnya cukup bagus.  Sampai ada yang nangkring di atas pohon.

    Kalau berikut ini pentigraf yang kucoba tulis. Idenya random banget hehe.. semoga gak bikin bosen banget.

    Pentigraf 2:
    DUREN MUDAH JUTEK
    pixabay.com

            “Sepet! Mana ada duren sesepet ini?” protes seorang pembeli wanita di sebuah lapak buah kecil di pinggiran kota, “Duren itu HARUSNYA wangi, manis dan legit!” Si bapak penjual yang rambutnya sudah mulai memutih itu mengkeret tersemprot omelannya. Setengah berharap si ibu tetap membayar duren yang terlanjur dibelah. Terbayang wajah ketiga anaknya sering muram.  Sudah seminggu ini PJJ nebeng wifi tetangga yang sebenarnya sejutek si ibuk pembeli itu. Tapi apa boleh buat, dagangan durennya sangat sepi saat pandemi ini. Jangankan beli kuota atau kredit hape yang agak bagusan, untuk makan sehari – hari saja sulit.

           “Nih lihat! Dari ponggenya saja jelas dapat diketahui kalo duren ini sepet!” seru si Ibu sambil mengacak-acak pongge dengan kesal, tetap sambil ngunyah. Bapak penjual tersenyum bingung tak habis pikir. Welah, pongge kok jadi ukuran. Bagaimana taunya coba! Pongge kan letaknya di dalam. Heran. Orang kalau sedang jutek, ukurannya bisa berubah ubah. Jangan – jangan sebentar lagi si ibu akan bilang bahwa sepetnya duren bisa terlihat dari ukuran duri-durinya yang tidak simetri!  Si ibu ngotot minta durennya diganti. Bapak penjual mencoba mencairkan segala kejutekan di antara buliran duren dagangannya. Dengan ramah, ia sodorkan sebuah duren pengganti. Si ibu tersenyum di ujung bibir menerima sebongkah durian paling besar di lapak itu.

            Tanpa disadari, seorang lelaki muda perlente tersenyum mengamati alur drama duren jutek sepanjang pagi itu. Didekatinya bapak penjual, menawarkan kerjasama agar si bapak bisa menyuplai duren di supermarket miliknya. Tapi, dihentikan bicaranya demi melihat si bapak terlihat gelisah. Bapak penjual menunjuk mushola, sudah adzan. Oh, rupanya si bapak penjual duren hanya ijin nutup lapak sebentar. Mau dhuhuran berjamaah. Pemuda berkemeja mewah itu tanpa ragu merangkul bahu berkaos dekil bapak penjual duren, ikut ke mushola. Ia setuju. Urusan dunia selalu dapat menunggu. Si bapak sujud makin panjang penuh syukur siang itu. Tidak hanya kuota, hape pun akan bisa terbeli untuk anak - anaknya bersekolah online. Terbayang ketiga anaknya kembali tersenyum, semanis duren dagangannya.

    Kalau cerita pentigraf berikut ini iseng ditulis oleh gadis kecil saya, Aisyah. Sulung saya ini kadang juga suka berkesperimen dengan tulisan. Idenya kadang malah terkesan ngasal saja. Ah, namanya juga belajar :) Siapa tahu ada yang suka gaya menulisnya ini.

    Pentigraf ke-tiga

    BANGAU MENGGENDONG BECAK

             Siang yang panas beradu dengan gemericik air sungai yang dingin. Sekumpulan semut merah sedang menonton sirkus para pohon kelapa. Mereka terbahak melihat adegan lucu para kelapa saling membenturkan buah bulatnya. Berdebat siapa yang paling keras kepala. Sementara itu, sekawanan burung bangau hinggap diatas jendela yang bergerigi. Mereka duduk diam tanpa suara memandang lalu lintas yang sepi. Jam 13.57. Semakin terik. Membosankan. Sudah dua jam para bangau terkantuk-kantuk memandang jalanan. 

