Saung Belajar Aisyah

    • Home
    • ruang keluarga
    • ruang kelas
    • ruang baca
    • ruang menulis
    • ruang impian
    Why Poems?
    Memangnya apa gunanya belajar puisi? Dunia yang sudah terlalu modern ini terasa tidak memerlukan lagi kata-kata mendayu seperti dalam puisi.

    Bahasa puisi memang bisa saja berbeda dengan bahasa sehari-hari, tapi tidak selalu rumit. Puisi, apalgi yang berbahasa Inggris tidak perlu menjadi hal yang perlu dihindari karena dianggap rumit. Bukankah terlalu membosankan jika kita menggunakan kalimat yang selalu biasa saja setiap hari. Anggap saja membaca puisi itu seperti tamasya menuju dunia lain. Dunia dengan bentuk dan gaya bahasa yang bisa saja sedikit berbeda atau bisa saja berbunyi lebih indah dengan rima di tiap akhir baris di sebuah bait.

    Keuntungan lain dari mempelajari puisi berbahasa Inggris adalah :

    • Menambah kosakata 

    Dengan membaca puisi, kita bisa mempelajari banayak kosakata baru dan menemukannya dalam banyak konteks.

    • Melatih ketrampilan berbicara (speaking)

    Saat membaca puisi berbahasa Inggris dengan keras, itu akan membantu kita untuk melatih kepekaan dalam pengucapan, intonasi, dan ritme. Pada akhirnya itu nanti akan bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan speaking kita.

    • Menambah wawasan dan kreatifitas imajinasi

    Membaca banyak karya sastra berupa puisi akan dapat membantu menambah wawasan kita tentang banyak hal. Beberapa puisi juga mempunyai pesan moral yang dapat kita pelajari. Setelah itu, kita juga bisa menjadi lebih kreatif, yaitu dengan cara menulis sebuah puisi karya kita sendiri.

    Let’s Learn the Meaning of Poems

    Listen the following poem. What is the title? Do you like it?


    Ayo kita mulai belajar puisi berbahasa Inggris.  Kita mulai dengan sebuah puisi dua bait berikut ya. Baca keras, kemudian ceritakan kira-kira apa arti dari puisi berikut ini. Juga pikirkan, apa ya pesan moral dari puisi berikut?
    "Dreams"
    by Langston Hughes

    Hold fast to dreams
    For if dreams die
    Life is a broken-winged bird
    That cannot fly.


    Hold fast to dreams
    For when dreams go
    Life is a barren field
    Frozen with snow.
    Dalam puisi tersebut, penulis mengajak kita untuk memegang erat impian-impian kita ; Hold fast to dreams. Jangan mudah menyerah meletakkan impian kita tergeletak begitu saja di pojokan. Karena jika impian-impian itu mati (for if dreams die), hidup itu jadi seperti burung yang sayapnya patah yang tidak bisa terbang. Seperti dikatakan pada dua baris terakhir di bait pertama : Life is a broken-winged bird That cannot fly.

    Di bait kedua, penulis juga masih menekankan pentingnya mempunyai impian. Pegang erat impian kita. Karena jika impian-impian itu pergi, hidup bagaikan lahan tandus yang membeku dengan salju diatasnya. Lahan tandus bukan hal yang baik, bukan? Apalagi ditambah saat musim dingin berkepanjangan. Lahan tandus itu akan  ratatertutupi salju , tanpa gundukan, tanpa warna lain, semua putih yang akan sangat membosankan jika berhari-hari yang dilihat hanya itu saja.
    Bagaimana ? Mudah bukan memahami makna puisi tersebut?

    Untuk lebih memperkaya kosakata, coba kalian cari arti kata per kata dari puisi tersebut. Siapkan kamusmu dan saling tebak secara berantai  arti kata tersebut dengan temanmu. Misalnya kata dreams itu artinya mimpi-mimpi, daan kata hold fast artinya ....
    Kata hold fast artinya memegang erat, daan kata for artinya ..?

    Lakukan begitu terus sampai akhir baris puisinya. Dengan begitu, kosakata – kosakata bahasa Inggris akan lebih melekat karena ada pengulangan – pengulangan.
    Tayangan berikut akan membantu kalian memahami puisi 'Dreams' silakan amati video berikut ini:


    Nah, itu tadi pengantar tentang materi Poem. Selanjutnya kita akan fokus pada beberapa figurative language dan contoh penggunaannya.

    Let’s learn the figurative language in the poems

    Dalam puisi kadang kita menemukan kalimat yang mengandung majas atau gaya bahasa. Ada beberapa majas yang dapat dipakai, beberapa yang akan kita bahas adalah Simile, Metaphor, dan Personification. Majas ini akan membuat puisi menjadi lebih kaya makna dan tidak membosankan. Gaya bahasa akan membuat kalimat-kalimat yang berbeda dengan kalimat yang kita gunakan dalam percakapan sehari-hari.

    Yuk kita pelajari satu per satu :

    SIMILE

    SIMILE is figure of speech in which two quite different things are compared becaue they appear to be similar in at least one characteristic; using the words ‘like’ or ‘as’

    Dalam penjelasan tersebut dikatakan bahwa simile adalah majas yang membandingkan dua hal yang sebenarnya berbeda, tetapi dianggap sama karena memiliki setidaknya satu atau lebih sifat atau karakteristik yang sama. Majas simile menggunakan kata ‘like’ atau ‘as’-atau ‘bagai’ , ‘bagaikan’ , ‘laksana’, atau ‘bak’ dalam  bahasa Indonesia

    Misalnya sebagai contoh, dalam puisi penulis berkata , “Her eyes are like the brightest stars high above,” itu bukan berarti berkata bahwa matanya dan bintang adalah benar – benar dua hal yang sama. Tetapi disini penulis sedang menggambarkan bahwa mata gadisnya itu pandangannya menyenangkan , bercahaya, bagaikan bintang di atas sana yang berkerlip-kerlip cantik cahayanya.
    Perbandingan seperti itu seperti membantu pembaca puisi untuk membuat gambaran – gambaran yang lebih hidup dalam kata – kata.

    Coba untuk latihan, kita baca keras puisi karya Robert Burns berikut
    Perhatikan majas yang dipakai dalam puisi ini.

    "Red Red Rose" 
    by Robert Burns

    O my Luve's like a red, red rose,
    That's newly sprung in June:
    O my Luve's like the melodie,
    That's sweetly play'd in tune. 

    As fair art thou, my bonie lass,
    So deep in luve am I;
    And I will luve thee still, my dear,
    Till a' the seas gang dry.

    Pada bait pertama, penulis menyamakan kekasih yang dicintainya  bagaikan mawar merah yang baru saja mekar di bulan Juni – dengan kata ‘is like’. Keduanya sama-sama segar indah dipandang.
    Penulis juga menyamakan cintanya dengan melodi indah – dengan kata ‘is like’. Karakteristik yang sama keduanya adalah sama-sama elegan dan indah untuk didengar.

    Pada bait kedua penulis menggambarkan betapa dalamnya pada kekasih cantik yang sangat disayanginya. Dan aku akan terus mencintaimu, sayangku. Bahkan jika nanti sampai laut menjadi kering.

    Beberapa kata di puisi ini memang menggunakan kosakata bahasa Inggris lama misalnya, my Luve untuk my love. Demikian juga untuk kata ganti ‘kamu/you’ menggunakan :
    Thou = kamu / you berposisi sebagai subjek
    Thee = kamu / you berposisi sebagai objek

    METAPHORE

    Metafora juga merupakan majas perbandingan seperti simile, hanya saja bedanya, metafora tidak menggunakan kata ‘like’ atau ‘as’. Langsung membandingkan tanpa menggunakan kata ‘bagaikan’ atau ‘laksana’.
    Contoh :
    Her eyes are like the brightest stars high above = simile 
    Her eyes are the brightest stars above = metaphore 

    Coba kalian cari contoh bentuk metafora dalam puisi berikut, Judulnya : Orange

    ORANGE
    Orange is the sun after a rainy day
    Orange is the taste of a cold glass of orange juice
    Orange is the sound of a tomato plant growing
    Orange is the feeling after a baby smiles
    And orange is a color that is safe and alive

    Mudah ya memahami arti puisi diatas. Membandingkan warna oranye dengan beberapa hal yang mewakili tentang kesan warna oranye yang menggambarkan perasaan hidup, cerah, tapi nyaman dan aman.

    PERSONIFICATION

    Personification is a figure of speech that gives human form, powers or feeling, to animals, objects or ideas. It makes THINGS appear like a PERSON.

    Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang memberikan bentuk manusia, kekuatan manusia , atau persaan manusian kepada benda, binatang, atau ide yang  sejatinya bukan termasuk manusia.
    Example :
    istockphoto
    The Little Rose Tree
    by Rachel Field

    Every rose on the little tree
    Is making a different face at me!
    Some look surprised when I pass by,
    And others droop—but they are shy.

    These two whose heads together press
    Tell secrets could never guess.
    Some have their heads thrown back to sing,
    And all the buds are listening.
    I wonder if the gardener knows,
    Or if he calls each just a rose?


    Dalam puisi tersebut, Rachel menggambarkan sebuah tanaman mawar kecil di kebunnya mempunyai sifat dan kelakuan seperti manusia. Misalnya, mawar – mawar itu membuat wajah yang berbeda, dikatakan ada yang terlihat terkejut saat penulis lewat, sementara yang lainnya merunduk malu malu. (bait pertama).