             “Whaaat?!... Ada bangau bersantai dijendela! Ini tidak bisa dibiarkan!!!” Teriakan super nyaring seorang anak perempuan mengagetkan para bangau yang sedang duduk- duduk itu. Saking terkejutnya mereka berterbangan ke arah atap gedung bioskop untuk menghindari makian anak itu. Tapi satu bangau tidak terkejut karena ia sedang memakai headset mendengarkan lagu ikan paus kesukaanya. Si anak tahu kalau masih ada satu bangau. Dia hendak memukul si bangau dengan benda di tangannya. Naas bagi bangau tersebut karena benda yang dipegang anak itu adalah lem cair superkuat yang terbuka! Amboii… lem itu mengenai punggungnya!

            Si bangau sangat terkejut hingga headsetnya lepas. Segeralah ia terbang cepat sambil menoleh kebelakang. GUBRAAKK... ia terpental kebelakang. Bangau ingin melanjutkan terbang, tapi tak bisa! Ternyata punggungnya menempel ke becak tua. Haduuh, capeknya si bangau. Terus menghindari si gadis kecil galak itu sambil keberatan mengendong becak, berseru dalam hati, “Kwak .. kwakk.. Untuuung cuma becak mainan!”

    Menikmati cerita pentigraf bagai mengemil sekeping coklat koin imut. Meski bisa langsung sekali hap, bisa saja lebih nikmat jika dicecap-cecap barang sedikit. Biar terasa pahit legitnya si cokelat. Pun demikian si cerita ringkas pentigraf ini. Enjoy it bit by bit :)

    Cerita - cerita yang kami buat itu tentu belum bisa dikatakan sempurna untuk memenuhi unsur pentigraf yang baik, tapi kami cukup bersenang-senang menulisnya. Ayo kamu juga coba menulis ceritamu sendiri. Mungkin cerita-cerita kami tadi dapat menjadi pemantik idemu. Dari ketiga contoh cerita pargaraf di atas tadi, kamu paling suka yang mana?

    Continue Reading
    Have you ever heard an English proverb : Many a Little Makes a Mickle? Hmm.. do you know what it means? Okay, now let's find out its meaning by reading the following stories.
    Pernahkah Sahabat Belajar mendengar sebuah peribahasa Inggris yang bunyinya Many a Little Makes a Mickle? Hmm.. tahukah kamu artinya? Okay, ayo sekarang kita cari tahu maksud peribahasa itu dengan membaca cerita berikut ini.

    MANY A LITTLE MAKES A MICKLE

    That morning it was still quiet in the classroom of Grade VIII of Paranggupito 3 Junior School. It’s still 6. 30 am and most students were still on their way to school. A pretty girl with a neat uniform named Tari came early that morning because it was her turn to clean the classroom before the lesson started. After she had swept the floor, Tari sat quietly on a chair in front of the reading corner at her classroom. She was sad when she saw the poor condition of that reading corner. It was a small wooden cabinet with only few reading books in it. It looked worn and a little bit messy. The students did not like reading there anymore.

    “Oh, I wish …” Tari said.

    One of her classmates, Nisa, approached her, stood behind her and held her shoulder,” Hey, you must be daydreaming, Tari!”

    “Nisa, you’re surprising me,”Tari exclaimed.

    Nisa sat beside Tari and asked my she looked unhappy,” Why do you look so sad, Tari?”


    Pagi itu masih sepi di ruang kelas 8 SMP Paranggupito 3. Sebagian besar murid masih di perjalanan menuju sekolah. Seorang anak perempuan cantik berseragam rapi bernama Tari berangkat lebih awal pagi ini karena ini gilirannya membersihkan  kelas sebelum pelajaran dimulai. Setelah menyapu lanti, Tari duduk di kursi termenung  sendirian di depan pojok baca kelasnya... Tari sedih melihat keadaan pojok baca di kelasnya yang  keadaannya tidak baik. Pojok baca itu berupa rak kayu kecil berisi sedikit buku-buku bacaan. Pojok baca itu tampak lusuh dan agak berantakan. Anak-anak tidak lagi suka membaca di sana.

    “Ohh, andai saja..

    Temannya sekelasnya, Nisa, berjalan mendekatinya, berdiri di belakangnya, memegang bahu Tari,” Hey , kamu sedang melamun ya Tari?”

    “Nisa, kamu mengagetkan aku saja.” Seru Tari.

    Nisa lalu duduk disamping Tari dan  menanyakan mengapa Tari tampak sedih,” Mengapa kamu tampak murung, Tari?”

    Kira kira apa yaa yang membuat Tari sedih? Yuk, lanjutkan membaca!

    “Look at this ! The reading corner here is so miserable,” Tari pointed at the reading corner sadly.

    “Well, yeah..you’re right. There are only few students reading books here,” Nisa answered.

    Tapi walked to the reading corner and took some old worn books to be shown to Nisa,” Here , take a look! The books are not many and most of them are already worn out.”

    “That’s right. That’s why we are reluctant to read here,” Nisa said.

    “Oh, I wished I had a magic stick. And then… sim saalabiim.. new books are popping out.” Tari started her imagination. She stood up with a pencil on her hand, moved it up and down, as if she was a magician. She dreamed of doing some magic to make a lot of new books for the reading corner. Nisa who was still sitting at her seat laughing at her friend’s acting, “ Ha..ha..ha.. You become look strange that way, Tari. Aha! I get an idea!”

    “What is your idea, Nisa?” Tari wanted to know.

    Nisa stood up and stated her idea. She got an idea to collect some money by selling rubbish,”We are collecting our rubbish for buying books.”

    “Noooo way!” It was Joko’s loud voice. He’s the leader of the class. Joko had just arrived in the class when he was listening to the girls’ conversation. He did not agree and he stated his objection,”Well, you know, I just don’t want to be a scavenger!”

    “Oh my goodness. Who asked you to be a scavenger?” Nisa was so surprised.

    “I had heard that we are going to collect rubbish.” Joko was sometimes bad tempered like that, it was hard for him to accept others’ opinion. Tari tried to calm him down,” Joko, it’s better for you to hear clearly Nisa’s explanation.”

    Nisa then tried to explain her opinion while Joko was still quiet. Tari who was more enthusiastic asked her,” How it works, Nisa?”

    “The mechanism is similar to the rubbish bank in my village. We make places to collect rubbish in front of our classroom,” Nisa explained.

    “Oh no! You’re going to make us to be such a rubbish dealer,” Joko protested.

    “It’s not like that, Joko. The rubbish will be sorted based on it’s type. We can also try to recycle some of the rubbish into handicrafts. Basically, we will make money from our rubbish. And when we are collecting enough money, we will buy some reading books.”

    Joko still couldn’t agree to Nisa’s idea. He showed her one plastic bottle and said,” Do you know how much is it? Rubbish like this is so cheap, you know.”

    “I know it worth a little. But if we recycle it, the rubbish will have better price. Moreover if we try hard collecting money little by little, we will get much money later,” Tari tried to support Nisa’s idea.

    But Joko was still stubborn. He yelled, ”Enough! Don’t dream something weird like this. It’s impossible! Let me tell you books are expensive, weirdo, girl!”

    Nisa was sad and started crying. Tari soothed her cries. Suddenly Miss Nanik, the teacher, appeared from the door. She asked them what had happened. Tari explained the problem between Joko and Nisa. Miss Nanik asked them to forgive each other. Joko and Nisa then shook hands.

    “Oke, if our classmates agree with your idea, I will help. But if they don’t, just forget that idea,” Joko said. He finally agreed to support Nisa.

    In the break time, Joko spoke in front of his classmates. He explained Nisa’s idea for the book corner. Fortunately, most of the students in that class agreed to try Nisa’s idea. From that day, the students of grade VIII collected and sorted their rubbish. They threw the organic waste, like food leftovers or leaves in the green trash bin. This organic waste would be brought by the janitors to the compost makers behind the school.

    The rubbish that they would gather was plastic waste and papers. They collected the paper rubbish in the blue trash bin. Meanwhile, the yellow trash bin was used for non – organic plastic waste such as mineral water bottles, plastic cups or plastic plates. Those rubbish were already cleaned before thrown into the bins.

    “Lihat saja ! Pojok Baca ini begitu buruk,” Tari menunjuk pojok baca itu dengan sedih.
    “Iya sih, kamu benar. Tidak banyak murid yang membaca disini,” jawab Nisa.

    Tari mendekati pojok baca dan memungut beberapa buku yang sudah usang untuk ditunjukkan pada Nisa, “Lihat! buku-bukunya sedikit dan an kebanyakan sudah usang pula.”

    “Ya benar. Itulah mengapa kita jadi malas membaca disini,” kata Nisa.