    Sedangkan di bait kedua, digambarkan ada dua mawar yang kuntumnya saling berdekatan, seolah-olah menceritakan rahasia yang tak pernah tertebak. Ada juga beberpa mawar yang kuntumnya terayun-ayun maju mundur seperti sedang bernyanyi, sementara para kuncup mendengarkan dengan takzim.

    Dalam kenyataannya apakah benar mawar bisa malu, menyanyi, atau mendengarkan seperti manusia? Tidak, bukan? Seperti itulah yang disebut majas personifikasi.

    Untuk berlatih mengenali gaya bahasa tersebut dan mereview pemahaman kamu tentang puisi, coba cari tahu  jawaban dari latihan berikut :


    Klik link berikut untuk belajar Mudah Menulis Puisi dengan Teknik LDA
    atau : 
               Create a Poem and Beautify with Canva

    Belajar puisi bisa sama menariknya dengan membaca cerita. Jangan menganggapnya sulit tapi nikmatilah. Dan kau akan temukan keindahannya.

    Salam Belajar,




    Continue Reading
    Tugas guru utamanya memang mengajar, tetapi salah satu yang kini harus ditingkatkan adalah kemampuan guru untuk membuat karya penelitian. Bisa dituangkan dalam bentuk Best Practice maupun dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas. Ide nya bisa apa saja yang terjadi di kelas. Tidak harus yang super keren. Berpikiran seperti  itu lama-lama malah akan menutup ide – ide yang akan muncul.  Akhirnya tidak akan pernah menulis!

    Sesi foto bersama presenter dan key note speakers AISOFOLL 10
    Itulah setidaknya yang terjadi pada saya. Sudah hampir empatbelas tahun jadi guru, saya belum pernah berusaha melakukan penelitian. Masalahnya ya itu tadi. Saya terlalu lama menimbang ide untuk teknik belajar apa yang paling keren untuk dijadikan bahan penelitian.

    Hingga akhirnya saya mengikuti sebuah miniworkshop NEEW untuk guru tentang multiliterasi di UNS. Bapak Prof Handoyo Puji Widodo, Phd yang menjadi salah satu pembicara menjelaskan bahwa ide penelitian itu bisa yang sederhana saja. Salah satunya dengan Photovoice. Beliau kemudian memberi referensi teori yang jelas dengan beberapa sumber jurnal internasional yang terpercaya.
    Saya kemudian mencobanya, dan ternyata asal mengikuti alur, menuangkan dalam penelitian itu bisa seperti bercerita saja. Apalagi target saya adalah praktik baik pengajaran (Best Practice).

    Keberuntungan berikutnya adalah ketika penelitian ini malah memenangkan dana hibah dari SEAMEO QITEP in Languange Regrants 2018. Keberuntungan lain adalah ketika terpilih menjadi peserta AISOFOLL ke 10 pada bulan Oktober 2019 lalu.

    Be Creative Teacher

    Di AISOFOLL ini banyak sekali ide penelitian dari pembicara lain yang dapat saya pelajari. Menurut saya, hampir semua penelitian yang di presentasikan itu intinya adalah ‘Be Creative Teacher’. Jadilah guru yang kreatif – yang mampu mengajak siswa menuju ke level pemikiran aras tinggi (HOTS).

    Dr. Jo-Ann Netto-Shek, dari Nanyang Technological University, Singapore, mengatakan bahwa dengan pengajaran yang kreatif, pemikiran siswa itu akan meningkat ke arah pemikiran kritis dan juga kreatif. Jangan mengajar bahasa hanya untuk sekedar membaca tahu isinya, arti vocabulary nya, atau hanya tahu cara membacanya. Buatlah kegiatan yang kreatif untuk bisa fluent / lancar dalam menggunakan bahasa itu sesuai konteksnya.
    Dr. Rainer E Wicke, keynote speaker AISOFOLL 10

    Seorang pembicara lain dari Jerman yang merupakan perwakilan dari Goethe Institute, Dr Rainer E.Wicke,  memberi pandangan bahwa pengajaran bahasa secara kreatif itu penting. Creative Languange Teaching itu merupakan sarana untuk meningkatkan prestasi di bidang bahasa. Guru itu sebagai monitoring saja bukan lagi controlling.

    Bapak Reiner yang sudah berpengalaman mengajar di berbagai negara ini memang menyadari bahwa creative language teaching itu bisa saja proses yang tidak mudah bagi siswa atau guru itu sendiri, jadi ‘don’t expect too much at the beginning’. Jangan berharap terlalu banyak saat akan memulainya. Hasil pencapaian yang meningkat itu sesungguhnya hasil dari proses. Jadi jangan takut memulai, enjoy the process!.

    Contoh Penelitian di Bidang Bahasa

    Menggunakan kolase gambar dan foto untuk menulis kreatif

    Berikut ini sharing contoh-contoh inspirasi penelitian di bidang bahasa terinspirasi dari AISOFOLL 10:
    Mr. Rainer mencontohkan untuk memotivasi siswa dalam menulis cerita kreatif dengan menggunakan real picture. Pertama beliau menyuruh siswa untuk mengambil gambar jendela dari kejauhan. Ide besarnya adalah : Window is a Window.
    Pesentasi project Window is a Window

    Setelah itu siswa saling menceritakan dengan temannya tentang gambar jendela yang dia ambil. Mr. Rainer kemudian menyediakan potongan – potongan gambar berbagai objek yang dia gunting dari majalah atau koran. Potongan – potongan gambar itu ditempel sebagai kolase di samping foto jendela. Dari inspirasi jendela dan kosakata dari benda-benda yang di kolase itu, siswa membuat kalimat-kaimat untuk dirangkai menjadi cerita.

    Menerapkan Photovoice sebagai teknik untuk menulis eksposisi

    Photovoice pada dasarnya hampir mirip dengan metode Mr. Reiner diatas. Hanya saja tidak berupa kolase. Photovoice menggunakan satu foto yang diambil oleh siswa untuk kemudian dijadikan bahan tulisan.
    Photovoice menganggap gambar mempunyai suara yang bisa membawa perubahan. Gambar bisa diamati dengan pertanyaan-pertanyaan disingkat SHOWED:
    Presentasi Photovoice Project

    1. What do you see here?
    2. What is really happening here?
    3. How does this relate to our live?
    4. Why does the situation, concern, or strength exist?
    5. What can we do about it?

    Setelah tulisan jadi, tulisan dan foto kemudian di eksebisi atau semacam pameran untuk khalayak ramai. Sebisa mungkin melibatkan para pembuat keputusan sehingga suara di foto itu bisa di dengar luas. Pembahasan tentang Photovoice dapat anda baca Klik Disini

    Flipping Movies for Dynamic Engagement

    Penelitian ini menggunakan model Flipped Classroom yang menggabungkan kegiatan Face To Face (tatap muka antar guru dan murid secara langsung), dengan kegiatan pembelajaran daring berbasis komputer. Materinya menggunakan film berbahasa Inggris, pilih film yang pengucapannya tidak terlalu rumit dan mengandung unsur nilai moral yang baik. Tujuan utama nya adalah untuk meningkatkan keterlibatan siswa agar lebih dinamis saat belajar Bahasa Inggris.
    Poster Film Gifted Hands dari google.com

    Urutannya adalah sebagai berikut :
    Pre-Movie
    Berupa kegiatan di luar kelas. Siswa diberi link video terkait dengan film yang akan dilihat. Misalnya sebagai contoh, film yang akan dilihat 'Gifted Hands', pada kegiatan pre-movie ini siswa diberi link untuk mengamati video 'Dr. Ben Carson's Gifted Hands documentary. Tujuannya agar siswa menjadi terbiasa dengan target vocabulary dan memahami pengenalan isu yang akan diangkat dalam film tersebut.

    Movie Day
    Ini merupakan kegiatan menonton film di dalam kelas. Suasana dibuat seperti dalam gedung film yang gelap dan dingin. Boleh juga siswa mencatat. Film dilengkapi dengan caption dan di pause setiap sepuluh menit digunakan guru untuk menanyakan beberapa pertanyaan untuk memastikan pemahaman siswa.

    Post-movie
    Ini merupakan kegiatan mengerjakan tugas di luar kelas. Tugasnya di susun untuk mengasah kosakata, menggunakan kosakat itu sesuai konteks, dan mengembangkan keterampilan mendengarkan. Siswa akan dapat mengerjakan sesuai kecepatan dan target masing-masing.

    Extensions and Creativity
    Setelah semua siklus kegiatan diatas, siswa melakukan In-class Workshops. Siswa didorong melakukan project yang dinamis dan kreatif berkaitan dengan film yang dilihat. Project dapat berupa membuat dokumentary, merancang dan menyelenggarakan sebuah kegiatan, melakukan kampanye, atau berakting dalam role playing.
    Sebagai contoh, setelah kegiatan dengan film Gifted Hands, diadakan penyelenggaraan sebuah kegiatan culture day dengan menggunakan kutipan-kutipan Carson, laporan pada isu utama di film tersebut, melakukan interview dengan para dokter, dan membuat replika sederhana dari bagian scene film tersebut.

    Menggunakan teknik Srapbooking untuk menyusun teks Biografi

    Menulis di kertas begitu saja bisa membosankan. Untuk menarik perhatian, siswa diajak menulis teks biografi tentang tokoh-tokoh terkenal dengan membuat scrapbook.
    Membuat scrapbook nya cukup dengan menggunakan bahan-bahan sisa di sekitar siswa. Bentuk scrapbook lebih menarik daripada menulis di selembar kertas. Bagaimana cara menyusun sebuah scrapbook dapat anda amati melalui beberapa video tutorial di internet.