    “Andai saja aku punya tongkat sihir. Teruss.. sim salabim.. buku - buku baru bermunculan!” Tari mulai berkhayal. Dia berdiri dengan sebuah pensil di tangannya, menggerakkannya naik turun seolah-olah dia adalah seorang penyihir. Dia berharap dapat melalukan sihir untuk membuat banyak buku baru untuk Pojok Baca. Nisa yang masih duduk di kursinya menertawakan tingkah sahabatnya, “Hahaa.. kamu ini jadi malah tampak aneh, Tari.  Ahaa.. aku punya ide!”

    “Apa idemu, Nisa?” Tari ingin tahu.

    Nisa ikut berdiri lalu menyatakan idenya. Dia berpendapat untuk mengumpulkan uang dari menjual sampah, “Kita kumpulkan sampah – sampah kita untuk membeli buku.”

    “Tidaaaak !” Itu adalah suara keras Joko. Dia adalah ketua kelas. Joko baru saja tiba di kelas ketika dia mendengar percakapan kedua gadis itu. Dia tidak setuju dan menyatakan keberatan, “Pokoknya aku tidak mau jadi pemulung!”

    “Ya ampuun .. siapa yang menyuruh kamu jadi pemulung?” Nisa memprotes Joko.

    “Aku tadi dengar kita akan mengumpulkan sampah.” Joko yang memang bertemperamen agak keras, kadang sulit menerima pendapat orang lain. Tari mencoba menenagkannya,” Joko, akan lebih baik kalau kamu dengar dulu penjelasan Nisa.”

    Nisa kemudian mencoba menjelaskan maksudnya sementara Joko masih diam saja. Tari yang tampak lebih antusias menanyakan caranya bagaimana,” Bagaimana cara kerjanya, Nisa?”

    “Mekanismenya mirip seperti Bank Sampah di desaku. Kita buat tempat untuk menampung sampah di depan kelas,” Nisa menjelaskan.

    “Oh tidak, kamu malah akan membuat kita jadi semacam pengepul sampah.” Joko protes.

    “Bukan begitu, Joko. Sampahnya akan kita pilah berdasar jenisnya. Kita juga bisa mendaur ulang bebrapa sampah. Intinya kita akan menghasilkan uang dari sampah kita. Saat nanti kita sudah mengumpulkan cukup uang, kita akan membeli beberapa buku bacaan,” Nisa menjelaskan.

    Joko masih belum bisa menyetujui ide Nisa. Dia menunjukkan sebuah botol plastik dan berkata, “Haha.. kamu tahu berapa harganya? Asal kau tahu, sampah seperti ini tuh murah banget.”

    “Aku tahu itu harganya tidak besar. Tetapi kalau kita mendaulangnya, sampah itu harganya akan lebih baik. Lagipula kalau kita berusaha keras mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, kita akan mendapat banyak uang nanti” Tari berusaha mendukung pendapat Nisa. 

    Tapi Joko semakin keras menentang pendapat Nisa. Joko berdiri dengan nada keras, “Cukup!  Tidak usah bermimpi aneh-aneh seperti ini. Tidak mungkin bisa! Biar kuberitahu ya ,buku - buku itu mahal, dasar gadis aneh!”

     Nisa merasa sedih dan mulai menangis. Tari menenangkan tangisnya.  Tiba – tiba Bu Nanik, seorang guru, muncul di pintu. Beliau menanyakan apa yang telah terjadi. Tari menjelaskan masalah antara Joko dan Nisa kepada Bu Nanik. Kemudian Bu Nanik meminta Joko dan Nisa saling memaafkan. Joko dan Nisa kemudian bersalaman.

    “Oke kalau teman – teman sekelas setuju dengan idemu, aku akan membantu. Tapi kalau tidak, lupakan saja idemu itu,” kata Joko. Dia akhirnya bersedia mendukung Nisa.

    Saat istirahat , Joko berkata di depan teman – teman sekelasnya. Dia menjelaskan ide Nisa. Untungnya, sebagian besar siswa di kelas itu mau mencoba ide Nisa. Mulai hari itu, siswa – siswa di kelas 8 mengumpulkan dan memilah sampah mereka. Mereka membuang sampah organik seperti sisa makanan atau daun di tempat sampah warna hijau. Sampah organik akan dibawa petugas kebersihan ke tempat pembuatan kompos di belakang sekolah. 

    Sampah yang akan dikumpulkan adalah jenis sampah plastic dan kertas. Mereka mengumpulkan sampah kertas di tempat sampah berwarna biru. Sedangkan untuk tempat sampah warna kuning digunakan untuk sampah non organik berbahan plastic seperti botol kemasan air mineral, cups plastik atau piring plastik. Sampah itu sudah dibersihkan dan ditata sebelum dimasukkan ke tempat sampah. 

    Day by day, the students were getting more enthusiastic to sort and gather the rubbish. Some handicrafts that they had made were also sold. Some other rubbish were sold to the rubbish dealer. They collected some amount of money. 

    A month later, Joko, Nisa and Tari were standing in front of the reading corner of the class. It looked much better. Miss Nanik then arrived. She showed two reading books in her hands,” Look! These books were bought by the money from the rubbish.”

    “Wow, in a month we can get two book, imagine how many we can get in a year?” Joko exclaimed happily. They were all glad. The reading corner would be filled with more new books.

    “You see, Joko. If we try little by little, we can get more books for our reading corner. It’s like what the proverb said – Many a little makes a mickle,” Tari said.

    Miss Nanik agreed Tari’s words, “What Tari said is right. For a month we have proved that if we are patient and keep trying, we can get good result. We had earned some money from the rubbish to buy books. I’m proud of you all.”

    That day, the students in that class read the books in turn. It was a happy day.


    Hari demi hari, siswa – siswa makin bersemangat memilah dan mengumpulkan sampah. Beberapa kerajinan hasil daur ulang juga mulai terjual. Beberapa sampah dijual ke pengepul sampah. Mereka mengumpulkan sejumlah uang.

    Satu bulan kemudian, Joko, Nisa dan Tari berada di depan pojok baca kelas. Pojok baca itu sudah tampak lebih baik. Bu Nanik tiba. Dia menunjukkan dua buku bacaan di tangannya,” Lihat! Buku- buku ini dibeli dengan uang dari sampah itu.”

    Buku-buku bacaan itu dibeli dari uang hasil memilah dan mengolah sampah plastik dan sampah kertas. 

    “Wow! Sebulan 3 buku, kalau satu tahun?” Joko berseru senang. Mereka semua gembira. Pojok bacanya akan berisi lebih banyak buku bacaan. 

    “Kamu lihat kan Joko, jika kita berusaha sedikit demi sedikit, kita akan bisa mendapat lebih banyak buku untuk pjok baca kita. Ini seperti kata  peribahasa, sedikit demi sedikit lama – lama jadi bukit,” kata Tari.

    Bu Nanik menyetujui kata – kata Tari,” Apa yang dikatakan Tari itu benar. Selama sebulan ini kita sudah membuktikan bahwa jika kita sabar dan terus berusaha, kita bisa mendapat hasil yang baik. Kita telah sedikit demi sedikit telah mengumpulkan uang dari sampah untuk membeli buku bacaan. Bu guru bangga pada kalian semua.”

    Hari itu siswa – siswa bergantian membaca buku baru mereka. Itu hari yang membahagiakan.



    Well, that's the story. I hope you like it. The proverb : Many a little makes a mickle means many small amounts accumulate to make a large amount. 

    Baiklah, itulah ceritanya. Semoga Sahabat Belajar menyukainya. Jadi peribahasa itu dalam bahasa Indonesia artinya mirip dengan : Sedikit demi sedikit, lama - lama jadi bukit. penghasilan juga begitu, kalau kita kumpulkan sedikit demi sedikit, lama - lama bisa terkumpul dalam jumlah yang besar. Kalau kita terus berusaha, sekecil apapun usahanya, kelak pasti akan berhasil meraih impian besar. 
    Yuk baca cerita bilingual lainnya di blog ini :
    • Baca Juga yuk: Cerita Bilingual Kisah Kesabaran Ulat - The Patience of a Caterpillar
    • Klik Disini : Bilingual Story The Colors of Rainbow
    • Click here : The Adventure of Three Little Bears
    • Klik Cerita Bilingual A Bowl of Chicken Noodle for My Sister (Semangkuk Mi Ayam untuk Kakakku)
      Salam belajar, 









    Continue Reading
    Hello , Good morning Sahabat Belajar. How are you? I hope we're all in good health today.