    Mengadakan project menulis di blog bagi siswa dan FB group

    Setiap siswa membuat sebuah blog. Link blog dikirim kepada guru. Dalam blog tersebut siswa memposting beberapa hal terkait KD yang sedang dipelajari. Sebagai contoh, dalam mengajar KD tentang ungkapan apreciation, siswa bisa membuat postingan di blognya. Bisa berupa ringkasan pelajaran, tulisan membuat dialog ungkapan apreciation, menanyangkan komik buatannya yang mengguanakan ungkapan apreciation, atau membuat link tayangan video mereka.
    Untuk memudahkan sharing informasi di blog mereka, ada FB group kelas. Di FB group itu, siswa membagikan tautan menuju tiap postingan di blog nya. Diskusi juga bisa terjadi lebih leluasa di FB group ini.

    Mengintegrasikan Teknologi Augmented Reality untuk pembelajaran

    Contoh dari penelitian ini adalah, pengembangan seperangkat media yang diberi mana ABC Kartei untuk pembelajaran Budaya Jerman Indonesia. Media ABC Kartei itu terdiri dari kartu-kartu dengan penanda (marker) untuk dapat diakses secara digital berikut dengan panduan penggunaannya.
    Teman sekamar saya waktu kegiatan PembaTIK level 3 lalu juga pernah menerapkan metode AR ini untuk belajar kosakata bahasa inggris. Namanya ibu Asih dari SMP N 1 Selomerto. Beliau orangnya sangat kreatif dengan menggunakan media ini. Contoh media AR yang dia buat dapat anda amati di tautan Youtube nya :

     klik disini : Menggunakan AR untuk belajar kosakata tentang hewan

    Itulah beberapa contoh project penelitian yang bisa anda jadikan inspirasi. Beberapa terlihat sederhana, bukan? Hanya bedanya mereka menuliskannya. Maka jadilah sebuah laporan penelitian. Berikut contoh – contoh lain inspirasi penelitian:
    • Membuat Digital Storytelling Project untuk meningkatkan skills productive siswa.
    • Meningkatkan HOTS siswa dengan permaianan ‘I am The Expert’
    • Penerapan HOTS untuk meningkatkan ketrampilan menulis menggunakan ‘Mind Mapping’
    • Project ‘Cartoonize Your Holiday’ untuk meningkatkan pembelajaran berbasis HOTS
    • Menggunakan Google Classroom dalam Flipped Classroom Model
    • Memanfaatkan SAC (Smart Apps Creator) dalam Blended Learning.
    • Meningkatkan keterampilan menulis dalam materi Decrire Une Personne melalui media Kahoot
    • Menerapkan Process Approach dalam Writing untuk meningkatkan HOTS
    • Menerapkan CLCs (Critical Literature Circles) untuk meningkatkan pemikiran kritis
    • Menerapkan Metacognitive Strategies untuk meningkatkan pemikiran aras tinggi pada siswa
    • Menggunakan Creative Questions untuk mengembangkan ketrampilan berpikir kritis
    • Melibatkan ketrampilan membuat pertanyaan terbuka dalam menstimulasi Students’ Thinking
    • Menerapakan blended learning pada pembelajaran menulis puisi

    Semoga dengan beberapa contoh diatas anda dapat terinspirasi membuat penelitian Best Practice atau Penelitian Tindakan Kelas. Kunci dari membuat penelitian adalah pelaporan yang sistimatis, dengan dokumentasi yang jelas, dan yang penting jujur. Penelitian tidak usah dibuat-buat dan jangan copy paste saja dari berbagai sumber. Selamat menulis laporan.

          Salam Belajar,


    Continue Reading
    Mau menulis penelitian di bidang bahasa dan didanai? Ada beberapa proyek yang dapat anda ikuti untuk hal itu. Salah satunya adalah Seameo Qitep in Language Grants. Saya telah mencobanya dan Alhamdulillah berhasil tembus mendapatkan grants atau dana hibah tersebut di tahun 2018 untuk katagori Praktik Baik. Untuk sekedar berbagi bahagia, ini dia cerita lengkapnya.

    Berkenalan dengan SEAQIL

    SEAQIL adalah kependekan dari SEAMEO QITEP in Language. SEAMEO itu adalah semacam organisasi menteri pendidikan se-Asia Tenggara ( Southeast Asian Ministers of Education Organization). Sedangkan kata QITEP itu singkatan dari  Quality Improvement for Teachers and Education Personnel. Jadi SEAQIL atau QITEP in Languageitu maksudnya bagian SEAMEO yang merupakan pusat regional untuk peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan  di bidang bahasa.

    SEAQIL berdiri sejak tahun 2009. Lembaga ini berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan guru pengajar  bahasa Indonesia dan bahasa asing, tidak hanya bahasa Inggris saja, tapi juga Bahasa Jerman, Jepang, Mandarin dan juga Bahasa Arab. Selain itu SEAQIL juga berperan untuk mendukung pelajar asing yang mempelajari Bahasa Indonesia.

    Kiprah SEAQIL selalu berpaya sejalan dengan misinya, yaitu SEAQIL sebagai pusat pengembangan profesionalisme yang inovatif dalam pendidikan multibahasa dan multiliterasi. Ini ditujukan bagi guru bahasa dan tenaga kependidikan.

    Misinya pun jelas , yaitu SEAQIL berupaya untuk menyediakan pengembangan profesionalisme yang berkualitas melalui berbagai cara inovatif dalam berbagi sumber daya, penelitian dan pengembangan, serta jejaring.

    Program – Program Unggulan SEAQIL

    SEAQIL REGRANTS

    Yang dimaksud dengan SEAQIL REGRANTS adalah program dana hibah penelitian yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali oleh SEAQIL.
    Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjaring penelitian berkualitas dalam bidang pendidikan bahasa di kawasan Asia Tenggara.

    Siapa saja yang layak untuk mengikuti program ini?
    SEAQIL REGRANTS mengundang para pengajar dan tenaga kependidikan yang peduli dalam peningkatan kualitas bidang bahasa. Guru pengajar bahasa di SMP dan SMA/SMK memiliki kesempatan untuk menjadi penerima hibah berfokus pada pengembangan dan/atau penggunaan keterampilan berpikir tingkat tinggi di bidang pengajaran dan pembelajaran bahasa Indonesia dan bahasa asing (Arab, Inggris, Jerman, Jepang, Mandarin, dan Prancis).

    Waktu itu saya mendaftar untuk SEAQIL REGRANTS 2018 sekitar bulan Juni 2018. Penyerahan formulir permohonan dan proposal penelitian: 22 Juni 2018. Ada dua katagori yang bisa dipilih, Praktik pengajaran terbaik (best practice) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

    Program SEAQIL REGRANTS ini dialokasikan untuk 25 laporan pelaksanaan pengajaran bahasa berbasis HOTS terbaik dan 25 proposal penelitian pengajaran bahasa berbasis HOTS terbaik.
    Saya memilih untuk katagori best practice, karena bagi saya lebih mudah menceritakan apa yang sudah saya lakukan di kelas daripada menyusun sebuah proposal penelitian PTK di bidang bahasa. Saya memilih untuk menceritakan pengalaman mengajar dengan teknik Photovoice dalam mengajar teks Hortatory Exposition.
    Eksebisi Photovoice
    Menurut saya , dalam menyusun laporan, kuncinya adalah mencermati juklak nya. Saya terbiasa membaca berulang – ulang petunjuk pelaksanaan sebuah kegiatan sebelum mulai menulis. dengan mengikuti juklak, alur laporan kita akan lebih sistematis selingkung dengan arahan penyelanggaranya.

    Tips lainnya adalah mencari sumber teori pendukung yang terpercaya, lebih baik buku referensi atau jurnal internasional yang terpercaya seperti SAGE. Jangan terlalu banyak sumber dari websites yang kurang terpercaya. Saya malah beberapa menggunakan buku – buku referensi keluaran pemerintah saja, dan beberapa buku yang ada di perpustakaan sekolahan. Beruntung saya mendapat tambahan sumber jurnal yang terpercaya dari Bapak Dosen Handoyo waktu saya ikut workshop NEEW di UNS  sebelumnya.

    Dan satu lagi yang terpenting, jangan pernah mencoba untuk copy paste dari penelitian lain. Lebih baik menulis dengan gaya kepenulisan kita sendiri dengan mengikuti juklaknya.

    Laporan akhir untuk SEAQIL REGRANTS
    Sebuah kejutan besar bagi saya ketika membaca pengumuman penerima hibah pada 9 Juli 2018. Nama saya ada di dalam daftar penerima grants itu, bersama dengan sepuluh lainnya di katagori Praktik Baik Pengajaran. Ini agak turun dari alokasi sebelumnya yaitu 25 penerima di katagori Praktik Baik Pengajaran. Jumlah besar penerima adalah pada katagori proposal Penelitian di bidang bahasa, yaitu sejumlah 39 orang.

     Setelah itu penerima dana hibah melakukan pelaporan secara berkala. Penyerahan  laporan  kemajuan  penelitian adalah sekitar 17 – 21 September 2018. Dan ditutup dengan penyerahan laporan akhi pada  14 – 16 November 2018.

    Karena ini diselenggarakan setiap dua tahun sekali, maka program SEAQIL REGRANTS berikutnya akan ada pada tahun2020 mendatang. Berarti anda bisa mulai bersiap – siap mengumpulkan ide nih. Teknik pembelajaran apa yang akan anda terapkan. Kemudian baca banyak buku dan referensi tentang teknik atau metode yang anda pilih itu. Jangan lupa pantau terus di web SEAQIL.

    AISOFOLL (Annual International Symposium of Forein Language Learning)

    AISOFOLL adalah simposium tahunan yang diselenggarakan oleh SEAQIL. Tujuannya untuk menyediakan forum ilmiah bagi para ahli dan pelaku pendidikan bidang pengajaran bahasa asing. Dengan adanya AISOFOLL, diharapkan agar para peserta simposium dapat bertukar ide, pengetahuan, dan berbagi pengalaman terkait pengajaran bahasa.

    Setiap tahun, tema- tema yang berbeda menjadi bahan diskusi oleh pembicara utama (keynote speakers) dan penyaji makalah (presenters).  Tahun 2019 ini tema AISOFOLL adalah  ‘Taking Students’ Thinking to Higher Levels Through Creative Language Teaching.’ Ini adalah gelaran AISOFOLL yang ke sepuluh. Diselenggarakan di Grand Savero Hotel, Bogor, pada tanggal 16 – 17 Oktober 2019.
    Berfoto bersama presenter dan keynote speakers AISOFOLL10
    Saya sungguh merasa beruntung dipilih menjadi salah satu pembicara (presenter) di acara ini. Hanya 10 dari limapuluh penerima dana SEAQIL Regrants yang kemudian dundang untuk AISOFOLL ke 10 ini. Dengan hati penuh deg-deg an tak karuan, saya memutuskan berangkat.

    Dari bandara Adi Sumarmo Solo, saya mendapat teman barengan guru dari SMA N 1 Solo, yaitu bu Fera dan bu Shinta. Kami berangkat dari Solo pada tanggal 15 Oktober, dengan penerbangan pukul empat sore  dan sampai Bandara Halim Jakarta limapuluh menit kemudian. Dari Halim kemudian kami langsung naik Damri menuju Bogor. Naik DAMRI ini cukup nyaman dengan harga terjangkau. Sampai di Bogor menjelang malam dan kami berjalan kaki saja menuju hotel karena jaraknya tidak terlalu jauh. Dekat Botani Square saja, di depan Kebun Raya Bogor yang termasyur itu. Plusnya jalan kaki itu; kita bisa foto-foto dulu di spot yang cantik.


    Paginya acara di buka oleh pimpinan SEAMEO QITEP in Languange, yaitu Bapak Dr Bambang Indriyanto. Dilanjutkan dengan penampilan dua key note speakers . Yang pertama adalah Prof Datuk Dr N.S. Rajendran dari Unversiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia.  Yang kedua , Dr. ONO Yuichi, dari Unversity of Tsukuba, Jepang. Sungguh ilmu yang berharga yang kami peroleh dari dua pembicara handal itu.

    Setelah pembukaan dan penampilan keynote speaker, acara dilanjutkan dalam empat ruangan yang berbeda untuk sesi parallel. Tiap ruangan terdiri dari 3 atau 4 presenters. Saya sendiri tampil di hari kedua.

    Pada hari berikutnya, tanggal 17 Oktober, acara dimulai tepat waktu untuk mendengarkan dua keynote speakers yaitu Mrs. Mary Jo Ann dari Singapura dan Prof. Dr Muhammad Kamrul Kabilan dari Universiti Sains Malaysia dan Mr Reiner dari perwakilan Goethe Insitut. Mereka memaparkan tentang perlunya berusaha menjadi kreatif saat melakukan pembelajaran di kelas untuk meningkatkan pemikiran kritis siswa.


    Kembali, setelah penampilan keynote speaker, acara dilanjutkan dalam empat ruangan yang berbeda untuk sesi parallel. Awalnya saya teralalu gugup dan rendah diri untuk mengikuti acara ini. Tetapi semua presenter saling mendukung dengan suasana berbagi. Bahkan para key note speakers pun ramah meski di luar sesi. AISOFOLL ini benar-benar acara bergizi untuk merefresh para pengajar bahasa dari wilayah ASEAN.
    Apa saja contoh penelitian yang dipresentasikan saat AISOFOLL 10 dapat dibaca di artikel berikut : 
    Contoh Ide Penelitian di Bidang Bahasa untuk PTK dan Best Practice

    Kami pulang tanggal 18 Oktober paginya dengan hati bahagia dan penuh syukur diberi kesempatan mengikuti AISOFOLL 10. Dengan impian berharap bisa bergabung lagi dengan AISOFOLL tahun depan.

    Pelatihan Metodologi Pengajaran 

    Selain kedua program unggulan di atas, SEAQIL juga mengadakan diklat metodologi pengajaran bahasa untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru mengenai metodologi pengajaran bahasa asing (bahasa Arab, Jerman, Jepang, Mandari dan BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing),

    Dalam pelatihan ini, peserta diklat akan memeroleh pengetahuan yang lebih luas terkait penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan sistem penilaian. Saya belum pernah mengikuti progam pelatihan ini, jadi saya belum bisa bercerita banyak. Pastikan anda mengikuti terus web berikut ini.

    Dengan SEAQIL, saya merasa terbantu untuk memberanikan diri menulis penelitian untuk kemudian disampaikan di simposium internasional. Anda tertarik? Silakan pantau terus web SEAQIL yaa: http://web.qiteplanguage.org/

    Salam Belajar,






    #blogjadibuku
    #bukansekedaroemarbakri
    #day8

    Continue Reading
    Saya yakin setiap guru pasti mengusahakan teknik terbaik untuk kelasnya. Setiap anak itu unik maka perlakuan untuk tiap kelas juga unik, disesuaikan dengan karakteristik kelas. Hanya saja saya kemudian mempelajari suatu hal : menuliskannya membuat jadi berbeda.
    Saya itu awalnya guru yang sangat biasa saja. Mengajar sesuai jam, tanpa tambahan tugas lain selain jadi wali kelas, yang begitu nyampai rumah langsung beralih fungsi sebagai ‘nanny’ – tukang momong anak . ehehe. Tak terasa waktu telah membuat anak-anak saya menjadi lebih dewasa. Si sulung sudah di Mts, si adik sudah di MI, mereka sudah mempunyai dunia mereka sendiri-sendiri. Tidak lagi mengekor saya ke mana-mana. Tidak lagi teriak-teriak minta susu atau ditemani mainan lego.

    My Turning Point

    Turning point saya adalah ketika saya menemukan buku rahasia si kakak. Isinya adalah puluhan puisi yang tidak bisa dikatakan jelek, bercampur dengan gambar-gambar doodle di lembaran-lembaran bukunya itu. saya juga mendapati beberapa cerita pendek buatannya di antara files di laptop atau buku – buku pelajarannya. Saya kemudian konfirmasi , dia ternyata mengakui suka dan nyaman menuliskan khayalan dan pemikirannya seperti itu. Tapi kakak tetap tidak mau mengekspos tulisannya untuk dibaca orang lain apalagi mencoba kompetisi menulis.

    ‘Perlu cara nih untuk mengembangkan kemampuannya itu. Jangan – jangan itu bakatnya. Jangan – jangan itu passion dia sesungguhnya. Sayang kan kalau menguap begitu saja tanpa di arahkan,’ pikir saya suatu hari.

     Satu lagi, si kakak waktu itu selalu menganggap kompetisi itu hanya menyakiti. Dia tidak mau bersaing. Waduh, jangan-jangan saya yang kurang tepat menanamkan konsep kompetisi. Atau jangan-jangan memang saya tidak memberi contoh bahwa persaingan dalam kompetisi itu bisa saja sehat dan menyenangkan. Tanpa menjegal orang lain.

    Menulis untuk Lomba Kesharlindung

    So, it’s time to change. Saya terus mencoba mendaftar di KESHARLINDUNG DIKMEN. Itu adalah semacam lembaga milik Kementrian Pendidikan dan Budaya di Indonesia di bidang perlindungan dan penghargaan untuk guru , tenaga pendidik jenjang menengah. Itu pun karena di dorong oleh ibu Kepala Sekolah saya, Ibu Endang Sunarsih, M.Pd. Ada beberapa kompetisi di KESHARLINDUNG. Salah satunya yang saya ikuti adalah Lomba Inovasi Penguatan Pendidikan Karakter. Dan syarat pertamanya adalah : menulis! 

    Saya menuliskan gagasan action plan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan di sekolah tempat saya mengajar untuk meningkatkan karakter baik siswa. Bulan Maret tahun 2017 itu, saya menuliskan sebuah program penguatan karakter berjudul ‘Laskar Aksara –Tukarkan Sampahmu Jadi Buku. Cerita lengkapnya disini yaa LASKAR AKSARA

    Tak disangka tulisan action plan saya itu bisa tembus seratus besar untuk kemudian di beri bimtek di sektor Jogja. Makin terkejut ketika kemudian masuk finalis nasional, yang berarti harus presentasi di Jakarta pada bulan November 2017. Kuncinya, bagi saya adalah menuliskannya dengan jujur, sesuai juknis dan secara lugas.  Walaupun belum juara, saya ketiban rejeki juga. 