    Di artikel kali ini, kita akan belajar mengenal apa itu teks bergenre Hortatory Exposition. Teks hortatory ini termasuk teks argumentative yang bertujuan untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca untuk mempercayai atau mendukung pendapat penulis akan suatu issue tertentu. Isu atau ide pokok pembahasannya bisa beragam, bisa tentang lingkungan, politik, sosial atau budaya.

    Social Function:

    The purpose of Hortatory Exposition is to persuade the reader or the listener that something should or should not be the case.

    Text Organization:

    • THESIS
    • ARGUMENTS
    • RECOMMENDATION
    Teks berjenis hortatory exposition ditulis dengan sturuktur teks terdiri dari tiga bagian utama itu : Thesis, Arguments, dan Recommendations. Penjelasannya seperti di bawah ini:

    THESIS
    Awal teks berisi thesis yang merupakan ide pokok pembahasan. Bisa disertai sedikit background/latar belakang permasalahan dan pendapat umum si penulis tentang pokok ide pembahasan tersebut.

    ARGUMENTS
    Bagian ini berisi alasan – alasan penjelas yang sesuai dengan thesis. Dalam sebuah teks sederhana, bisa terdapat dua – tiga argumen. Bisa dilengkapi dengan contoh dan fakta pedukung tiap argumen. Argumen sebaiknya tidak bertentangan dengan pendapat awal si penulis. 
    Argumen di teks hortatory exposition bersifat one-sided argumen. Ini maksudnya, si penulis hanya boleh mengambil satu sisi saja, boleh mendukung saja terhadap suatu issue, atau tidak mendukung suatu issue. Jangan menuliskan hal positif dan negatif suatu issue dalam satu teks hortatory. Kalau poin positif dan negatif bergabung dalam satu text, itu disebut genre text discussion (dipelajari di kelas XII)

    RECOMMENDATION
    Di bagian akhir teks hortatory exposition berisi recommendation atau saran terhadap isu yang dibicarakan. Penulis bisa menyarankan apa yang seharusnya dilakukan atau apa yang seharusnya tidak dilakukan terkait thesis dan argumen di paragraf sebelumnya.

    Example Text

    1. Text tentang pentingnya kita untuk menghindari Junk Food.


    2. Text tentang pentingnya mengurangi dan menghindari penggunaan kantong plastik dalam kehidupan sehari – hari

    Listening Exercise & Reading Aloud

    Salah satu cara untuk memahami teks dengan lebih baik, kita dapat berlatih dengan Listening Exercise. Apalagi jika anda bergaya belajar auditori. Materi pelajaran akan lebih mudah masuk jika didengarkan.
    Sebagai contoh coba dengarkan pembacaan sebuah teks berikut ini. Perhatikan cara pengucapannya dan tirukan. Apakah kamu tahu tentang apa teks yang kamu dengarkan itu? Apa saja saran di teks tersebut?
    Ayo dengarkan lagi dengan seksama. Listen carefully.

    Making Summary with Mind Mapping

    Cara lain memahami teks dengan lebih baik adalah dengan membuat ringkasan memakai teknik mind mapping. Mind mapping adalah semacam diagram yang menunjukkan informasi secara visual. Kamu dapat membuat mind map dengan menggunakan bullpen, pensil warna atau spidol. Atau kamu dapat juga membuatnya dengan menggunakan sarana aplikasi pembuat mind mapping online seperti MindMeister.

    Bacalah dulu keseluruhan teks lalu buat ringkasanannya dalam bentuk mind mapping. Gaya mind mapping bisa berbeda – beda, yang penting bisa menunjukkan gambaran isi teksnya secara ringkas. Cara membuat mind mapping yang paling umum dipakai adalah sebagai berikut:
    Contoh pola mind mapping (sumber dari https://focus.mesiterlab)