    Setiap finalis yang ke Jakarta mendapat hadiah yang bagi saya cukup besar, cukuplah untuk membeli laptop. Uang transport pesawat dan taxi juga diganti penuh. Daan kejutannya, saya dan finalis tahun itu ketiban rejeki untuk mengikuti upacara puncak hari guru tahun 2017 bareng Pak Menteri Pendidikan. Uwoow, bagi guru byasa seperti saya, itu sesuatu yang sangat spesial.

    Sepulangnya, saya ceritakan ke kakak. Semua tentang kegiatan itu, tentang pengalaman tak terbeli selama di Jakarta, bertemu dengan guru-guru finalis lain dari seluruh pelosok Indonesia. Menulis itu ngrejekeni, dan kompetisi itu bukannya saling menyakiti.

    Mengikuti Kelas Menulis JW

    Semakin tertarik dengan menulis, saya ingin belajar menulis kreatif. Siapa tahu bisa mengarahkan kesukaan kakak pada dunia menulis. Ketika keinginan saya itu, saya share di sebuah media sosial, seorang teman lama saya merespons. Mbak Endah namanya. Dia mengajak saya mengikuti kelas menulis bernama Jenius Writing dengan panduan Coach Lutfi dari Jepara. 

    Setelah kelas offline di Wonogiri, saya kemudian mengikuti kelas JW Online. Teknik menulisnya mendorong saya untuk jadi pede menulis dan membiarkan orang lain membaca tulisan saya. Si kakak rupanya mengapresiasi apa yang saya lakukan. Dia kemudian mau diikutkan semacam kelas menulis anak yang jarang ada di kota kami. Plusnya, kakak tidak malu beberapa tulisannya di baca –baca dan mau diikutkan kompetisi menulis, mau dijadikan perwakilan sekolahnya untuk lomba mapel Bahasa Indonesia. Atas kemauannya sendiri tanpa paksaan. Dia memang tidak menang. Dan memang saya juga tidak menuntutnya menang. Tapi mendengarnya bercerita bahwa dia senang dengan pengalamannya, itu sudah membuat saya bangga pada dirinya.

    Rejeki Menulis Soal Puspendik

    Pengalaman lain adalah mengikuti seleksi penulisan soal ujian nasional yang diadakan Puspendik. Alhamdulillah bisa katut. Rejeki lain pun kemudian mengalir, setiap soal yang saya tulis dan disetujui, mendapat penghargaan finansial yang cukup lumayan. 
    Saat bimtek pun istimewa. Kami di inapkan di sebuah hotel Bintang Lima. Di Sheraton Jogja. Waah, kapan lagi menikmati hotel semewah itu secara gratis. Di kasih uang saku pula. 

    Belajar Menulis Blog di JA

    Memang benar ada teori semesta mendukung itu. Begitu pula pengalaman saya tentang belajar menulis ini. Dari keinginan awal, kemudian di bukakan banyak jalan untuk mengembangkan hal itu. Teman saya yang di JW , Mbak Ika, mengajak saya mengikuti project-project menulis antologi di Komunitas Dandellion Authors. Impian saya untuk menulis berbagai cerita anak mulai jadi kenyataan, meski baru berupa antologi.

    Kemudian says dikenalkannya dengan kelas Review Buku dan Blogging Basic di Joeragan Artikel. Pengalaman yang sungguh menarik, apalagi setelahnya kita di ikutkan komunitas WAG, memperkaya pengalaman dan link. Saya masih ingat susahnya belajar koding-kodingan di komputer dengan Uni Blogger Rahayu Asda  untuk merombak blog saya yang lama terkapar seolah mati suri. Hasilnya woow.. blog saya berubah drastis dan membuat iri khalayak ramai. Wkwk. Pokoknya sak joss e bagi saya. 

    Saya jadi rajin mengisi blog saya ini. Mempunyai blog  yang cukup oke itu kemudian juga menjadi nilai plus untuk saya sebagai guru. Selain mendapat sedikit recehan dari posting tulisan bermuatan iklan, saya mendapat rejeki lain. Ini terbukti ketiga mengikuti kegiatan PembaTIK untuk guru tingkat Provinsi Jateng, saya yang sebenarnya termasuk gaptek ini bisa dapat rejeki lolos masuk 30 besar diantaran ribuan peserta dari berbagai jenjang. 

    Penilai melihat nilai lebih saya adalah pada blog. Karena memang pembelajaran ke depan itu akan mengarah ke pembelajaran Blended Learning- bauran antara kegiatan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring. Blog adalah salah satu sarana pembelajaran daring yang recommended. 

    Menulis Penelitian untuk Seaqil

    Yang terakhir, tahun lalu saya mencoba ikut kegiatan menulis yang serius, bagi saya. Seameo Qitep in Language Regrants. Ini semacam kompetisi menulis best practice atau PTK untuk memenangkan regrants atau dana hibah dari Seaqil, sebuah lembaga kerjasama di bidang bahasa oleh kemntrian negara-negara ASEAN. 


    Saya belum pernah menulis penelitian sebelumnya. Maka dengan tidak terlalu banyak berharap saya memasukkan tulisan untuk kategori Best Practice. Saya menuliskan tentang pengalaman dan alur mengajar beserta teoristisnya tentang mengajar dengan memanfaatkan Photovoice sebagai tekniknya. Tentang Photovoice ini, saya tuliskan di artikel ini  Photovoice.

    Sederhana sebenarnya teknik mengajar saya itu. Guru lain juga bisa. Malah mungkin tekniknya jauh lebih baik. Tapi bedanya – saya menuliskannya!


    Dan itu membuat saya ketiban rejeki lain. Saya memenangkan dana hibah itu diantara 11 pemenang untuk katagori Best Practice. What a surprise! Dana hibahnya lumayan banget, seharga laptop baru!  Semakin terkejut, ketika bulan ini saya termasuk diantara 10 penerima dana hibah itu yang diundang untuk menjadi pembicara di AISOFOLL 10- sebuah simposium pengajaran bahasa asing internasional. Tentu ini rejeki lain. Baik dari segi finansial, maupun dari tambahan pengalaman baru yang tak terhingga harganya bagi saya yang guru ndeso ini.

    Menulis itu Tidak Ada Ruginya

    Yess, menulis membuat saya berubah. Tidak sombong atau puas diri akan apa yang kita bisa. Dari berbagai kegiatan yang saya ceritakan di atas saya malah makin merasa perlu belajar banyak. Dan pada akhirnya tidak hanya saya yang berubah ke arah lebih baik. Murid-murid saya menghargai apa yang saya lakukan dan menganggap hal positif saat guru nya terlihat tidak berhenti belajar. Gadis kecil saya di rumah juga mulai terbuka dengan kompetisi dan sadar potensi dirinya dalam hal menulis.

    Lagipula jangan takut untuk memulai menulis. Edgar Lawrence Doctoror (1931 – 2015), seorang novelis dan professor dari  Amerika mengatakan bahwa menulis itu bukan tentang hasil akhir. Menulis itu sesungguhnya eksplorasi diri. Yaitu ketika memulai dari ‘nothing’ untuk kemudian belajar saat kita dalam proses menulis itu sendiri.

    Saya rasa saya berencana untuk tidak berhenti belajar menulis. Karena ketika saya menulis , saya ketiban rejeki yang terasa bertumpuk-tumpuk , tak ada habisnya untuk disyukuri.
    Lalu kamu, kapan akan menulis?

    Salam belajar,






    #blogjadibuku
    #bukansekedaroemarbakri
    #day7

    Continue Reading
    “What’s in a name? “ Dalam drama  Romeo dan Juliet , Shakespeare menanyakan pertanyaan retorik yang termasyur sepanjang masa. Apalah arti sebuah nama?

    Lalu apakah “What’s in a picture?” – apalah arti sebuah foto?


    Konsep Photovoice ini pada dasarnya meyakini bahwa jawaban pertanyaan itu adalah ‘Sebuah foto itu bermakna. Sebuah foto itu bisa bersuara- a picture has voices.’

    Inilah yang kemudian menarik saya untuk menggunakan Photovoice sebagai teknik pembelajaran menulis teks eksposisi di kelas saya.

    Latar Belakang 

    Jadi begini, sebelumnya saya itu merasa prihatin dengan hasil tulisan siswa saya. Kelas kami waktu itu sedang belajar menulis teks Hortatory Exposition. Kegiatan ini masuk ke KD 4.8 yang bersifat produktif untuk mengasah skill siswa dalam menulis teks Hortatory Exposition . Sebelumnya siswa sudah menyelesaikan KD 3.8 yang bersifat fokus pada pemahaman, reading , atau listening beberapa teks Hortatory Exposition. Idealnya, saat sudah mendapat pemahaman, siswa kemudian harusnya mudah untuk memproduksi sebuah tulisan.

    Awalnya, untuk KD 4.8 ini saya menggunkan pembelajaran seperti alur di buku teks dan lks. Setelah membaca dan menganalisis beberapa contoh teks Hortatory Exposition, siswa kemudian menulis teks Hortatory Exposition sederhana dengan memilih salah satu tema misalnya :Homework for Students, The impact of internet for teenagers, dan Corruption in Indonesia.
    Siswa copy paste dari internet
    Teks ini termasuk dalam jenis teks eksposisi yang memang termasuk tulisan serius di mata siswa. Beberapa siswa merasa kesulitan karena dalam proses menulis melibatkan unsur pernyataan gagasan disertai dengan argumen – argumen yang kuat kemudian ditutup dengan saran (rekomendasi).
    Dan hasilnya sebagian besar tulisan siswa itu ternyata hanya copy paste dari sumber lain, misalnya buku pelajaran atau situs internet.

    Hanya sedikit dari mereka yang berupaya untuk menulis berdasar kreatifitas pemikiran mereka sendiri. Siswa menyajikan tulisan dengan menyalin atau memodifikasi dari beberapa sumber tanpa menyebutkan asal-usulnya atau bahkan mengklaim itu tulisan karyanya.
    Hal inilah yang kemudian membuat hasil penilaian tulisan siswa menjadi rendah, hanya 2 siswa yang mencapai KKM dan 32 lainnya belum mencapai KKM. Saya menilainya menggunakan rubrik penilaian ketrampilan menulis pelajaran Bahasa Inggris di Buku Guru Bahasa Inggris kelas XI SMA/SMK edisi Revisi 2017 yang diterbitkan oleh KemendikbudRI tahun 2017. Ada empat aspek yang dinilai di rubrik itu, yaitu : Ide penulisan, Organisasi/ Struktur Teks dan  Isi, Tata Bahasa, dan Perbendaraan Kata.

    Teramati bahwa sebelum penerapan Photovoice, hasil tulisan peserta didik pada kelas ini rendah dan melibatkan aras berpikir LOTS, Lower Order Thinking Skills. Yaitu hanya pada ranah Remembering, Understanding, dan Applying.

    Padahal untuk menghasilkan tulisan yang kreatif dan orisinal, harusnya sudah melibatkan aras berpikir HOTS, Higher Order Thinking Skills. Karya siswa harusnya tidak sekedar meniru saja tetapi sudah sampai pada ranah Analyzing, Evaluating dan Creating. Siswa saat menulis harusnya sudah bisa menganalisa, mengevaluasi isu yang mereka ambil untuk kemudian disusun mengkreasikan sebuah teks Hortatory Exposition.

    Refleksi

    Saya sebagi guru, kemudian berpikir bahwa mungkin memang  proses pembelajarannya masih kurang optimal dan perlu diupayakan pembelajaran yang lebih aktif dan kreatif. Proses pembelajaran di kelas saya masih belum mampu membuat anak berpikir kritis untuk membuat sebuah teks Hortatory Exposition sederhana.

    Saya kemudian menggagas sebuah kegiatan belajar yang pada prosesnya memanfaatkan Photovoice untuk  menghasilkan tulisan bergenre Hortatory Exposition. Kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran aktif bersifat partisipatori. Siswa dijadikan pusat pembelajaraan (student centered learning) dan berpartisipasi aktif.

    Urutan Pembelajaran

    Pertemuan I : Guru menawarkan sebuah proyek Photovoice untuk meningkatkan kemampuan dan minat siswa untuk menulis teks hortatory expostion sederhana. Menjelaskan apa itu Photovoice dan bagaimana alur pelaksanaannya.

    Selanjutnya menentukan tema. Kelas kami memilih tema ‘WE CARE’ (Kami Peduli). Guru membagi dalam kelompok berjumlah 4 siswa per kelompok. Guru mendorong siswa untuk aktif berdiskusi untuk menentukan dan merencanakan foto yang akan mereka ambil berdasarkan tema tersebut. Dengan foto, peserta didik akan terbantu untuk membentuk kalimat-kalimat untuk menyusun teks berjenis hortatory exposition sederhana secara kreatif.

    Siswa mengambil foto di berbagai sudut sekolah
    Pertemuan II
    Dengan melakukan perencanaan, proses pengambilan foto diharapkan tidak memakan waktu, karena mereka bisa langsung menuju tempat-tempat yang telah mereka rencanakan.
    Siswa kemudian menulis teks bergenre hortatory exposition sederhana berdasar foto yang telah mereka ambil dalam kelompok.

    Tulisan awal berdasar foto yang telah mereka ambil

    Tulisan dan foto adalah hasil individu tetapi mereka didorong merencanakan dan mendiskusikan dalam kelompok. Dengan berdiskusi, mereka saling mengingatkan bagaimana alur pola hortatory exposition yang tepat: Thesis – Argument – recommendation. Mereka belajar menemukan masalah yang real, kemudian mengkritisi dan menilai kelebihan atau kekurangannya dan kemudian menentukan saran yang tepat terhadap isu yang mereka angkat berdasar opini mereka sendiri.
    Hasil tulisan dikumpulkan untuk diamati oleh guru lebih lanjut diluar jam pelajaran.

    Presentasi dan peer editing
    Pertemuan III
    Hasil tulisan yang telah dikoreksi dibahas dan dalam kelompok. Setiap kelompok memilih satu karya terbaik untuk diprentasikan di depan kelas. Scan hasil tulisan ditayangkan melalui LCD untuk mendukung presentasi.
    Dari presentasi tersebut terdapat beberapa contoh yang dapat diamati oleh kelompok lain sebagai bahan untuk melakukan peer editing lanjutan dan rewrite (menulis ulang). Jika belum selesai dikerjakan dalam kelompok, rewrite dilakukan diluar sebagai pekerjaan rumah bagi siswa yang belum selesai. Secara singkat merencanakan untuk pemajangan karya tulisan siswa di luar kelas.

    Hasil tulisan siswa setelah diedit dan ditulis ulang
    Pertemuan IV
    Pada pertemuan sebelumnya, peserta didik sudah menulis ulang tulisannya yang telah diperbaiki kemudian mengetik dan mencetaknya dirumah. Pada pertemuan ke 4 ini, peserta didik membawa hasil foto dan tulisannya yang telah dicetak untuk dipersiapkan menjadi bagian eksebisi kelas.
    Berikut ini contoh tulisan karya siswa yang telah siap untuk eksebisi:

    Peserta didik kemudian menempelkan foto dan hasil tulisan mereka pada banner yang telah disiapkan peneliti. Untuk eksebisi ini, peneliti memilih menggunakan banner besar sepanjang 2,5 meter karena papan – papan untuk mading di sekolah itu ukurannya hanya kecil dan tersebar dibeberapa tempat. Berdasar diskusi dengan siswa, banner eksebisi diletakkan di depan aula besar yang posisinya langsung menghadap pintu gerbang sekolah.
    Persiapan eksebisi dan suasana eksebisi Photovoice project

    Review Kegiatan

    Dengan penerapan Photovoice ini di kelas, siswa kami merasa lebih antusias dan dihargai karya tulisnya. Mereka merasa tertarik karena dilibatkan untuk mengambil foto dan mengkritisi lingkungan sekolah. Mereka bangga karena tulisan mereka kemudian menjadi ‘voice’, menjadi suara untuk menyampaikan opini.

    Terbukti dari cara peserta didik ini menganbil foto dan menuliskan sudut pandang mereka, teramati kebanyakan dari mereka memilih ide-ide yang beragam. Beberapa foto pun bahkan diambil dengan sudut pandang yang menarik.

    Tulisan siswa tentang pentingnya taman di sekolah kami

    Peserta didik ini mengkritisi banyak hal dari sekolah, mulai dari keadaan laci – laci meja di kelas yang berjubel sampah, kolam ikan di sudut taman yang kurang terawat, situasi kamar mandi yang tidak membuat mereka nyaman, sampai keberadaan lumut di paving pelataran parkiran. Tidak hanya hal negatif, siswa juga menuliskan hal positif tentang sekolah mereka untuk kemudian merekomendasikan cara meningkatkan hal baik dari tempat tersebut. Misalnya pada tulisan tentang nyamannya dan pentingnya taman di sekolah kami.

    Karya tulisan ini pun kemudian dapat dibaca oleh umum, mulai dari guru, kepala sekolah, penjaga kebersihan, maupun teman-teman mereka sendiri.

    Photovoice di kelas kami terbukti mampu meningkatkan kreatifitas siswa untuk menulis teks Hortatory Exposition secara kreatif. Menulis tidak lagi sekedar mengandalkan copy paste dari internet. Mereka bangga berpikiran, mengapa harus sibuk mencari dari internet? Kita sendiri bisa kok menulis, asyik aja. Toh, di sekitar kita banyak sekali sumber tulisan yang bisa di eksplor. Kalau bingung bisa berdiskusi dengan teman atau guru. Tak akan khawatir lah kehabisan ide.
    Karena ‘One object near us can make hundreds pictures and create thousands stories.’

    Satu objek di sekitar kita itu bisa saja menjadi ratusan gambar yang berbeda dengan ribuan cerita kreatif tanpa batas.

    Salam belajar,





    #blogjadibuku
    #bukansekedaroemarbakri
    #day6
    Continue Reading

    Namanya juga blended, jadi isinya adalah blend atau campuran teknik pembelajaran. Dalam beberapa referensi, campurannya itu merupakan gabungan yang harmonis antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran dengan metode daring (online).

    Tetapi Blended Learning itu bukan sekedar seperti itu saja, seperti penjelasan Prof. Dr. Muhammad Kamarul Kabilan dari Universiti Sains Malaysia di acara  Aisofoll 10 (Simposium Pembelajaran Bahasa Asing) yang diselenggarakan tahunan oleh Seameo Qitep in Language tanggal 16 – 17 Oktober lalu di Hotel Grand Savero Bogor.

    Menurut Dr. Kabilan, kegiatan blended – atau campurannya itu juga bisa berkaitan dengan menggunakan penugasan secara invidual, kemudian di kegiatan berikutnya berganti menjadi penugasan berkelompok atau berpasangan. Beliau juga menekankan untuk melibatkan pembelajaran aktif atau melakukan project tertentu untuk ranah praktiknya.