    1. Tuliskan subject utama di tengah lembaran kertas
    2. Gambar cabang – cabang dari pusat itu tadi. Setiap cabang bisa menyimbolkan satu ide atau pemikiran terkait subject yang dibicarakan di teks itu. 
    3. Dari tiap cabang itu berilah tambahan cabang – cabang berisi penjelas untuk tiap satu ide.
    4. Kamu dapat menggunakan  warna – warna, ikon, tulisan aestetik, atau gambar untuk mendukung mind mappingmu. Gambar, ikon, warna dan tulisan aestetik itu tujuannya untuk membantu kamu memercikkan munculnya ide baru atau penjelas teks.
    Sebagai latihan sederhana, ayo kita gunakan mind mapping untuk teks berikut ini. Teksnya juga bergenre Hortatory Exposition. Bacalah dulu teksnya secara keseluruhan. Lalu tentukan ide pokoknya dan ide ide penjelasnya, misalnya kita gunakan pola struktur teks Hortatory Exposition yang kita pelajari di awal tadi untuk membantu alur berpikir kita saat meringkas ini.

    Tentukan mana bagian thesisnya, apa saja argumen – argumennya, dan bagaimana saran yang diberikan oleh penulis di akhir teks. Lalu jabarkan dalam bentuk bagan mind mapping yang menarik.

    Text 1:

    The Bad Impact of TV for Children

    Is it important to know what your kids are watching? Of course yes. Television can expose things you have tried to protect them from, especially violence, pornography, or consumerism. 

    A study demonstrated that spending too much time on watching TV during the day or at bedtime often causes bedtime disruption, stress, and short sleep duration. Another research found that there is a significant relationship between the amount of time spent for watching television during adolescence and early adulthood, and the possibility of being aggressive. Meanwhile, many studies have identified a relationship between kids who watch TV a lot and being inactive and overweight.
     
    Considering some facts mentioned above, you should protect your children. Parents should limit television viewing to one until two hours each day for children. It’s better not to allow your children to have a TV set in their bedrooms. As parents, you should watch television with your children and discuss what is happening in the show.

    Text 2:

    STUDENTS SHOULD BE DISCOURAGED FROM SMOKING

    Smoking has become a big problem among students today. Although the price of cigarettes has increased, the number of students smoking has not decreased. There are many reasons why smoking is dangerous.    
     
    First, smoking is bad for our health. Many health problems are caused by smoking. Breathing problems like asthma and even lung cancer are some of them. Smokers also have yellow teeth and pale-looking skin. At times, their lips are black.    
     
    Next, smoking also causes social problems. Teenagers will save money to buy them. They would rather not eat but smoke. Smoking also pollutes the environment. The carbon monoxide brings harms not only to people but also to the environment.    
     
    Students should be discouraged from smoking. The price of a pack of cigarettes should be raised. Teenagers caught smoking in school and public places should be severely punished. Parents should be held responsible for teenagers who smoke. Hefty fines should be imposed on them.    
    Nah, sekarang kalian pasti sudah dapat memahami text bergenre Hortatory exposition dengan baik. Now it's time for quiz!
    Sekarang kalian kerjakan latihan berikut ini. Kerjakan dengan sebaik - baiknya ya , tanpa bertanya kanan kiri. Cobalah untuk menantang dirimu sendiri, apakah sudah benar - benar paham mengenai text ini. Good Luck :)




    Bagaimana hasilnya? I hope you did well. Good Job!
    Semoga sekarang kalian sudah lebih paham mengenai text berbahasa Inggris bergenre Hortatory Exposition. Teruslah membaca dari berbagai sumber.
    Keep reading and someday you'll be  a great leader.

      Salam belajar,


    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About Me

    Dewi Apriliana
    An ordinary working mom who loves kids and teaching and reading
    Read More>

    Popular Posts

    • Making Appointment & Reservation by Phone ; Belajar Bahasa Inggris Yuk
    • Giving Examples in English ; Materi Bahasa Inggris Lintas Minat Kelas XI
    • Apem Kukus Tradisional yang Ngangeni
    • LANGKAH MUDAH MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK LDA
    • Smart Apps Creator (SAC) Sebagai Alternatif Media Pembelajaran Daring
    • Memanfaatkan Blog Sebagai Media Pembelajaran Jarak Jauh
    • Contoh Proposal Usaha untuk P5 Tema Kewirausahaan
    • Membuat Laporan Karya Inovatif Video Pembelajaran

    FOLLOW US

    recent posts

    Labels

    ruang baca ruang guru ruang impian ruang kelas ruang keluarga ruang menulis ruang perpustakaan

    Statistics

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top