    Blended Learning itu Bukan Sekedar E-learning

    Karena dalam framework Blended Learning yang dikemukakan Graham (2006) itu berkaitan dengan pembelajaran daring, istilah Blended Learning kemudian kadang disamakan begitu saja dengan konsep E-Learning.


    Dr. ONO Yuichi, akademisi dari University of Tsukuba Japan dalam Aisofoll 10,  mendorong pengajar untuk mengintegrasikan  ICT untuk meningkatkan proses pembelajaran berbasis HOTS. Tetapi, bukannya terus keseluruhan pembelajaran dilakukan secara daring , lho ya. Kalau terus-terusan menggunakan internet secara daring itu disebut e-learning. Bukan blended learning.

    Dr. ONO Yuichi menyatakan bahwa guru itu harusnya kreatif. Dengan memadu padankan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran secara daring dan melibatkan ICT. Dengan blended learning semacam ini, diharapkan pembelajaran menjadi lebih menarik dan meaningful, dan bisa mendorong siswa untuk berpikiran kritis dan kreatif.Jadi Blended Learning itu sisi baiknya adalah dia tetap menekankan interaksi sosial tanpa meninggalkan aspek teknologi.

    Pembelajaran menulis Puisi dengan Blended Learning

    Pembelajaran membaca dan menulis puisi akan terasa sangat membosankan jika terus menerus dilakukan secara metode ceramah saja dilanjutkan membaca puisi dalam hati lalu menjawabi pertanyaan.

    Metode tatap muka dengan ceramah bukannya jelek, hanya saja jangan di pakai terus menerus. Metode tatap muka memiliki kebaikan dalam hal ini bisa memungkinkan diskusi secara langsung antara guru dan murid. Feedback dan konfirmasi bisa dilakukan secara terbuka dan langsung.Untuk variasi, kita bisa mencoba blended learning untuk pembelajaran menulis puisi.

    Begini urutan pembelajaran yang dapat kita terapkan di kelas:

    • Siswa didorong untuk membaca beberapa contoh puisi di fitur Karya Bahasa & Sastra  di https://belajar.kemdikbud.go.id. Judul yang dapat disarankan, misalnya Buku kumpulan puisi berjudul Mutiara Tiga Penjuru. Ini kegiatan individual. Kegiatan ini mendorong kemampuan literacy siswa.


    • Setelah kegiatan membaca, ganti ke group activity. Siswa dimasukkan dalam kelompok-kelompok kecil. Arahkan kelompok untuk berdiskusi. Saat berdiskusi, anggota kelompok menunjukkan puisi yang paling disukai di buku tersebut. Dituliskan di lembar kerja kelompok. Kegiatan memilih puisi ini membuat siswa belajar menentukan berdasar penilaian pribadi.
    • Tiap anggota kelompok saling menceritakan isi puisi yang mereka sukai ke anggota grup. Kegiatan ini mendorong kemampuan komunikasi siswa.
    • Dari puisi-puisi yang dipilih oleh para anggota kelompok, mereka diminta untuk menyepakati satu puisi terbaik versi group itu. Kegiatan ini mendorong siswa untuk berfikiran kritis dengan kemampuan memberi penilaian.

    • Puisi yang terpilih kemudian dianalisis, untuk menentukan temanya, gaya bahasa, dan pesan moral dari puisi tersebut.
    • Hasil analisis dipresentasikan dengan berbantu powerpoint. Kelompok lain memberi komentar singkat. Guru memberi feedback.
    • Untuk penugasan, siswa diminta menulis puisi dengan tema menulis tentang hal keseharian atau yang akrab dengan diri siswa.
    • Untuk menambah wawasan siswa tentang materi menulis puisi, siswa bisa mengakses blog milik guru pada postingan berjudul LANGKAH MUDAH MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK LDA di link berikut https://saungbelajaraisyah.blogspot.com/2019/07/langkah-mudah-menulis-puisi-dengan.html
    • Siswa secara individu diminta mempraktekkan teknik menulis puisi seperti yang dipaparkan di blog. 

    • Di akhir siklus kegiatan ini, siswa mempresentasikan dengan membaca keras hasil puisi yang telah mereka tulis.
    • Karya tertulis siswa kemudian ditayangkan di majalah dinding. Tiga karya terbaik dimuat di majalah sekolah.

    Contoh Tulisan di Fitur Karya 

    Ini merupakan fitur pendukung yang ada dalam Portal Rumah Belajar. Di dalamnya tersedia beberapa karya sastra baik berupa prosa maupun puisi.  Salah satunya adalah buku antologi puisi Mutiara Tiga Penjuru.

    Antologi ini merupakan kumpulan hasil karya siswa yang berupa karya puisi dari kota Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, dan Gunungkidul. Buku ini memuat 434 karya siswa yang tulisan-tulisan tersebut, antara lain membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan remaja dan dunianya, misalnya tentang lingkungan sosial, lingkungan alam, kepahlawanan, kritik sosial. Antologi ini juga dilampiri dengan tujuh makalah tutor.

    Ini salah satu contoh puisinya. Sebuah puisi sederhana tentang teman baru. Sebuah tema yang akrab dengan kehidupan persahabatan remaja di bangku sekolah.

    KAWAN BARU

    Kupacu mesin merahku
    Mengejar waktu yang terus melaju
    Menembus dingin berlangit biru
    Tak kusangka rekan – rekanku telah menunggu

    Terlihat dua kotak besar beroda
    Yang telah terparkir di depan sana
    A little bit more
    Kami berkumpul menjadi satu

    Yang datang dari segala arah
    Tertawa, bernyanyi, kami bersama

    Belajar mendayung perahu
    Lewati laut asam di sebatang kayu
    Meniti dua sejajar bambu
    Berpegang tali di seutas teguh

    Udara dingin menerpa tubuh
    Pun di sesekali rengkuh
    Duh,
    A litle bit more
    (karya Ratna Murni Asih SMA N 2 Yogjakarta)

    Masih ada beberapa contoh karya antologi lain di fitur ini misalnya:


    • Meteor

    Antologi puisi ini merupakan hasil dari kegiatan Bengkel Sastra Indonesia yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Yogjakarta. Ada beragam topik yang diangkat dalam buku ini. Misalnya persolan cinta, moralitas, flora, fauna , dan transportasi.

    • Ragam Jejak Sunyi Tsunami

    Buku antologi puisi yang menjadi semacam perwujudan solidaritas sosial terkait dengan peristiwa tsunami di Aceh.

    Ada juga antologi puisi berbahasa Jawa yang biasa disebut geguritan. Puisi-puisi berbahasa Jawa ini akan cocok untuk bahan ajar pembelajaran Bahasa Daerah. Berikut ini contoh-contoh puisi berbahasa Jawa yang bisa kita nikmati:

    • Rembuyung

    Sebuah buku antologi geguritan dan macapat karya para guru SLTP dan anggota Sanggar Sastra Jawa Jogjakarta. Ini merupakan salah satu prosuk dari kegiatan bengkel sastra Jawa.


    • Aku Cinta Jawa Tengah

    Sebuah karya antologi Puisi Jawa yang dikumpulkan dan diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Isinya beragam dan menarik

    Itulah tadi sebuah variasi pembelajaran untuk KD tentang puisi. Kegiatan tatap muka di blend atau dibaurkan dengan kegiatan pembelajaran daring melalui blog dan Rumah Belajar. Belajarnya bisa di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.

    Pembelajaran blended learning di sini juga membaurkan kegiatan yang bersifat invidual dengan kegiatan diskusi secara berkelompok, dengan kegiatan akhir berupa karya tulisan puisi dan kemudian membaca karyanya di muka umum. Untuk contoh lain tentang penerapan blended learning berbantu blog dan Rumah Belajar yang lain, anda dapat membaca postingan berikut : Mencoba Blended Learning Berbantu Blog dan Rumah Belajar

    Tertarik untuk mencoba? Ayo temukan blend atau bauran versi kamu sendiri.

    Salam,







    #blogjadibuku
    #bukansekedaroemarbakri
    #day5

    Continue Reading

    Dalam pembelajaran abad 21, kreatifitas dan keterampilan berpikir kritis adalah hal penting yang perlu dikuasai oleh para murid. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kreatifitas dan pemikiran kritis itu dapat ditumbuhkan dan ditajamkan melalui penerapan pembelajaran aktif yang kreatif. salah satunya adalah konsep Blended Learning menggunakan framework yang ditawarkan oleh Grahan (2006). Tetapi perlu diingat bahwa Blended Learning itu bukan melulu tentang teknologi semata, teknologi adalah sarana. Technology is not an end, it’s a mean.

    Itulah yang saya tangkap dari pemaparan Prof. Dr. Muhammad Kamarul Kabilan dari Universiti Sains Malaysia di acara Simposium Pembelajaran Bahasa Asing yang diselenggarakan tahunan oleh Seameo Qitep in Language tanggal 16 – 17 Oktober lalu. Beliau kemudian menunjukkan contoh praktik pengalamannya dalam menerapkan Blended Learning yang beliau lakukan dalam bentuk kegiatan bernama PET102 (Oral Skills in TESOL).

    Bapak Prof Kabilan menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online (daring) dengan berbantu FB Group. Di FB group itu pengajar bisa menyampaikan materi pembelajaran berupa teks,video atau gambar untuk dipelajari siswa secara mandiri. Bisa di mana saja. Di FB Group itu, siswa juga bisa berinteraksi dengan guru atau siswa lain atau membagikan karya project mereka. Bisa juga menjadi sarana penyimpan portofolio siswa. Dengan kegiatan tersebut, teramati para siswa merasa bahwa mereka telah bisa meningkatkan kreatifitas dan ketrampilan berfikir kritis mereka.

    Apa itu Blended Learning?

    Blended artinya campuran. Dalam beberapa referensi, Blended Learning mencampurkan program pendidikan formal dan non-formal, penggabungan antara kegiatan pembelajaran tatap muka (face to face classroom method) dengan pembelajaran berbasis teknologi online. Jadi bukan pembelajaran yang pure – terus menerus memakai sistem teknologi atau onine, bukan pula pembelajaran yang terus menerus mengandalkan kegiatan tatap muka.

    Blended Learning dapat diawali dengan kegiatan pembelajaran tatap muka seperti dahulu. Walaupun terkesan kuno, pembelajaran tatap muka mempunyai kelebihan yaitu siswa bisa berinteraksi langsung dengan guru secara riil. Jika ada kesulitan bisa langsung bertanya. Hanya saja waktunya bisa saja terbatas, mudah membosankan dan tidak fleksibel. Inilah yang kemudian bisa dilengkapi saat fase pembelajaran daring, menggunakan teknologi.

    Pembelajaran sistem daring lebih fleksibel dan menarik. Hanya saja bisa saja unsur distractor dari internet lebih besar. Saat membuka pembelajaran online, siswa begitu mudah tergoda membuka jendela lain untuk bermain game online atau chatting di media sosial. Saat berinteraksi dengan guru juga kadang tidak bisa langsung di jawab karena guru belum tentu selalu dalam keadaan daring.Nah, kelebihan dan kekurangan kedua metode itu bisa saling melengkapi dalam blended learning.

    Blended Learning juga bergantian menggunakan metode pembelajaran invidual, kemudian bisa berganti menjadi metode diskusi kelompok kecil atau berpasangan. Akan lebih baik jika disertai kegiatan yang bersifat praktik atau project. Sehingga siswa tidak hanya belajar teori saja. Tetapi bisa juga praktik dalam konteks penerapan atau konteks sosial.

    Blended Learning dengan Menggunakan Blog dan Rumah Belajar

    Saya kemudian tertarik untuk menerapkan blended learning dengan berbantu media blog dan portal Rumah Belajar. Saya kebetulan suka menulis di blog. Saya merasa seperti memiliki lahan sendiri yang bisa saya atur sesuai kemauan saya. Serasa jadi editor, penulis , sekaligus tim kreatif dari sebuah lini penerbitan majalah.

    Sementara Rumah Belajar yang digagas oleh Pustekon Kemdikbud, dapat digunakan sebagai sarana tambahan agar pembelajaran menjadi lebih kaya dan bermanfaat. Bisa juga membantu untuk tambahan materi bahan ajar melalui fitur Sumber Belajar ataupun sarana penilaian melalui fitur Bank Soal.

    Saya mecoba Blended Learning untuk KD Making Appointment by Phone, membuat janji temu dalam bahasa Inggris. Sebuah KD yang terdapat dalam pembelajaran Bahasa Inggris program Lintas Minat kelas XI SMA.

    Urutan Kegiatan Pembelajaran

    1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

    • Guru menyapa, memberi salam dan mengabsen pesrta didik.
    • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai
    • Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan latihan – latihan dan tugas dalam pembelajaran
    • Guru melakukan apersepsi dengan mengkaitkan pada masalah sekitar sambil menunjuk gambar dan mengumpan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti,

     ‘Have you ever made a phone call? What do you usually arrange in a phone call?”
    “Suppose you’re a bussinesman, you’re going to make a bussiness deal with the director of other company, what would you do?
    Siswa menjawab secara lisan secara individual.

    2. Kegiatan Inti (65 menit)
    Mengamati 

    • Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil berisi 4 anak per kelompok untuk berupaya menyelesaikan masalah yang dikemukakan di kegiatan pendahuluan. Semua kegiatan selanjutnya dalam kegiatan inti dilaksanakan secara berkelompok.
    • Peserta didik mendengar dan menonton video interaksi menelpon dan menerima telepon dari laman Rumah Belajar bagian kerjasama dengan TV-E tentang how to handle a call.  
    • Peserta didik mengamati kemudian menirukan beberapa kalimat yang diucapkan oleh pembicara di video.
    • Peserta didik menjawab pertanyaan singkat dari video tersebut secara lisan.

    Menanya 

    • Dengan pertanyaan pengarah dari guru, siswa dipancing untuk mempertanyakan:
    • Cara menelpon dan menerima telepon dalam membuat perjanjian.
    • Perbedaan ungkapan yang dipakai untuk menelpon dan menerima telepon dalam membuat perjanjian dalam bahasa Inggris dengan Bahasa Indonesia.

    Mengumpulkan Informasi  

    • Peserta didik dengan kelompoknya mengeksplorasi beberapa cara dan frasa yang sering dilibatkan dalam membuat janji melalui telepon dengan mendengarkan dialog di laman BBC Learning English.
    • Peserta didik  melengkapi dialog simulasi dan kemudian mempraktekkannya.
    • Sambil mengamati video, peserta didik mencatat frasa apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk menyusun dialog dalam menyelesaikan masalah yang dikemukakan di awal pelajaran.

    Mengasosiasi

    • Peserta didik membaca kemudian membandingkan contoh contoh ungkapan untuk menelpon dan menerima telepon dalam membuat janji dari sumber lain yang telah dicari.

    Mengkomunikasikan

    • Peserta didik menyusun dialog untuk menelpon dan menerima telepon dalam membuat janji dari situasi tertentu.
    • Setiap kelompok mengirim dua siswa perwakilan kelompoknya untuk mempaktekkan dialog untuk menelpon dan menerima telepon dalam membuat janji yang mereka buat.
    • Peserta didik dari kelompok lain memberi tanggapan ringkas secara lisan.
    • Guru memberi sedikit feedback lisan dari keseluruhan proses.

    3. Kegiatan Penutup (15 menit)

    • Peserta didik secara lisan menyimpulkan ungkapan yang dipakai untuk menelpon dan menerima telepon dalam membuat janji.



    • Evaluasi pemahaman per individu:
    • Peserta didik mengerjakan latihan untuk mengecek pemahaman per invidu yang telah dibuat guru melalui Bank Soal Rumah Belajar.Bisa dikerjakan kapan saja di mana saja dalam rentang waktu yang ditetapkan guru. 

    Kegiatan tindak lanjut:

    • Guru menjelaskan penugasan untuk kegiatan tindak lanjut : Di luar jam pelajaran, peserta didik membaca materi tambahan di blog milik guru : https://saungbelajaraisyah.blogspot.com/2019/07/making-appointment-by-phone-belajar.html

    • • Penugasannya adalah, peserta didik membuat dialog pendek berdasar satu dari berbagai masalah yang dapat dipilih di blog. Penugasan berupa rekaman audio dari hp kemudian di submit lewat blog tersebut. Analisa dan evaluasi proses pemecahan masalah akan dilakukan di pertemuan berikutnya.

    Guru menutup pembelajaran dengan ‘salam’.

    Review Kegiatan

    Pembelajaran menjadi tidak hanya terus menerus dengan metode ceramah. Siswa bekerja dalam kelompok maupun secara kegiatan invidual. Kegiatan tatap muka di kelas kemudian diperkaya dengan kegiatan pembelajaran dan penilaian secara online.

    Penilaian secara online dapat diatur oleh guru melalui fitur Bank Soal di Rumah Belajar. Dan  dari blog milik guru , siswa dapat mengulang pembelajaran tentang ungkapan membuat janji temu dalam bahasa Inggris secara daring. Dari blog siswa dapat mengunduh materi Listening yang tadi dilakukan di kelas saat kegiatan pembelajaran face to face. Siswa juga dapat meng upload hasil praktik mereka melalui tautan Google Drive milik guru yang disematkan di blog.

    untuk contoh lain kegiatan pembelajaran blended learning dengan media blog dan Rumah Belajar, anda dapat membaca di artikel : Menerapakan Blended Learning pada Pembelajaran Menulis Puisi

    Dengan Blended Learning ini diharapkan siswa akan mendapat pengalaman belajar yang lebih kaya , lebih beragam dan lebih fleksibel. Hasil akhirnya semoga siswa belajar dengan hati yang lebih riang dan semangat. Karena seharusnya belajar itu menyenangkan, bukan?

    Salam Belajar,





    #blogjadibuku
    #bukansekedaroemarbakri
    #day4
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About Me

    Dewi Apriliana
    An ordinary working mom who loves kids and teaching and reading
    Read More>

    Popular Posts

    • Making Appointment & Reservation by Phone ; Belajar Bahasa Inggris Yuk
    • Giving Examples in English ; Materi Bahasa Inggris Lintas Minat Kelas XI
    • Apem Kukus Tradisional yang Ngangeni
    • LANGKAH MUDAH MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK LDA
    • Smart Apps Creator (SAC) Sebagai Alternatif Media Pembelajaran Daring
    • Memanfaatkan Blog Sebagai Media Pembelajaran Jarak Jauh
    • Contoh Proposal Usaha untuk P5 Tema Kewirausahaan
    • Membuat Laporan Karya Inovatif Video Pembelajaran

    FOLLOW US

    recent posts

    Labels

    ruang baca ruang guru ruang impian ruang kelas ruang keluarga ruang menulis ruang perpustakaan

    Statistics

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top